JAKARTA (Arrahmah.com) – Hari ini, Jum’at (25/11/2011) rombongan Kirab Resulusi Jihad NU rencananya akan memasuki DKI Jakarta dan finish di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat. Kirab sendiri telah dimulai sejak hari Ahad, 20 November 2011 dari Monumen Resolusi Jihad, di Kantor PCNU, Surabaya. Apa tujuan dan makna Kirab Resolusi Jihad yang diadakan oleh NU ini ?
Resolusi Jihad NU, Sejarah yang dilupakan ?
Demikian judul buku yang diterbitkan bersamaan dengan “Kirab Resolusi Jihad” yang diadakan oleh NU, PKB, dan keluarga besar NU lainnya. Kirab Resolusi Jihad itu sendiri sudah dilounching pada tanggal 10 November 2011, bertempat di Gedung PBNU, Lt 8, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat.
Dalam sambutannya pada peresmian Momunen Resolusi Jihad di Kantor PCNU Surabaya, 23 Oktober 2011, Ketua Umum PBNU, KH Said Agil Siradj mengatakan bahwa NU sampai kapan pun akan terus berjuang tanpa lelah mempertahankan NKRI dan Resolusi Jihad ini adalah salah satu contoh yang ditunjukkan oleh para ulama namun selama ini kurang diperhatikan
Kirab Resolusi Jihad NU sendiri sudah dimulai pada tanggal 20 hingga 25 November 2011, yang dimulai dari Monumen Resolusi Jihad di Kantor PCNU Kota Surabaya menuju Gresik, Lamongan, Tuban, dst, dst, hingga nantinya akan berakhir di Tugu Proklamasi Jakarta Pusat.
Dalam buku saku 60 halaman tersebut, di bagian IV, berjudul 22 Oktober 1945 : Resolusi Jihad Dicetuskan, dijelaskan apa yang dimaksud dengan Resolusi Jihad NU 1945, yakni sebuah naskah resolusi atau semacam rekomendasi dari hasil rapat yang dipimpin oleh KH Wahab Hasbullah dari tanggal 21 s/d 22 Oktober 1945. Adapun point-point dari Resolusi Jihad NU tersebut adalah :
-
Setiap Muslim tua muda dan miskin sekalipun wajib memerangi orang kafir yang merintangi kemerdekaan Indonesia
-
Pejuang yang mati dalam membela kemerdekaan Indonesia layak dianggap syuhada
-
Warga yang memihak kepada Belanda dianggap memecah belah persatuan dan oleh karena itu harus dihukum mati
Naskah ini disebut-sebut ditandatangani oleh KH Hasyim Asyari dan disebarluaskan ke seluruh pelosok JATIM dan Madura, tak terkecuali kepada komandan-komandan laskar Hizbullah, Laskar Sabilillah, Laskar Santri, dan komandan PETA.
Peristiwa bersejarah itulah yang kini diperingati NU, PKB, dan keluarga besar NU lainnya melalui Kirab Resolusi Jihad NU. Pertanyaannya kemudian apakah makna jihad yang dahulu dicetuskan oleh para ulama NU di tahun 1945 (yakni berperang melawan orang-orang kafir Belanda) tersebut masih sama dengan makna jihad yang kini diperingati NU melalui kirab tersebut?
Memaknai jihad ala NU & Proyek Deradikalisasi
Ternyata makna jihad yang kini diperingati oleh NU, PKB, dan keluarga besar NU lainnya sudah sangat jauh menyimpang dari makna jihad di tahun 1945 dan kini bahkan terkesan tendensius untuk membelokkan makna jihad tersebut. Coba lihat buku Resolusi Jihad NU pada halaman 58, disebutkan:
“Kirab ini juga bertujuan untuk memberikan pesan kuat kepada generasi sekarang agar mentransformasikan jihad di era globalisasi dengan berjihad membangun negeri, menghadirkan kesejahteraan, menebarkan rasa aman dan kedamaian serta melanggengkan persatuan dan kesatuan di bumi nusantara.”
Defenisi jihad tersebut jelas sangat “asing” dan tidak dikenal dalam khazanah keilmuan Islam manapun yang bersumber dari Al Qur’an, As Sunnah, bersadarkan pemahaman para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in (generasi salafus sholeh).
Padahal di point pertama resolusi jihad NU (yang juga terdapat dalam buku yang sama) tersebut berbunyi…”wajib memerangi orang kafir”…yang dalam hal ini adalah pasukan kafir Belanda yang waktu itu masuk kembali ke negeri ini membonceng pasukan kafir sekutu.
Padahal, resolusi jihad di masa lalu yang kini diklaim NU menjadi Resolusi Jihad NU itu pun akhirnya meletuskan pertempuran di Surabaya oleh Bung Tomo, dengan meneriakkan kalimat takbir, Allahu Akbar!. Lalu mengapa pengertian jihadnya saat ini menjadi melenceng dan tidak lagi bermakna perang melawan orang-orang kafir?
Benar apa yang telah dikatakan oleh Syekh Yusuf Al Uyairi dalam kitabynya “Thawabit ala darbul Jihad”, bahwa saat ini seluruh dunia berdiri untuk melawan satu ibadah dalam Islam, yakni ibadah jihad.
Beliau melanjutkan, untuk melawan jihad ini, mereka mengerahkan kekuatan agamanya, politik, ekonomi, media, adat istiadat, dan opini mereka untuk berperang melawan jihad fie sabilillah.
Kini, apa yang dilakukan NU, PKB, dan seluruh komponen NU dengan Kirab Resolusi Jihadnya adalah salah satu contoh bagaimana jihad dan makna jihad diperangi, ditutup-tutupi, diselewengkan, agar ummat Islam, khususnya kaum mudanya tidak lagi memahami maknanya yang benar, yakni berperang melawan orang-orang kafir untuk meninggikan kalimat Allah SWT.
Dengan demikian, Kirab Resolusi Jihad ini pada hakikatnya adalah atau serupa dengan program deradikalisasi terselubung yang dilakukan oleh NU, PKB, dan keluarga besar NU lainnya, yang bisa jadi disponsori oleh BNPT, atau bahkan AS, sang pemimpin perang salib. Maklum, belum lama ini Ketua PBNU, KH Said Aqil Siradj baru saja berkunjung ke negeri paman Sam tersebut dan mendapatkan kucuran dana segar.
Konyolnya lagi, Ahmad Dhani, pentolan DEWA 19, yang juga diajak dalam kirab tersebut, menyarankan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) segera mendaftarkan paten bagi istilah jihad. Menurutnya, ikhtiar itu dilangsungkan demi mencegah pemakaian istilah yang tak semestinya, yang niscaya merugikan Islam. Masya Allah, istilah jihad seperti apa yang akan dipatenkan oleh Ahmad Dhani dan PBNU? Mudah-mudahan peristiwa ini menjadi pelajaran bagi kaum Muslimin. Allahu Akbar!
(M Fachry/arrahmah.com)