Pelajaran dari Masjid Kandahar
Bismillahirrahmanirrahim
Setelah sholat ashar, salah seorang Mulla yang sudah biasa mengajar di jami’ masjid Kandahar duduk bersandar pada salah satu sudut masjid, kemudian beberapa puluh pemuda kelihatan berebutan untuk duduk mendekatinya. Setelah melihat murid muridnya duduk dengan tertib, Mulla itu berkata sambil menunjukkan sebuah kitab yang di bawanya: Saya membawa Kitab Sejarah Kandahar, dan hari ini kita akan membaca sejarah Mujahid bernama Usamah.
Lalu beliau memberikan kitab itu kepada salah seorang murid yang duduk di pinggirnya sambil menyuruhnya untuk membaca kitab itu dan memperdengarkan suaranya kepada seluruh teman temannya, pemuda itu menerima kitab itu dengan penuh semangat dan sopan, ia kelihatan bangga mendapat tugas itu dari Mulla. Lalu ia mulai membuka daftar isi Kitab, dan memilih sebuah judul yang bertulis
“Kisah Kedatangan Usamah bin Ladin ke Afghanistan dan perjuangannya dengan Amirul Mukminin Mulla Muhammad Umar Mujahid” kemudian ia mulai membaca Basmalah dan puji pujian kepada Allah swt. Dan di teruskan dengan membaca buku itu dengan lantang:
“Pada tahun 1417H pada bulan Muharram, Usamah datang ke bumi Kandahar, kedatangannya adalah karena ia terusir dari kaumnya di sebabkan ia tegas menolak untuk ikut menyembah berhala yang bernama Amerika, ia bertekad untuk memerangi Amerika tetapi ia tidak mendapat sambutan kaumnya kecuali hanya segelintir dari mereka, dan ada juga beberapa gelintir dari negeri negeri lain yang sudi untuk ikut bersamanya … tetapi mereka semua asing dan lemah, mereka tidak punya kekuatan untuk membela diri.
Kemudian Usamah mendatangi pimpinan pimpinan Qabilah qabilah Arab, meminta mereka untuk membantunya dan memberi jaminan tempat tinggal baginya dan pengikutnya untuk mempersiapkan diri melawan kekuatan si Berhala Amerika.
Suatu hari ia mendengar bahwa hukum Islam di laksanakan di Sudan, ia mengirim utusan untuk menemui sang Raja umtuk meminta bantuan jaminan tempat tinggal baginya dan pengikutnya.
Sang Raja berkata “Pintu kami selalu terbuka dan bumi kami adalah milik kita bersama .. datanglah sebagai tamu terhormat…tanamkan hartamu di sini dan jika kau sudi ikutlah bersama kami berjihad” (melawan pemberontak Sudan yang di ketuai oleh John Garang)
Usamah sangat gembira mendegar jawaban itu dan segera mempersiapkan diri untuk berhijrah ke negeri Sudan, kemudian ia tinggal di sana dan mendirikan berbagai Mu’askar (camp) dan melatih Mujahidin bersama pejuang dari kalangan tentara Sang Raja, dan mereka gembira di sana untuk beberapa waktu sambil membina negeri… jalan jalan di perbaiki, pasar pasar menjadi ramai, dan negeripun makin makmur.
Suatu hari berhala Amerika membentak Sang Raja dan berkata “Keluarkan mereka dari negerimu” Sang Raja menjawab… “Daulat tuan… titahmu kami junjung tinggi, demi mencari ridho mu”. Sang Raja berbalik kepada Usamah seraya berkata: “Keluar dari negeri kami..!!!” Usamah menjawab “bukankah kita telah mengikat perjanjian untuk berjihad bersama?” Sang Raja menjawab “Ya… tetapi Jihad melawan John Garang dan bukan Amerika” Usamah menjawab “sejak dahulu aku berniat menghancurkannya dan teman temannya” Sang Raja menjawab “tiadalah kami mempunyai kekuatan … keluarlah dari negeri ini”.
Mulla memberi Isyarat kepada muridnya yang sedang asyik membaca untuk berhenti sejenak karena beliau ingin memberi sedikit keterangan, lalu Mulla berkata:
“dalam hal Usamah, Sudan ternyata lebih takut kepada Amerika berbanding kepada Allah swt. , dan ketika itu Sudan sempat kebingungan karena harus melepaskan harta Usamah yang telah banyak di tanamkan bagi perdagangan negeri itu, tetapi ketakutan Sang Raja Sudan kepada Amerika ternyata lebih besar dari kepentingan rakyatnya sendiri, hingga Sang Raja lebih memilih mengusir Usamah demi relanya sang berhala, walau Amerika tetap masih tidak rela kepada Sang Raja Sudan, karena Sang Raja enggan untuk turun dan di ganti oleh John Garang.” Kemudian Mulla berkata “baik lah… teruskan bacaanmu nak..!!!”
Si pemuda yang tenggelam dengan keterangan Mulla tersentak dan bergegas mencari baris terakhir yang di bacanya tadi..lalu ia meneruskan bacannya “Usamah terpaksa mencari siapa yang sudi menjamin dan menolongnya untuk menghancurkan sang berhala, lalu ia mendengar bahwa hukum Islam kembali di laksanakan di Kandahar oleh suatu kaum yang menamakan diri sebagai Taliban, mereka di pimpin oleh si pemberani bernama Mulla Muhammad Umar Mujahid yang di juluki sebagai sang Amir, lalu Usamah mengutus utusan kepadanya.
Amir Taliban berkata: “mari kita angkat senjata… melawan pemberontak dan perampok perampok di negeri kami”
Usamah menjawab “Tujuan kami menghancurkan sang berhala”
Amir menjawab “Allahu Akbar… menghancurkan berhala adalah Hobi kami”
Usamah menjawab “bukan sekadar hobi… tetapi demi Jihad Fi sabilillah”
Amir menjawab “kami memang Manusia Jihad dan anak anak yang lahir bersama desingan peluru, Peperangan adalah ibu yang menyusui kami”
Usamah berkata “Sanggupkah kamu bersamaku memerangi Pasukan Salib?”
Amir menjawab “berperang dan berdamailah kepada siapapun yang kau kehendaki, berhubunganlah dengan siapapun yang kau kehendaki, ambil seberapa banyak yang kau kehendaki dari harta kami, kami pasti sabar dalam berperang dan berani melangkah kedepan, walau kau ajak kami mengharungi lautan benua untuk memerangi sang Berhala, pasti kan kami harungi bersamamu”
Usamah berkata “tapi kau akan di tembak oleh seluruh kaum Arab dan Romawi dari busur panah yang sama”
Amir menjawab “yakinlah bahwa semua itu tiada akan terjadi kecuali jika telah di izinkan oleh yang maha Menjadikan”
Usamah berkata “tetapi sang berhala akan datang dan mengupah berbagai Kabilah untuk menghabisimu”
Amir menjawab “Allah pelindung kami … sedang mereka tiada memiliki pelindung”
Usamah masih belum yakin, dan berkata “tahukah engkau bahwa sang berhala mempunyai bala tentara dan pedang yang sangat tajam? Mereka akan datang dan menguasai negerimu”
Amir menjawab “Ya kami tahu, tetapi kami tidak akan berkata seperti perkataan kaum Musa as. Kepada Nabinya “pergilah engkau berperang bersama Robbmu, dan kami akan tetap tinggal di sini” sungguh wahai Usamah kami akan mengawalmu dari kanan dan kiri, depan dan belakangmu, dengan harapan semoga Allah memperlihatkan kepadamu apa yang menyenangkan hatimu, sungguh negeri ini belum pernah di jajah oleh suatu tentara, pasti mereka akan lintang pukang lari… kecuali tentara Qutaibah”
Usamah berkata “Umat manusia akan berlepas diri darimu dan penduduk bumi akan meninggalkanmu sendiri”
Amir menjawab “Cukuplah bagi kami keberadaan Allah, dan jika ia sudi akan menyatukan kami dengan penghuni Firdaus di Langit”
Usamah berkata “mereka akan memboikotmu dan membiarkanmu kelaparan”
Amir menjawab “Sesungguhnya Allah maha memberi Rezki dan maha mempunyai kekuatan yang besar”
Usamah berkata “mereka hanya ingin menangkapku”
Amir menjawab “tenanglah…mereka tidak akan menyentuhmu selagi mata kami belum tertidur”
Usamah berkata “apakah kalian akan menjagaku sebagaimana kalian menjaga anak dan Isteri kalian?”
Amir menjawab “Ya Demi Allah, bahkan mereka akan kami keluarkan dari rumah kami agar kau bisa tinggal di rumah kami, Darah harus di bayar darah, kehancuran pun begitu, Pukullah si berhala dan jangan lupa membaca Basmalah, pukullah..!!! akan kami korbankan anak anak dan ibu ibu kami, pukullah dan berlindunglah di belakang kami, biar leher kami mereka cekik asal lehermu selamat, teruskan pukulanmu semoga Rabbul Jabbar bersama kita”
Tiba tiba si pemuda berhenti membaca karena mendegar isakan dari Mulla, ia terkejut melihat Mulla telah menutupi mukanya dengan serban dan badannya bergoncang menahan isakan sambil terus menerus bertakbir, seluruh pemuda terdiam tanpa sepatah kata. Mulla mulai membersihkan matanya yang telah di penuhi genangan air, kemudian berkata : “aku telah banyak membaca buku buku sejarah, tetapi aku belum mendapati suatu kaum yang lebih jujur dari mereka ketika menolong seseorang, kecuali kaum Aus dan Khazraj, para Anshar yang menolong Rasul saw. Lihatlah kubur kubur mereka di lereng lereng pegunungan Tora Bora, Shahikot, Kandahar dan Kabul…sebagai bukti bahwa mereka benar benar pemberani…aku mendengar bahwa tentara Salib sempat menawan salah seorang dari mereka…kemudian ia di tawari agar memberi tahukan keberadaan Usamah yang bersembunyi… dengan imbalan ia akan di bebaskan kembali dan di beri uang…tetapi ia menjawab “Demi Allah kalau Usamah bersembunyi di bawah telapak kakiku, aku tidak akan mengangkatnya untuk menunjukkannya kepadamu”. Kemudian Mulla kembali terisak…dan kali ini terdengar makin keras..nampaknya Mulla sudah tidak bisa meneruskan pelajarannya lagi.. ia bangun meninggalkan kumpulan pemuda itu sambil terus menangis………
Subhanallah.. semoga kisah ini menjadi i’tibar dan tauladan buat kita semua, insya Allah..
(saif al battar/arrahmah.com)