DOHA (Arrahmah.id) – Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memberikan video kejutan pada konferensi internasional Forum Doha pada Sabtu (23/3/2022).
Dalam video tersebut, ia menyerukan lebih banyak upaya untuk mengakhiri agresi Rusia di negaranya.
“Rusia sengaja membual bahwa mereka dapat menghancurkan dengan senjata nuklir, tidak hanya negara tertentu tetapi seluruh planet,” kata Zelenskyy, dilansir Anadolu Agency.
“Kami harus memastikan bulan suci Ramadhan ini tidak dibayangi oleh kesengsaraan orang-orang di Ukraina,” tambahnya.
Pemimpin Ukraina itu juga meminta negara-negara penghasil energi untuk meningkatkan produksi sehingga Rusia tidak dapat menggunakan kekayaan minyak dan gasnya untuk “memeras” negara lain.
“Masa depan Eropa tergantung pada upaya Anda,” kata Zelenskyy. “Saya meminta Anda untuk meningkatkan output energi Anda untuk memastikan bahwa setiap orang di Rusia memahami bahwa tidak ada negara yang dapat menggunakan energi sebagai senjata untuk memeras dunia.”
Zelenskyy juga memperingatkan bahwa tidak ada negara yang kebal dari goncangan dampak perang Rusia di negaranya, mengutip kenaikan harga pangan yang disebabkan oleh gangguan pasokan gandum.
“Mereka menghancurkan pelabuhan kami,” kata Zelenskyy. “Tidak adanya ekspor dari Ukraina akan memberikan pukulan bagi negara-negara di seluruh dunia.”
Rusia adalah pengekspor gandum terbesar di dunia, dan Ukraina adalah yang terbesar kelima. Bersama-sama, mereka menyediakan 19% pasokan jelai dunia, 14% gandum, dan 4% jagung, yang merupakan lebih dari sepertiga ekspor sereal global.
Edisi ke-20 Forum Doha dimulai di ibukota Qatar pada Sabtu (23/3). Program yang rencananya akan digelar selama dua hari ini dihadiri oleh pembicara terkemuka, termasuk pembuat kebijakan, perwakilan organisasi internasional, pemimpin bisnis, aktivis dan akademisi.
Berbicara pada sesi pembukaan, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani mengatakan perang Rusia di Ukraina telah menunjukkan “tanpa keraguan bahwa formula yang menjadi dasar tatanan internasional setelah Perang Dunia II – dan setelah berakhirnya Perang Dingin. Perang sedang berubah.”
Rusia memulai perangnya pada 24 Februari. Hal itu telah disambut dengan kemarahan internasional, dengan Uni Eropa, AS, dan Inggris, antara lain, menerapkan sanksi keuangan yang keras terhadap Moskow.
Setidaknya 1.081 warga sipil telah tewas di Ukraina dan 1.707 terluka, menurut perkiraan PBB, sementara mencatat bahwa angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi.
Lebih dari 3,7 juta orang Ukraina juga telah melarikan diri ke negara-negara tetangga, dengan lebih dari 6,5 juta mengungsi di dalam negeri, menurut badan pengungsi PBB. (rafa/arrahmah.id)