(Arrahmah.com) – Dalam perayaan Yaumul Quds atau Hari Quds Sedunia yang digelar pada Jum’at, (25/7/2014), sejumlah massa aksi syiah membawa atribut menarik. Maklum saja, sebab gelaran Hari Quds Sedunia adalah ajang propaganda syiah ke muka publik yang digelar tiap tahunnya.
Didominasi oleh bocah dan kaum hawa, peserta aksi membawa tulisan-tulisan bernada kecaman pada Israel dan seruan pembebasan Palestina. Di antara mereka banyak yang membawa bendera Palestina dan bendera Indonesia. Ada juga seorang pemuda yang membawa selembar bendera ormas Nahdlatul Ulama. Entah, pemuda itu dari Pengurus Wilayah NU daerah mana, tapi kesendiriannya cukup menyita perhatian.
Ada juga sejumlah pemuda terlihat membentangkan bendera Palestina berukuran jumbo. Sekitar belasan pemuda bersemangat mengusung bendera Palestina sekitar 3×5 meter itu di depan Kedubes AS, sore itu.
Di sudut lainnya, sederet bocah nampak memakai ikatan kepala khas syiah bertuliskan “Ya Hussein” dalam aksara Arab. Baju yang mereka kenakan juga bertuliskan kaligrafi Persia yang bertuliskan pujian kepada imam-imam Syiah seperti Ali, Hasan, Hussein, Fathimah Az-Zahra dan lainnya.
Tapi yang paling menarik tentu saja dominasi warna kuning di antara para peserta. Warna yang dibenci oleh Rasulullah SAW itu datang dari para peserta aksi yang mengibarkan bendera Hizbullah Lebanon. Sebetulnya hal ini tidak mengherankan. Setiap tahunnya, dalam perayaan Yaumul Quds, para penganut syiah ini memang senantiasa membawa bendera Hizbullah Lebanon.
Kaum Syiah percaya betul bahwa Hizbullah Lebanon adalah simbol perlawanan kelompok syiah terhadap Israel. Memang, tak perlu dipungkiri, pada tahun 2006 pernah meletus Perang Lebanon antara Syiah Hizbullah dengan pasukan Israel. Insiden tersebut betul-betul dimanfaatkan kelompok syiah untuk dijadikan propaganda kepada dunia bahwa Syiah = Anti-Israel.
Maka, kini pertanyaannya adalah benarkah Hizbullah adalah gerakan perlawanan anti Israel? Apa yang sebenarnya terjadi dan hasil Perang Lebanon 2006? Terakhir, yang tak kalah pentingnya apa sepak terjang Gerakan Hizbullah yang dipimpin Hasan Nasrallah di kancah global?
Sejumlah tulisan mengenai hal ini sebenarnya sudah sering diulas. Tapi, ada baiknya kita mengulang pelajaran sejarah yang berharga ini, agar anak cucu kita tak termakan ‘pepesan kosong’ retorika syiah.
Siapa Hizbullah Lebanon?
Kelompok Syiah Hizbullah didirikan di Lebanon pada tahun 1982, tetapi baru masuk ke arena politik pada tahun 1985. Kelompok ini lahir dari rahim gerakan Syiah di Lebanon yang bernama Harakat Amal (Gerakan Amal), yang didukung oleh Iran.
Mulanya, nama gerakan ini sesuai nama induknya yaitu Pergerakan Syiah Amal, lalu berganti dengan “Pergerakan Islam Amal” untuk memperluas ruang lingkupnya guna menjangkau seluruh umat Islam. Hal itu dikarenakan peran Gerakan Amal terbatas pada skala politik Syiah Lebanon saja.
“Gerakan Islam Amal” inilah yang mengurusi penyebaran Syiah di Lebanon dan dunia Islam, dengan mengangkat slogan pejuang perlawanan yang akan membela umat dan melindungi tempat-tempat sucinya.
Namun, Gerakan Amal punya rekam jejak yang buruk terhadap bangsa Palestina. Pada bulan September 1982, milisi Kristen Maronit Lebanon bersama Gerakan Amal membantai ribuan pengungsi Palestina di Kamp Pengungsian Sabra dan Shatilla. Pembantaian ini tentu saja didukung oelh bantuan Israel yang berkilah mencari aktifis perlawanan PLO.
Jejak Gerakan Amal yang penuh dengan kekejaman dan kejahatan yang keji ini membuat Syiah bergegas merubah nama kelompok tersebut, dan mengubah namanya menjadi kelompok baru yang saat ini dikenal sebagai ‘Hizbullah’.
Organisasi yang didirikan oleh Musa Sadr ini juga dekat dengan kelompok Alawiyyin yang dikenal dengan Sekte Nushairi di Suriah. Musa Sadr pernah meminta agar dikeluarkan keputusan hukum bahwa warga di Lebanon Utara harus menganut ajaran syiah, dan diangkat bagi mereka seorang mufti bermazhab Syiah Itsna ‘Asyariyah (Syiah Imam 12). Ketika Ali Sulaiman Al-Assad, bapak Hafez Assad hendak mati, maka Hafez memanggil al-Sadr. Sadr akhirnya mentalqinnya sebagaimana orang yang hampir mati ditalqin.
Maka, jika saat ini Gerakan Hizbullah Lebanon membantu mati-matian Rezim Bashar Assad -anak dari Hafez Assad- di Suriah bukan hal yang aneh. Hakikatnya mereka adalah satu tubuh di bawah payung ideologis, sekte syiah.
Perang Lebanon dan akal bulus Hizbullah
Menurut laporan Human Rights Watch (HRW) berkaitan dengan Perang Lebanon, ada 3 hal yang menjadi fokus utama paska peperangan yang berlangsung selama 28 hari tersebut. Satu, Apakah warga Lebanon tewas karena seranagan udara Israel atau karena kombatan. Dua, apakah Israel mengabaikan hukum internasional dalam serangan ke wilayah selatan Lebanon. Tiga, Apakah Hizbullah juga berperan memperburuk jumlah kematian warga sipil Lebanon?
Ternyata, dari fakta lapangan ditemukan bahwa wilayah selatan Lebanon yang jadi bulan-bulanan serangan Israel adalah wilayah mayoritas Sunni. Perang Lebanon 2006 meluluhlantakkan rumah dan bangunan Muslim Sunni. Menurut HRW, sekitar 1.109 warga sipil Lebanon terbunuh.
Setelah, Israel menghabisi kawasan selatan Lebanon, datanglah Gerakan Hizbullah dengan kedok bantuan sosial, menolong dan membantu muslim Sunni yang jadi korban Israel. Perlahan-lahan mereka merayu dan mengajak Sunni di Selatan Lebanon berpindah ke ajaran syiah. Kini, paska Perang 2006, wilayah selatan Lebanon jadi mayoritas dihuni warga syiah.
Selain dua fakta di atas, masih banyak bukti-bukti lain yang membantah permusuhan Israel dan Syiah. Bagi yang berminat bisa ditelusuri dalam Skandal Iran Gate atau Iran Contra di masa pemerintahan Ronald Reagan. Atau bisa dikulik semasa invasi AS ke Irak pada tahun 2003. Agaknya, kaum muslimin Indonesia harus ingat perkataan Bung Karno. Jas Merah! Jangan sekali-kali melupakan sejarah!
Penulis: Fajar Shadiq
(azm/arrahmah.com)