(Arrahmah.com) – Pada kisah sebelumnya, syaikh Aiman Azh-Zhawahiri telah menceritakan hubungan erat syaikh Usamah bin Ladin dengan para ulama Afghanistan dan Pakistan. Pada kisah kali ini, syaikh Aiman menceritakan suka duka syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah dan keluarganya di medan jihad Afghanistan, sejak masa jihad melawan komunis Uni Soviet sampai masa invasi salibis AS dan NATO ke Afghanistan.
Untuk pertama kalinya pula, hubungan syaikh Usamah dengan tanzhim Ikhwanul Muslimin terungkap ke publik internasional. Syaikh Usamah juga pernah mengalami beberapa kondisi kritis yang hampir saja membuat beliau meninggal.
Saat syaikh Usamah dikeluarkan dari organisasi Ikhwanul Muslimin
Hubungan syaikh Usamah bin Ladin dengan para ulama mengingatkan saya akan hubungan beliau dengan organisasi-organisasi Islam. Seperti sudah saya sebutkan sebelumnya bahwa syaikh Usamah bin Ladin adalah seorang yang sangat lembut perasaannya dan mudah meneteskan air mata. Tapi syaikh Usamah bin Ladin juga seorang yang humoris, beliau menyukai guyonan segar dan canda yang bersih serta menambahkan kegembiraan dalam majlisnya. Tentang hal ini, insya Allah, suatu saat nanti akan kita bicarakan pribadi syaikh Usamah bin Ladin dari sisi ini.
Syaikh Usamah bin Ladin —sambil bercanda— mengatakan, “Saya ini orang yang diusir (dikeluarkan, pent) dari organisasi (tanzhim) saya. Saya dahulu berada dalam tanzhim Ikhwan (Ikhwanul Muslimin, pent), lalu saya diusir. Jadi saya ini adalah salah seorang yang diusir dari organisai-organisasi.”
Syaikh Usamah bin Ladin dahulu merupakan anggota Ikhwanul Muslimin di Jazirah Arab. Ketika Rusia (Uni Soviet, pent) mulai menginvasi Afghanistan, syaikh Usamah segera berangkat ke Pakistan untuk mengenal secara dekat mujahidin dan membantu mereka. Organisasi Ikhwanul Muslimin memberikan taujihat (arahan-arahan) —kalian tentu mengetahui apa itu taujihat organisasi Ikhwanul Muslimin— kepada beliau, “Janganlah engkau bepergian melebihi Lahore. Engkau harus mendatangi kantor Jama’at Islami (organisasi Islam d Pakistan yang didirikan oleh syaikh Abul A’la Al-Maududi, pent)— di Lahore. Di Lahore itulah engkau harus memberikan bantuan-bantuan dan sumbangan-sumbangan. Nanti mereka yang akan menyampaikannya kepada mujahidin Afghan). Setelah itu engkau harus pulang (ke Arab Saudi)!”
Tentu saja syaikh Usamah berangkat (ke Lahore). Tapi syaikh Usamah bin Ladin tidak puas. Syaikh Usamah telah menemukan jalan menuju Peshawar, dan menemukan jalan untuk menuju mujahidin dan bergabung dengan mujahidin. Maka beliau memulai aktivitasnya bersama mujahidin dan masuk ke Afghanistan.
Organisasi Ikhwanul Muslimin telah memperingatkan beliau dengan mengatakan, “Kami sudah mengatakan kepadamu jangan pergi kecuali ke Lahore, ke kantor Jama’at Islami. Tapi kamu malah berangkat ke Peshawar. Kamu bahkan menyeberangi perbatasan dan masuk ke Afghanistan. Jika kamu telah masuk Afghanistan, lalu engkau tertangkap di Afghanistan, kamu ini warga Arab Saudi. Jika kamu tertangkap di Afghanistan padahal kamu warga Arab Saudi, maka Rusia akan membuat problem diplomasi yang besar dengan pemerintah Arab Saudi.”
Begitulah mereka membuat rangkaian cerita, satu cerita di atas cerita lainnya. Inti akhir cerita itu adalah engkau jangan berjihad di Afghanistan. Jihad kamu adalah menyerahkan bantuan keuangan di Lahore, cukup.
Syaikh Usamah bin Ladin berkata kepada para pimpinan organisasinya, “Ini tidak bisa.”
Mereka mengatakan, “Kalau begitu, engkau dipecat.”
Syaikh Usamah menjawab, “Baik, jika begitu saya dipecat.”
Syaikh Usamah, muara semua kelompok dakwah dan jihad
Setelah syaikh Usamah bin Ladin dipecat dari organisasinya, Allah membukakan bagi beliau jihad. Syaikh Usamah bin Ladin mulai menjadi muara pertemuan organisasi-organisasi Islam. Beliau mulai menjadi tokoh yang disambut dan diterima luas di tengah kaum muslimin dan mujahidin.
Sebelumnya saya pernah menceritakan bahwa ketika saya pergi dan mengunjungi beliau di tempat tinggal beliau yang dahulu disebut Suraqah, di pinggiran Jalalabad sebelum Jalalabad ditaklukkan oleh mujahidin, pada waktu itu saya mendapati ikhwan-ikhwan dari seluruh organisasi dan elemen umat Islam. Mereka semua bekerja di bawah kepemimpinan syaikh Usamah. Syaikh Usamah mengarahkan mereka kepada kebaikan. Saya sampai mengatakan bahwa saya iri dengan keutamaan ini dan karunia Allah kepada beliau sehingga beliau diterima secara luas oleh kaum muslimin.
Yang penting, setelah pertempuran-pertempuran di wilayah Jaji dan nama syaikh Usamah melambung lewat pertempuran-pertempuran tersebut, syaikh Musthafa Masyhur rahimahullah, mursyid (pemimpin tertinggi) Ikhwanul Muslimin datang ke Peshawar dalam sebuah acara kunjungan. Syaikh Musthafa Masyhur rahimahullah juga menemui syaikh Usamah bin Ladin.
Syaikh Usamah telah bercerita kepada kami tentang isi pertemuan itu. Syaikh Musthafa Masyhur rahimahullah berkata, “Wahai Usamah, engkau telah meninggalkan ikhwanmu (saudara-saudara dalam organisasi Ikhwanul Muslimin) dan justru bergabung dengan ikhwanmu (saudara-saudara muslim yang berjihad di Afghanistan). Padahal ikhwanmu yang pertama lebih layak mendapat perhatianmu dari ikhwanmu yang kedua.”
Syaikh Usamah meminta maaf dan mengajukan alasan dengan sopan dan lembut. Beliau berkata kepada syaikh Musthafa Masyhur rahimahullah, “Saya sekarang ini telah diterima oleh seluruh organisasi Islam dan seluruh aliran perjuangan Islam. Hal ini lebih banyak membantu saya dalam bekerja. Barangkali inilah yang lebih utama bagi saya.” Syaikh Usamah meminta maaf dengan lembut.
Maka jika disebutkan organisasi-organisasi Islam, syaikh Usamah bercanda, “Saya ini hanyalah orang yang dipecat dari sebuah organisasi.”
Pahit getir pengalaman Syaikh Usamah dan keluarganya di medan jihad
Saya ingin menceritakan secara singkat hubungan syaikh Usamah bin Ladin dengan organisasi-organisasi Islam dan Imarah Islam Afghanistan. Namun sebelum saya menceritakan hubungan beliau dengan Imarah Islam Afghanistan, ada satu sisi cemerlang dalam kehidupan syaikh Usamah bin Ladin yang ingin saya ceritakan. Barangkali banyak pihak yang belum mengetahui sisi yang satu ini. Sisi tersebut adalah kesulitan-kesulitan pribadi beliau dan keluarga beliau di jalan Allah. Masyarakat Islam barangkali belum mengetahui sisi ini, atau barangkali mereka mengetahuinya secara global saja, sementara rincian pengalaman pahit getir beliau dan keluarga beliau barangkali masih memerlukan penjelasan.
Malaria ganas semasa jihad melawan komunis Rusia
Syaikh Usamah bin Ladin menghadapi banyak sekali kesulitan dan tantangan di medan jihad fi sabilillah. Kita berdoa kepada Allah Ta’ala semoga meninggikan derajat beliau di surga yang tertinggi dan menerima dari beliau segala curahan pengorbanan beliau di jalan Allah. Bagi syaikh Usamah bin Ladin, dunia ini tidak ada nilainya sama sekali. Syaikh Usamah bin Ladin itu seperti yang digambarkan oleh seorang penyair:
Jika telah berkeinginan, ia letakkan tekadnya di depan matanya
Disingkirkannya perhitungan resiko ke sampingnya
Tidak diambilnya saran kecuali dari pedangnya
Tidak ia ridhai kawan selain gagang pedangnya
Syaikh Usamah adalah seseorang yang jika telah memiliki keinginan, maka keinginannya secara total. Jika beliau telah mantap, maka beliau mantap secara total. Jika beliau memberi, maka beliau memberi secara total. Beliau telah mantap dengan persoalan jihad di jalan Allah, maka beliau memberikan segalanya untuk persoalan jihad.
Kondisi tersebut sangat kontras dengan kehidupan pribadi syaikh Usamah. Kehidupan syaikh Usamah bin Ladin bukanlah kehidupan yang enak dan mewah. Justru kehidupan beliau penuh dengan kesusahan, kesempitan dan kesulitan-kesulitan.
(أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُواْ الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْاْ مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاء وَالضَّرَّاء وَزُلْزِلُواْ حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُواْ مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللّهِ قَرِيبٌ)
Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. Al-Baqarah [2]: 214)
Saat berada di pegunungan Tora Bora, syaikh Usamah bi Ladin selalu mengulang-ulang ayat ini. Beliau berkata, “Wahai ikhwah, katakanlah
(مَتَى نَصْرُ اللّهِ)
“Bilakah datangnya pertolongan Allah?”
Beliau merasa optimis dengan kesudahan dalam ayat tersebut
(أَلا إِنَّ نَصْرَ اللّهِ قَرِيبٌ)
“Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”
Syaikh Usamah bin Ladin menghadapi berbagai kesukaran. Di antara kesukaran yang dialami oleh syaikh Usamah bin Ladin dan diceritakannya kepada kami, adalah pada waktu masih masa jihad melawan Rusia. Saat itu ibukota Kabul belum ditaklukkan oleh mujahidin. Syaikh Usamah bin Ladin sangat menginginkan untuk melakukan serangan besar guna menaklukkan Kabul. Syaikh USamah mengumpulkan seluruh organisasi jihad dan bersama mereka mengatur sebuah program besar untuk mengepung Kabul dan menaklukkan Kabul. Untuk keperluan proyek ini, syaikh Usamah telah menginfakkan harta dalam jumlah yang sangat besar untuk persenjataan, perbekalan dan pasukan mujahidin serta membuka jalan-jalan menuju Kabul.
Artinya, syaikh Usamah telha mencurahkan seluruh usaha dan waktunya untuk keperluan proyek ini. Dalam sebuah perjalanan yang beliau tempuh untuk menjalankan proyek ini, beliau melakukan sebuah perjalanan jihad. Sebagiamana sudah saya katakan sebelumnya, saya tidak mengetahui syaikh Usamah bin Ladin melakukan sebuah perjalanan jauh kecuali untuk jihad dan melayani islam, semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada beliau.
Pada waktu itu musim dingin. Salju sangat tebal, udara sangat dingin dan membeku. Rute jalan terputus dari rombongan syaikh Usamah bin Ladin karena begitu tebal dan lebatnya salju. Beliau dan orang-orang yang menyertainya tidak bisa lagi berjalan maju maupun berjalan mundur. Kondisi seperti ini sangat kritis, tentu saja orang yang mengenal alam salju, alam pegunungan dan kondisi seperti itu akan bisa memahami kritisnya kondisi tersebut.
Syaikh Usamah dan orang-orang yang menyertainya memutuskan untuk meninggalkan kendaraan dan kembali berjalan kaki, barangkali mereka bisa menemukan sebuah tempat berlindung dari salju tebal dan hawa dingin yang terlalu dingin tersebut. Kata syaikh Usamah, “Saat itu seluruh wilayah tertutup oleh salju dan hawa dingin.”
Intinya, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniakan kepada mereka sebuah rumah terpencil, yang ternyata dihuni oleh dua orang mujahid atau dua warga Afghan, di tempat yang sangat terisolasi tersebut. Hal itu merupakan rahmat Allah bagi mereka, karena mereka sudah hampir mati di guna tengah belantara salju tersebut. Maka mereka berlindung di rumah tersebut bersama dua orang mujahid penghuni rumah tersebut.
Dua orang mujahid itu berkata kepada mereka, “Kami di sini telah terputus dari jalan. Semua jalan telah terputus. Tidak ada lagi jalan menuju jalan-jalan lain dan desa-desa lain. Kami bersabar di sini sampai salju berakhir, sampai salju mencair, setelah itu jalan akan kembali terbuka.”
Hal itu merupakan sebuah penderitaan tersendiri. Tapi ujian bagi syaikh Usamah bin Ladin diitambah lagi, insya Allah akan meninggikan derajat beliau. Dalam masa tersebut syaikh Usamah bin Ladin mengalami sakit malaria yang sangat berat. Syaikh Usamah bin Ladin menceritakan sendiri kepadaku bahwa malaria tersebut telah membuat kondisi beliau begitu payah. Sampai-sampai beliau kencing darah.
Tentu saja saudara-saudara kami para dokter mengetahui bahwa kencing darah saat sakit malaria merupakan pertanda yang sangat gawat. Seringkali hal itu disertai dengan demam malaria yang berlipat kali sehingga bisa menyebabkkan kematian. Dalam dunia kedokteran, gejala itu disebut “demam air hitam”, yaitu sebuah gejala yang sangat berbahaya dalam sakit malaria, yang menunjukkan kerusakan hemoglobin dan kemunduran total kekebalan tubuh.
Intinya, syaikh Usamah di tempat yang terisolasi tersebut, di tengah belantara salju yang memutus semua jalan, dalam cuaca sangat dingin, dalam salju tersebut, terkena penyakit malaria yang sangat ganas. Beliau bercerita, “Saya hampir-hampir mati.”
Ikhwan-ikhwan yang menyertainya berusaha mencarikan obat untuk beliau, atau mengoobati beliau. Dalam rumah itu ada seekor ayam betina, ayam betina itu memiliki beberapa anak. Mujahid pemilik rumah itu sangat serius mempertahankan induk ayam itu dan anak-anaknya. Maka ikhwan-ikhwan berusaha melunakkan hati mujahid pemilik rumah tersebut. “Biarkanlah kami menyembelih ayam ini untuk orang sakit yang hampir mati ini.”
Tapi mujahid pemilik rumahh itu tidak setuju. Maka ikhwan-ikhwan menaikkan tawaran harga berlipat-lipat kali sehingga akhirnya laki-laki itu mau menerimanya. Ikhwan-ikhwan kemudian menyembelih ayam tersebut. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniakan kesembuhan kepada syaikh Usamah bin Ladin dari malaria ganas tersebut.
Tentu saja ikhwah-ikhwah mujahidin yang mengenal syaikh Usamah bin Ladin dan bergaul dengan beliau pada saat itu mengetahui persis betapa kesehatan syaikh Usamah bin Ladin masih sangat lemah. Sampai-sampai dalam pertempuran-pertempuran di Jalalabad, beliau beberapa kali jatuh pingsan karena badan beliau yang kurus kering. Beliau harus mendapat tambahan asupan gizi. Saya juga masih ingat waktu itu putra beliau, Abdullah, terkena penyakit asma. Abdullah saat itu menyertai ayahnya dalam front pertempuran di Jalalabad. Saya masih ingat pernah satu kali saya menyuntik Abdullah dengan suntikan obat asma. Jadi saat itu kondisi kesehatan syaikh Usamah lemah sekali.
Naik turun gunung terjal pasca invasi salibis AS-NATO ke Afghanistan
Di antara pengalaman-pengalaman yang masih saya ingat tentang penderitaan syaikh Usamah bin Ladin dalam jihad adalah saya masih ingat suatu pengalaman ketika saya bersama beliau setelah penjajah salibis AS menginvasi Afghanistan. Saat itu kami berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Saat itu kami berpindah-pindah dalam kegelapan malam. Perjalanan kami pada malam itu mengharuskan kami untuk menuruni sebuah gunung yang terjal. Kami berjalan menuruni gunung tersebut sekitar empat jam lamanya. Tentu saja dalam kegelapan tersebut kami tidak boleh menyalakan api, baterei atau cahaya apapun sehingga desa-desa di sekitar gunung itu tidak akan melihat cahaya di atas gunung. Jika melihat api atau cahaya di gunung, penduduk desa-desa sekitar gunung tentu akan bertanya-tanya, “Siapa orang-orang yang bergerak di atas gunung itu?
Begitulah. Tentu saja kalian mengetahui pandangan hamba yang faqir ini (syaikh Aiman Azh-Zhawahiri memakai kaca mata minus, pent), pandangan matanya seperti yang sudah kalian semua ketahui.
Adapun syaikh Usamah bin Ladin, bagi orang yang belum mengenal beliau, (saya beritahukan) bahwa beliau melihat dengan satu mata. Salah satu mata syaikh Usamah bin Ladin sudah tidak bisa digunakan untuk melihat sejak masa kanak-kanak, akibat sebuah kecelakaan pada salah satu mata beliau sehingga mata tersebut tidak bisa digunakan untuk melihat lagi.
Seorang penonton yang cerdas bisa memperhatikan ada video yang memperlihatkan syaikh Usamah bin Ladin berlatih menembak pada hari raya Idul Fitri. Video tentang syaikh Usamah bin Ladin itu beredar luas. Orang yang memperhatikan dengan cermat akan melihat syaikh Usamah bin Ladin meletakkan senjata di bahu kirinya, padahal syaikh Usamah bin Ladin bukanlah orang yang kidal. Syaikh Usamah tetap menggunakan tangan kanannya, namun karena mata kanan syaikh Usamah tidak bisa untuk melihat, maka beliau mengincar targetnya dengan mata kirinya.
Dalam kegelapan malam itu, syaikh Usamah hanya melihat dengan satu mata, sementara gunung yang kami turuni atas takdir Allah penuh dengan batu-batu kecil yang sudah tua. Telapak kaki kami seringkali terpeleset di bebatuan tersebut di tengah malam yang gelap tersebut, kami tidak bisa melihat dengan jelas dan kami juga bukan penduduk gunung tersebut. Dalam menuruni gunung tersebut, kami menghadapi kesulitan yang serius. Kami berdoa kepada Allah semoga menerima amal kami dan amal kaum muslimin.
Intinya, setelah berjalan beberapa lama, kami duduk untuk istirahat. Syaikh Usamah bin Ladin berkata, “Maaf, tolong Anda menjauh sedikit dariku.” Saya katakana, “Baik, saya akan menjauh.” Ternyata syaikh Usamah ingin menjulurkan kakinya. Lalu syaikh Usamah bertanya kepadaku, “Tahukah Anda kenapa saya mengatakan kepada Anda untuk menjauh sedikit dariku?” Saya balik bertanya, “Kenapa?” Syaikh Usamah menjawab, “Saya tadi terjatuh dalam kegelapan, dan tulang betis saya jatuh di pinggir sebuah batu tua, lalu seluruh badanku terjatuh di atasnya. Sakitnya sangat terasa, sampai-sampai saya mengira betiisku telah patah. Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan saya, dan ternyata betis saya tidak patah.” Maka saya berkata, “Segala puji bagi Allah Yang telah menyelamatkan Anda.”
Bersambung, insya Allah…
(muhib almajdi/arrahmah.com)