Seorang dokter dan juga da’i, itulah dia Dr.Yusuf Ashii atau Abu Abdullah. Pria kelahiran desa Iblin, Jabal Zawiyah, provinsi Idlib. Dia mengabdikan dirinya sebagai pelayan kesehatan masyarakat Suriah.
Ia membuka prakteknya di lingkungan pedesaan Sahl Ghab. Memberikan pelayanan kesehatan di desa tersebut, sekaligus menyampaikan dakwahnya di lingkungan masyarakat. Semua pengetahuannya tentang Islam yang haq disampaikannya kepada masyarakat tanpa ada hal yang harus ditutupi.
Dakwah tauhid dan pentingnya hidup dalam naungan syariat Islam pun tidak ragu disampaikannya kepada masyarakat. Hingga ia mempunyai banyak sekali pengikut dari kalangan masyarakat sekitar tempat dia praktek.
Pemerintahan dzalim Bashar Asad takut akan gejolak masyarakat yang ditimbulkan oleh dakwah Dr. Yusuf Ashii ini, maka ditangkaplah dia oleh dinas intelijen negara, dan dijebloskan ke dalam penjara selama 6 tahun, dengan tuduhan keikutsertaannya dalam organisasi Al-Qaeda, dan aktifitasnya dalam dunia penggerak aksi “teror”.
Setelah menjalani masa tahanannya, dia dikeluarkan dari penjara Suriah. Saat dia keluar dari penjara, revolusi Suriah mulai bergolak, di mana rakyat Suriah menuntut turunnya rezim dzalim Bashar Asad.
Pembantaian besar-besaran terjadi kala itu oleh rezim Asad terhadap penduduk Muslim Suriah. Maka bersama rekan-rekannya yang dahulu aktif dalam dunia dakwah dan jihad disepakati mereka mendirikan sebuah gerakan mujahidin untuk melawan kebiadaban rezim Asad.
Tahun 2011 sebuah organisasi jihad terbentuk yang diberi nama Harakah Ahrar Syam. Organisasi ini mengusung perlawanan terhadap pemerintahan dzalim Suriah. Anggotanya di seluruh Suriah tercatat sekitar 10.000-20.000 orang.
Di daerah dimana Dr. Yusuf ini berpraktek, yaitu di Sahl Ghab, para pemuda menyambut seruan sang dokter untuk berjihad melawan pemerintahan dzalim pimpinan Asad. Sehingga terkumpul 1200 muqatil, dan mereka memberi nama Liwa Dabush untuk kelompok mereka. Liwa Dabush ini adalah sayap militer Ahrar Syam di Sahl Ghab yang beroperasi di pinggiran Idlib dan Lattakia.
Dengan arahan Dr. Yusuf, para pemuda ini menjadi ancaman yang menakutkan bagi kekuatan rezim. Aksi istisyhadiyah, serangan-serangan ranjau, maupun maju merebut wilayah rezim acap kali mereka lakukan.
Ahrar Syam kala itu menjadi sebuah kelompok Jihad yang disegani oleh rezim karena aksi-aksinya yang menimbulkan kerugian materi maupun personil. Hingga suatu peristiwa pembunuhan terencana dilakukan kepada jajaran kepemimpinan Ahrar Syam pada tanggal 10 Septeber 2014 yang menjadi musibah besar pada gerakan ini.
Terjadi pembunuhan berencana menggunakan senjata kimia gas beracun terhadap para petinggi Ahrar Syam, setidaknya 50 petinggi Ahrar Syam terbunuh dalam aksi itu termasuk amir mereka Syeikh Hassan Aboud.
Peristiwa tersebut terjadi di wilayah Ram Hamdan, Idlib. Sebuah pukulan telak bagi Ahrar Syam, karena kehilangan para penggagas utama gerakan ini.
Penyebab utama pembunuhan petinggi Ahrar Syam ini adalah kebijakan dari qiyadah Ahrar Syam untuk menolak masuk ke aliansi yang mendukung barat dan jaringan intelejen negara-negara Arab yang bertujuan membuat rekonsiliasi (memulihkan persahabatan dan menyelesaikan perbedaan) dengan Bashar Asad.
Kematian para petinggi Ahrar Syam ini masih menjadi sebuah misteri siapakah pelaku di balik serangan tersebut. Apakah itu dari faksi pejuang Suriah lain (saat itu ISIS yang disalahkan atas serangan tersebut) ataupun pekerjaan intelejen asing.
Dr.Yusuf Ashii ikut terbunuh dalam peristiwa tersebut. Para pemuda Sahl Ghab yang menjadikannya tokoh panutan, seakan-akan kehilangan sosok pahlawan teladan.
Liwa Dabush yang dahulu kuat dan solid, perlahan memudar keperkasaannya. Banyak anggota baru yang tidak terfilter membuat liwa ini semakin merosot dari mentalitasnya yang bagus sebelumnya.
Mulai dari merokok, bahkan sampai mencuri menjadi sebuah hal yang mereka anggap wajar dari Liwa Dabush. Simpati dari masyarakat pun luntur dengan ulah oknum Liwa Dabush ini. Mereka sama sekali tidak mengindahkan pimpinan mereka untuk menjaga akhlak Islamiyah. Amir mereka Abu Abdullah Asy-Syami sampai menyerah menghadapi ulah anak buahnya yang tidak dapat diperingatkan.
Kadangkala terjadi benturan dengan ikhwah Hizbul Islam Turkistan, akibat ulah Liwa Dabush yang mencuri ghonimah. Sebuah kata disematkan ikhwah Turkistan kepada mereka yaitu “alibaba” (tokoh pencuri).
Dan usaha-usaha dakwah mulai gencar dilakukan kembali untuk mengembalikan para pemuda Sahl Ghab. Dengan pembangunan sumur dan perbaikan Masjid sebagai sarana dakwah bagi mereka. In syaa Allah dengan sarana tersebut mampu menyambung tali estafet dakwah Dr.Yusuf Ashii.
Perlahan mereka mulai menerima dakwah ikhwah dari Jabhah Nushrah yang kini merubah nama mereka menjadi Jabhah Fath Syam, dengan kelembutan mereka.
Semoga Allah membalas jasa dr.Yusuf ashii dan menempatkannya di barisan para syuhada. Aamiin. (haninmazaya/arrahmah.com)