HALMAHERA (Arrahmah.com) – Jika merujuk pada perkataan Imam syiah, As Shadiq AS, saat ini dapat dipastikan tidak ada pendeta syiah yang layak menjadi mujtahid. Demikian disarikan Abu Zubair, da’i relawan dari Misi Medis Sosial, mengutip Kitab Albihar, pada Ahad (22/3/2015).
Menurut Abu Zubair -yang kini bertugas berdakwah sosial di pelosok Halmahera ini- dalam agama syiah terdapat beberapa syarat bagi seorang pendeta syiah untuk dapat berijtihad (memikirkan kesimpulan hukum untuk diikuti jama’ah). Diantaranya syarat no.2 yakni bukan anak haram dan syarat no.6, yakni tidak rakus akan dunia.
Namun, berdasarkan data dari Abu Zubair, 80% pendeta syiah merupakan hasil dari praktik muth’ah. Sementara mereka juga terkenal rakus karena pendeta syiah mempunyai hobi mengumpul-ngumpulkan harta jama’ahnya untuk memperkaya diri sendiri, dengan dalih khumus (fee yang diklaim syiah untuk Allah, rasul, kerabat rasul, anak yatim, dan ibnu sabil), belum lagi kebiasaan menzinai wanita-wanita seperti yang biasa terjadi di Kota Qum dengan dalil keutamaan muth’ah.
Dengan demikian, berdasarkan 2 poin tersebut di atas, mustahil ada satu pun pendeta syiah yang dapat menjadi mujtahid.
“Kalau kita perhatikan kelihatannya pendeta syiah gak bakalan ada satupun yang bisa jadi mujatahid karena minimal ada dua point [yang] mustahil/susah sekali untuk dipenuhi,” ujar Abu Zubair, sambil menyebutkan kedua poin itu dan menyebutkan terjemahan bahasa Arab dari kitab aslinya.
“Berkata imam As Shadiq alaihissalaam, “Apabila di antara ahli fiqih yang menjaga dirinya, agamanya, dan tidak pernah mengikuti kehendak hawa nafsunya dan selalu taat perintah tuhannya, maka wajib bagi orang awam mengikutinya.” (Kitab Albihar juz 2 hal.88 bab.154)
“Kalau sudah begini, tidak ada satupun pendeta syiah yang layak jadi mujtahid berdasarkan sumber ajaran mereka sendiri,” pungkas Abu Zubair. (adibahasan/arrahmah.com)