DAMASKUS (Arrahmah.com) – Banyak anak-anak di Douma, di pedesaan timur Damaskus, telah menemukan jenis pekerjaan baru yang bisa menghasilkan uang untuk membantu keluarga mereka. Mulai di pagi hari, mereka berkeliaran di jalanan, mencari bahan plastik untuk dikumpulkan, dan setelah itu mereka membawanya ke salah satu pusat yang akan membeli bahan plastik tersebut.
Zakariyya baru berusia sepuluh tahun, tapi dia sangat mahir, seperti orang dewasa yang berpengalaman. Zakariyya mengungkapkan bahwa ayahnya hilang satu bulan lalu sehingga ia mulai mengumpulkan bahan plastik untuk membantu keluarganya.
“Saya berhenti dari pekerjaan itu setelah teman-teman saya terbunuh dalam salah satu serangan bom militer di kota. Mereka sedang mengumpulkan bahan plastik ketika pengeboman itu terjadi. Mereka seusia dengan saya,” ungkap Zakariyya, sebagaimana dilansir oleh Orient Net, Ahad (6/3/2016).
Karena blokade ketat yang diberlakukan oleh rezim Suriah, kehidupan di Ghouta Timur (pedesaan Damaskus) menjadi sangat sulit, dan kematian yang selalu mengintai setiap saat. Dalam upaya putus asa untuk menghindari kematian, orang di Ghouta terpaksa menggunakan metode primitif dan kadang-kadang berbahaya.
Tapi semua upaya mereka tidak dapat mencegah ancaman kematian yang terus-menerus mengepung mereka. Saat Ahmad, (10), menceritakan tentang pekerjaannya dalam mengumpulkan bahan plastik, sebuah pesawat militer memasuki ruang udara di Douma untuk menyerang kota itu dengan roket, tapi Ahmad yang pemberani, yang telah terbiasa dengan situasi ini, melanjutkan pembicaraannya dengan kami, acuh tak acuh terhadap apa yang mungkin saja terjadi.
“Saya telah mengumpulkan bahan plastik selama satu tahun. Banyak dari teman-teman saya yang tewas saat memncari plastik di di jalan-jalan. Kami tentu saja takut pesawat, tapi tidak ada yang bisa kami lakukan untuk menghentikan mereka, “kata Ahmad.
Dengan ketidakpedulian terhadap resiko kematian yang setiap saat mengintai mereka, Omar, (15), telah mengumpulkan bahan plastik selama bertahun-tahun. Dia menempatkan hidupnya dalam bahaya setiap hari untuk mendapatkan beberapa tepung gandum agar keluarganya tidak kelaparan.
“Saya menghabiskan hari-hari saya mengumpulkan plastik untuk bertahan hidup. Inilah hidup yang saya jalani,” kata Omar, yang ditemui di pusat jual beli plastik di Douma.
Omar tidak berbeda dari kebanyakan anak-anak lain di Douma. Blokade yang berlangsung lebih dari tiga tahun telah memaksanya untuk menjalani pekerjaan yang keras dan berbahaya ini. Jika bukan karena plastik, hidup di Douma akan benar-benar berhenti, terutama dengan tidak adanya pasokan listrik dan air dan sama sekali, seperti yang diceritakan oleh Omar.
(ameera/arrahmah.com)