JAKARTA (Arrahmah.com) – Sekretaris Jenderal International Conference for Islamic Scholars (ICIS) KH Hasyim Muzadi mengatakan sulit bagi Amerika Serikat meminta maaf kepada dunia Islam terkait film Innocence of Muslims yang dibuat warga negaranya.
Menurut Kiyai Hasyim, ada dua faktor kenapa Amerika sulit minta maaf. Pertama, menghina agama di sana dianggap kebebasan berekpresi, dan kedua, pembuat film itu disokong oleh kekuatan sangat besar yang punya pressure terhadap rakyat dan kekuasaan.
“Apalagi sekarang musim pencalonan presiden, sehingga hampir dipastikan tidak akan ada yang berani mengambil risiko. Serangan terhadap Islam dilakukan secara sistimatik, berkala dan telah diperhitungkan,” ujar Hasyim seperti dilansir Tribun, Kamis (20/9).
Mantan Ketua PBNU ini menambahkan para pelaku penodaan agama Islam tak mendapat sanksi dari pemerintahannya. Sebut saja Salman Rusdie di Inggris dengan Satanic Verses-nya, Pendeta Terry Jone di Hawaii yang membakar Alquran, Geert Wilders, anggota parlemen Belanda, dan terakhir film Innocent of Muslim di Amerika.
“Mereka cukup berdalih, itu lah demokrasi, sambil mencap dunia Islam seperti di Indonesia sebagai negara intoleran. Mereka mengenyam keuntungan ganda, selain menyerang Islam, kalau ada yang protes di satu negara sudah tersedia aparat yang menghalau demonstran Islam tersebut,” terangnya.
“Dan kalau jatuh korban, toh yang menjadi korban umat Islam sendiri bukam pembuat film. Serangan seperti itu tentu harus dilawan oleh umat Islam, tidak bisa hanya mengelus dada dengan alasan Rasulullah sangat penyabar. Karena Rasulullah sangat penyabar ketika untuk kepentingan pribadi dan sangat marah kalau syariat dilecehkan,” tegasnya.
Hasyim menjelaskan, seharusnya dengan fenomena ini umat Islam sadar dengan melawan lewat cara yang berkualitas. Kalau cuma dengan melempar batu, anarkis tentu kurang berkwalitas. Agar seimbang, umat Islam harus memberi pengertian terus-menerus bahwa Islam tidak akan bebas dari musuh dan itu sudah menjadi sunnatullah. (bilal/arrahmah.com)