(Arrahmah.com) – Antakya adalah sebuah kota di Provinsi Hatay, Turki sekarang. Dulu, kota klasik ini dikenal dengan nama Antioch yang merupakan salah satu kota terbesar Kerajaan Romawi. Pada masa itu, kota ini juga menjadi pusat peradaban Kristen.
Setelah, Louis IX, mangkat hingga masa Baybars menguasai wilayah Mesir dan Syam, terjadi gencatan senjata antara kaum muslimin dan pasukan salib. Kedua belah pihak disibukkan dengan urusan dalam negeri masing-masing. Kemudian masa damai ini berubah menjadi gejolak besar tatkala Pasukan Salib memutuskan berafiliasi dengan Mongol untuk menghadapi kaum muslimin.
Kaum muslimin yang diwakili orang-orang Mamluk yang dipimpin Baybars mengadakan perlawanan. Mereka menjadikan dua sekutu besar musuh ini sebuah tantangan yang harus dihadapi. Pantang surut berlari. Dan sejarah mencatat, apa yang dilakukan Ruknuddin Baybars adalah bagian dari rekam jejak cemerlang umat ini.
Baybars sosok pemimpin yang membaur dengan perajuritnya. Oleh karena itu, loyalitas dan respect mereka pun tinggi terhadapnya. Ia turun tangan membantu pasukan yang sedang membuat peralatan. Ia ikut andil dalam pembuatan manjaniq.
Pada tanggal 4 Rabiul Akhir 663 H/1265 M, Baybars memulai misi militernya menghadapi sekutu Salib dan Mongol di Syam. Usahanya membuahkan hasil dengan penaklukkan Caesarea pada 8 Jumadil Awwal. Kemudian ia mengarahkan pasukannya menuju Arsuf. Dan berhasil menaklukkannya pula pada bulan Rajab di tahun yang sama. Di tahun berikutnya, Baybars menyempurnakan misi militernya dengan berhasil menguasai Benteng Safed yang merupakan benteng Pasukan Salib.
Jatuhnya Benteng Safed membuat moral Pasukan Salib menurun. Mereka menjadi ciut dan takut. Dampaknya, sebagian wilayah yang dikuasai Salib mengajukan damai dan gencatan senjata.
Setelah membuat moral Pasukan Salib luluh lantak, Baybars beralih ke target utamanya, Antakya. Sebuah kota yang terkenal dengan bentengnya yang kokoh. Baybars merancang persiapan gempur yang luar biasa dan strategi pengepungan yang ketat. Mengembangkan strategi dari penyerangan-penyerangan sebelumnya.
Pada tanggal 3 Jumadil Akhir 666 H/1268 M, Baybars dan pasukannya yang berangkat dari Mesir tiba di Gaza. Dimulai dengan merebut Yafa kemudian Benteng Belfort. Sehingga Pasukan Salib terpojok di Acre.
Setelah itu, Baybars bergerak menuju Tarablus. Dan sampai di sana pada 15 Sya’ban 666 H. Perang pun terjadi, banyak dari Pasukan Salib yang tewas dalam pertempuran hingga imarat-imarat Salib lainnya menjadi gentar. Silih berganti utusan dari Tartus, Benteng Akrad, menemui Baybars untuk meminta damai dan gencatan senjata. Jalan menuju Antakya pun kian terbentang.
Baybars pun melanjutkan perjalanan dari Tarablus pada 24 Sya’ban 666 H/1268 M tanpa hadangan satu musuh pun. Ia menyambangi Kota Homs dan Hama. Kemudian membagi pasukannya menjadi tiga bagian sehingga Pasukan Salib sulit menerka tujuan dan arah pasukannya. Salah satu pasukannya ada menuju pelabuhan untuk memotong suplai yang masuk ke Antakya melalui laut. Ada yang menuju utara menutup pintu masuk antara Qalqilya dan Syam mencegah datangnya bantuan dari Armenia. Dan kekuatan pasukan inti dipimpin langsung oleh Baybars menuju Antakya.
Pada awal Ramadhan 666 H, Baybars mulai mengepung kota. Ia mencoba menaklukkan kota itu dengan cara yang damai. Namun keinginannya ini gagal karena Pasukan Salib enggan menyerah. Sampai akhirnya, pada 4 Ramadhan 666 H, kaum muslimin berhasil menyentuh pagar benteng kemudian pasukan Baybars tumpah ruah masuk ke dalam kota. Pasukan musuh lari kocar-kacir dan meminta keamanan. Baybars mengabulkan permintaan itu. Kaum muslimin pun berhasil menguasai benteng Antakya yang terkenal kokoh itu.
Kaum muslimin mendapatkan rampasan perang yang begitu banyak berupa uang dan tawanan. Saking banyaknya, uang-uang dibagi-bagikan dengan mangkuk.
Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)
(fath/kisahmuslim/arrahmah.com)