(Arrahmah.com) – Kita dikagetkan dengan kesyahidan sang singa medan perang, Abu Fauz Taqabbalahullah, komandan Brigade Umm Rubab yang beroperasi di Ghouthah Timur.
Saya mengenal beliau ketika pertama kali saya tiba di Syam, beliau yang menyambut saya di Ghouthah Timur, beliau bersama kelompoknya terbentuk di Ghoutah, mereka pada awalnya berada di Ghouthah Barat, tepatnya di Desa Al Hamah, baru kemudian terbentuk cabang Jabhah Nushrah di sana dan kelompoknya bergabung dengan Jabhah Nushrah. Kelompoknya terus bertahan menghadapi serangan demi serangan yang dilancarkan oleh Pasukan Rezim Nushairiyah terhadap Desa Al Hamah dan Distrik Qudsaya, mereka terus bertahan hingga tidak ada pilihan lagi bagi mereka kecuali mundur melalui wilayah Wadi Barada, namun sebelumnya mereka telah memberikan pukulan telak kepada musuh Allah.
Jumlah pasukan yang bergabung di dalam kelompoknya hanya sekitar kurang lebih 20 orang, mayoritas dari mereka bahkan belum mencapai umur 20 tahun, akan tetapi mereka adalah sebaik-baik pasukan, dan komandannya adalah sebaik-baik komandan, beliau adalah seorang sosok penganyom dan pendidik bagi mereka, beliau selalu mendidik mereka dengan keimanan dan memotivasi mereka untuk terus berjihad, beliau adalah imam bagi mereka yang selalu terdepan di medan perang, beliau senantiasa mencintai golongan muhajirin dengan kecintaan yang besar, beliau selalu memenuhi kebutuhan mereka, mengabulkan permintaan mereka dengan senang hati dan gembira.
Saya tiba di Syam tepatnya di Ghouthah Timur, beliau pun menjadi ketua saya, sebelumnya beliau menemui saya di Hatitah Turkman, beliau menghormati saya dengan segenap penghormatan, semoga Allah membalas beliau dengan kebaikan. Saya adalah muhajirin pertama yang bertemu dengan beliau, beliau langsung menjadikan saya anggota kelompoknya, saya pun langsung berbaur dengan mereka hingga seolah-olah saya telah mengenal beliau sejak lama.
Setelah saya ada beberapa orang muhajirin yang datang, mayoritas adalah warga negara Aljazair, seperti Abdul Hakim Al Muwahhid dan Suraqah Al Jufi, maka beliau langsung meminta mereka agar bergabung dengan kelompoknya, lalu beliau menempatkan mereka di sebuah wilayah yang berada di bawah kontrol kelompok beliau, mereka semua mendapatkan penerimaan yang baik dari pejuang setempat.
Kemudian dibentuklah front ribath di sepanjang wilayah Shebaa, saat itu tengah terjadi pertempuran di front Kota Maliha dan beliau bersama kelompoknya turut bergabung untuk ber-ribath, kelompok muhajirin yang semula hanya berjumlah sekitar 25 orang dan hanya menempati sebuah markas ribath, kemudian bertambah menjadi lebih dari 100 orang pejuang yang terdiri dari kalangan anshar dan muhajirin, namun kelompok Abu Fauz tetap bertahan di wilayah Dar’a. Tak lama kemudian, terjadi pengepungan di Ghoutah yang dilakukan oleh Pasukan Rezim Nushairiyah, maka kelompok Abu Fauz dengan gagah berani menunjukan kepahlawanan dan pengorbanan mereka dalam mempertahankan Ghouthah.
Walaupun pimpinan pusat melarang beliau, beliau bersama kelompoknya yang semula sebelum pengepungan telah dibagi ke dalam berbagai regu, yang satu memdalami ilmu peledakan, yang satu mendalami ilmu menembak jitu dan ada juga yang dikhususkan untuk menjadi tenaga di pabrik persenjataan, semuanya dilebur menjadi sebuah kesatuan untuk berangkat bertempur membuka pengepungan terhadap Ghouthah.
Niat sebelumnya, dengan dibentuknya regu yang mendalami ilmu tertentu dengan cita-cita agar kelompoknya dapat menyumbangkan kader yang berkompeten dalam segala bidang, dengan adanya pengepungan ini, maka satu persatu anggota kelompoknya berguguran di medan perang, kesatuan Hailah Al Qashir-Umm Rubab (kesatuan Umm Rubab untuk bertempur membuka pengepungan Ghouthah) yang berada di bawah komando langsung dari Abu Fauz memberikan contoh nyata yang paling mengagumkan dalam membuktikan arti sebuah pengorbanan, sekitar sebulan yang lalu saya menghubungi saudara Abu Bassam Taqabbalahullah, dia adalah seorang anggota dari Brigade Umm Rubab, saya bertanya kepadanya tentang kondisi saudara-saudara yang lain, maka dia menjawab: “tidak ada yang tersisa dari Brigade Umm Rubab kecuali 5 orang saja, termasuk Abu Fauz, sedangkan sisanya telah syahid.
Belum lama ini Abu Fauz menderita luka yang cukup parah, akibatnya beliau mengalami amnesia, serigkali beliau salah dalam memanggil nama-nama orang yang sebelumnya beliau kenal, walaupun begitu, beliau terus berjihad hingga akhirnya beliau dan Abu Bassam gugur sebagai syuhada.
Beliau gugur 2 hari yang lalu (2/6) dalam pertempuran besar-besaran di Kota Maliha, Ghouthah Timur, semua orang salut dengan pembelaan beliau terhadap Ghouthah.
Maka semoga Allah menerima engkau di sisi-Nya, semoga Allah menerima engkau dan kelompokmu yang mengusung semangat Umm Rubab – semoga Allah membebaskannya – padahal diantara engkau dengan wanita mulia ini terpaut jarak yang sangat jauh, engkau mengusung semangat seseorang yang tertawan, sedangkan keluarga wanita ini di Saudi sana telah melupakan dirinya dan juga diri kalian! Semoga Allah segera mempertemukan kita.
Saudara kita Abu Fauz ini adalah termasuk orang yang mendapatkan ujian di jalan Allah, beliau pernah merasakan pengapnya penjara Nushairiyah selama 5 tahun, setelah bebas, beliau bergabung dalam jihad Iraq lalu kembali dijebloskan ke dalam penjara rezim Yordania yang murtad.
(muqawamah.com/arrahmah.com)