JALUR GAZA (Arrahmah.id) – Pasukan Israel tak henti-hentinya membombardir Kota Khan Younis, Gaza Selatan, sepanjang Rabu (6/12/2023). Tak ada tempat berlindung yang aman bagi warga kota terbesar kedua di Jalur Gaza itu dari serangan pasukan Zionis.
Relawan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia yang berada di lokasi, Fikri Rofiul Haq, mengatakan satu-satunya cara yang paling mungkin untuk terhindar dari serangan adalah tetap berada di dalam ruangan.
Fikri bersama dua relawan MER-C lain serta sekitar 1.200 orang, mengungsi di Sekolah Eropa, Khan Younis. Sebelumnya mereka mengungsi dari Gaza Utara, berlindung di Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya, yang kini tak beroperasi lagi.
“Itu satu-satunya cara yang bisa kami lakukan (untuk menyelamatkan diri),” kata Fikri, kepada Al Jazeera, Rabu (6/12/2023).
Fikri mengungkapkan, bahaya yang dihadapi tak kalah berbeda dengan saat pasukan Israel membombardir Rumah Sakit Indonesia beberapa waktu lalu.
“Kami bisa mendengar serangan dengan sangat jelas di sekitar kita. Dekat atau jauh, serangan selalu terjadi,” tuturnya.
Menurut Fikri, ancaman bahaya di Sekolah Eropa lebih besar karena bangunan itu tak memiliki basement, berbeda dengan RS Indonesia.
“Saat mendengar bom-bom dijatuhkan, kami hanya bertahan di ruangan,” ujarnya, merujuk pada dirinya dan dua relawan MER-C lainnya.
Namun teror bom tersebut sudah menjadi hal biasa bagi Fikri. Selama 2 bulan perang antara Israel dengan pejuang Gaza, bom dari pesawat-pesawat tempur serta artileri menjadi santapan sehari-hari.
“Saya takut, saya juga seorang manusia. Tapi setelah beberapa saat, rasa takut itu hilang,” ujarnya.
(ameera/arrahmah.id)