JAKARTA (Arrahmah.com) – Kinerja Gubernur DKI Jakarta Basuki (Ahok) yang selama ini diklaim berhasil membangun ibu kota patut dipertanyakan.
Menurut Ketua Forum Pemerhati Pilkada Jakarta Agusta Surya Buana, selama ini tidak ada persoalan ibu kota yang selesai di tangan Ahok.
“Saya dari awal heran, Ahok berhasil di bidang apa sih. Terhadap persoalan yang oleh warga dianggap sangat penting diselesaikan, berhasil tidak dia,” ujarnya di Jakarta, Senin (18/7/2016), dikutip dari Rmol.
Surya menjelaskan, masalah kemacetan lalu lintas, ancaman banjir, dan kesenjangan ekonomi adalah persoalan yang ditunggung warga Jakarta untuk diatasi. Namun, selama menggantikan Joko Widodo, kinerja Ahok tidak terlihat di bidang tersebut.
“Harapan masyarakat terhadap kemacetan ini luar biasa, tapi apa kerja Ahok. Di mana keberhasilannya dalam menyediakan transportasi publik yang nyaman dan tepat waktu,” ujarnya.
Karena itu, dia mengaku tidak heran jika ada lembaga survei yang menyatakan tingkat kepuasan warga Jakarta terhadap kinerja Ahok rendah. Sebab, masyarakat belum merasakan adanya peningkatan berarti .
“Kemacetan tambah parah masak mau dinilai berhasil, kan aneh,” tegas Surya.
Warga miskin Jakarta bertambah
Terkait, angka kemiskinan warga Jakarta juga mengalami peningkatan di bawah kepemimpinan Ahok.
Dalam rilisnya, Senin (18/7), Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mengungkap jumlah penduduk miskin di ibu kota pada Maret 2016 sebanyak 384,30 ribu orang (3,75 persen). Dibandingkan dengan September 2015 (368,67 ribu orang atau 3,61 persen), jumlah tersebut meningkat sebesar 15,63 ribu atau 0,14 poin.
Jika dibandingkan dengan Maret 2015 dengan jumlah penduduk miskin sebesar 398,92 ribu orang (3,93 persen), jumlah tersebut menurun 14,62 ribu orang atau 0,18 poin. Hal itu dipengaruhi turunnya inflasi yang terjadi DKI Jakarta.
“Garis kemiskinan (GK) bulan Maret 2016 sebesar Rp 510.359 per kapita per bulan, lebih tinggi dibandingkan dengan GK September 2015 sebesar Rp 503.038 per kapita per bulan, dan dsri GK Maret 2015 sebesar Rp 487.338 per kapita per bulan,” kata Kepala Bidang Bidang Statistik Sosial BPS DKI Jakarta Sri Santo Budi Muliayinah, lansir Rmol, Senin (18/7).
Menurut Sri, peranan komoditi terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan).
“Sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan Maret 2016 sebesar 64,59 persen (Rp 329.644), sedangkan sumbangan garis kemiskinan non makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 35,41 persen (Rp 180.715),” ujarnya.
Ditambahkan Sri, komoditi yang paling penting bagi penduduk miskin di Jakarta adalah beras. Pada Maret 2016 sumbangan pengeluaran beras terhadap GK sebesar 21,81 persen, kedua yakni rokok kretek filter 14,12 persen, dan daging ayam ras 7,23 persen.
(azm/arrahmah.com)