JAKARTA (Arrahmah.com) – Menanggapi pandangan sebagian masyarakat yang menyatakan perlu membela rezim syi’ah Nushairiyah Bashar Assad, karena Bashar banyak membantu Hamas dalam menghadapi Israel, nalar seperti itu ditolak oleh Ketua KISPA ustadz Ferry Nur.
“Kita ini orang yang berakal sehat, Hamas itu setahu saya kantor biro politiknya sudah tidak ada di Damaskus lagi, pimpinan-pimpinannya sudah tidak ada di Damaskus lagi.Sehingga, logika yang dikembangkan bahwa Bashar Assad perlu dibela karena dia berada di front terdepan menghadapi Israel. Kalau benar itu Hamas itu pasti di depan, tidak mungkin Hamas memindahkan kantor biro politiknya. Mafhum mukholafahnya begitu (logika sebaliknya),” kata Ustadz Ferry ketika berbicara disela-sela pembentukan panitia kecil untuk mengirimkan relawan ke Suriah, di AQL Islamic Center, Tebet, Jakarta Selatan, Senin (25/6).
Keluarnya Hamas dari Damaskus menurutnya, indikasi penolakan Hamas terhadap tindakan Bashar Assad kepada kaum Muslimin di Suriah.
“Mengapa Hamas keluar?, karena Hamas sudah tidak tega. sebab secara psikologi memang Bashar Assad banyak membantu Hamas. Di satu sisi rakyat banyak yang dibantai. Makanya mereka keluar, mereka gak bisa ngapa-ngapain dan tidak sedikit keluarga mereka yang menjadi pengungsi atau tetangga mereka yang dibantai oleh bashar Assad,”ungkap Ustadz Ferry.
Lanjutnya, proses berfikir yang seperti ini perlu disadari oleh kaum Muslimin, sehingga bisa menolak alasan-alasan untuk membela Bashar melalui nama besar pejuang Palestina.
“Nah, logika semacam ini perlu kita fahami, untuk mematahkan mereka yang senantiasa menggunakan nama besar Hamas , nama besar pejuang-pejuang Palestina, yang sebenarnya digunakan untuk niat jahat mereka,” lontar ustadz Ferry.
Sebelumnya ia, juga menjelaskan bahwa melihat persolan Suriah harus segera disikapi dengan tindakan nyata. Tanpa perlu terjebak, motif politik atau kepentingan poliitik apa yang berada dalam revolusi Suriah.
“Kita tidak perlu terjebak, ini mendukung siapa, dan ini mendukung siapa, apakah Amerika atau kah Iran, yang pasti rakyat sudah menjadi korban” paparnya.
Sementara itu, MIUMI,beberapa lembaga kemanusiaan dan Organisasi Masyarakat (Ormas) Indonesia siap mengirimkan relawan ke Suriah.
“Insyallah, saat Ramadhan bantuan untuk rakyat Suriah sudah tersalurkan. Jalur yang akan kita lewati melalui Turki,” ucap Sekjen Miumi, Bachtiar Nasir.
Menurut Bahctiar, saat ini masyarakat dunia,termasuk Indonesia kekurangan data. Sehingga apa yang terjadi di Suriah hanya diketahui sebagai konflik yang berbau politis.
“Umat Islam miskin informasi, padahal ini sudah terjadi sejak awal 2011 di Suriah.Jadi, seakan-akan yang kita tahu di Suriah tidak terjadi apa-apa,” tambah Bachtiar.
Selain itu, Ketua KISPA,Ustad Ferry Nur mengatakan, bahwa pengiriman relawan harus segera dilakukan.Setibanya di sana, relawan dianjurkan bukan hanya memberikan dana bantuan.
“Tahap pertama harus ada yang ke Suriah langsung. Bukan hanya memberikan dana, tetapi ke lapangan untuk mendata dan merekam, supaya mengetahui kejadian yang sebenarnya,” tambah Ferry.
Dalam pembentukan panita awal semalam, turut hadir perwakilan dari ASPAC, Hilal Amar Society Indonesia (HASI), KISPA, Sahabat Aqsha, Jurnalis Islam Bersatu (JITU) dan beberapa lembaga kemanusiaan di Indonesia. Sedangkan, untuk nama lembaga, menurut Bachtiar, sampai saat ini masih mencari-cari yang tepat. (bilal/arrahmah.com)