(Arrahmah.com) – Hari ini, tanggal 9 Dzulhijah 1432 H, lebih dari dua juta jama’ah haji dari seluruh penjuru dunia berkumpul di padang Arafah, menunaikan rukun haji yang terpenting yaitu wuquf. Sungguh sebuah pemandangan yang indah dan mengharukan, saat jutaan muslim dan muslimah dengan pakaian sederhana serba putih berkumpul di satu tempat yang mulia, untuk bersama-sama melakukan satu amalan yang mulia, demi mengharap balasan yang mulia; ridha Allah dan pengampunan-Nya.
Mereka berasal dari beragam latas belakang suku, bangsa, bahasa, warna kulit,daerah, pekerjaan, pendidikan, strata sosial, usia, dan bahkan jenis kelamin. Namun kesemua perbedaan duniawi tersebut hilang tak berbekas. Mereka disatukan dalam kerendahan diri dan penghambaan di hadapan Allah Yang Maha Agung. Semuanya adalah hamba Allah, satu sama lain tiada kelebihan melainkan dengan ketakwaan.
Hari Arafah merupakan hari yang sangat agung. Pada hari ini Allah mengabulkan doa-doa dan memaafkan kesalahan-kesalahan para hamba-Nya. Pada hari ini, Allah membanggakan ahlu Arafah di hadapan para malaikat, mengampuni dosa-dosa mereka, dan menyelamatkan mereka dari api neraka kelak di akhirat. Pada hari ini, Allah menyempurnakan agama-Nya, menggenapkan nikmat-Nya, memuliakan hamba-Nya yang beriman, dan menghinakan setan.
***
Kemuliaan dan keutamaan hari Arafah
Hari Arafah adalah hari yang dimuliakan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Hari Arafah memiliki banyak keutamaan dan kemuliaan. Di antaranya adalah:
Pertama, hari disempurnakannya agama Islam dan digenapkannya nikmat
عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ ، قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ مِنَ الْيَهُودِ إِلَى عُمَرَ ، فَقَالَ : يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ آيَةٌ فِي كِتَابِكُمْ تَقْرَءُونَهَا ، لَوْ عَلَيْنَا نَزَلَتْ ، مَعْشَرَ الْيَهُودِ ، لَاتَّخَذْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ عِيدًا ، قَالَ : وَأَيُّ آيَةٍ ؟ قَالَ : { الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ ، وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي ، وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا } ، فَقَالَ عُمَرُ : إِنِّي لَأَعْلَمُ الْيَوْمَ الَّذِي نَزَلَتْ فِيهِ ، وَالْمَكَانَ الَّذِي نَزَلَتْ فِيهِ ، ” نَزَلَتْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَرَفَاتٍ فِي يَوْمِ جُمُعَةٍ “
Dari Thariq bin Syihab berkata: “Seorang pendeta Yahudi datang kepada Umar bin Khathab dan berkata, “Wahai amirul mukminin, ada sebuah ayat dalam kitab suci kalian yang senantiasa kalian baca. Seandainya ayat tersebut diturunkan kepada kami, kaum Yahudi, niscaya hari turunnya ayat tersebut akan kami tetapkan sebagai hari raya.
Umar bertanya, “Ayat yang mana?” Pendeta Yahudi itu menjawab, “Ayat : Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nimat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu. (QS. Al-Maidah (5): 3).”
Umar berkata, “Sungguh aku mengetahui hari dan tempat turunnya ayat tersebut. Ayat tersebut turun kepada Rasulullah saat beliau wuqufi di Arafah pada hari Jum’at.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedua,hari raya umat Islam
عَنْ مُوسَى بْنِ عَلِيٍّ ، وَالْإِخْبَارُ ، فِي حَدِيثِ وَهْبٍ ، قَالَ : سَمِعْتُ أَبِي أَنَّهُ ، سَمِعَ عُقْبَةَ بْنَ عَامِرٍ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” يَوْمُ عَرَفَةَ ، وَيَوْمُ النَّحْرِ ، وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الْإِسْلَامِ ، وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ “
Dari Uqbah bin Amir RA berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Hari Arafah, hari penyembelihan, dan hari-hari tasyriq (11-13 Dzulhijah) adalah hari raya kita umat Islam, dan ia merupakan hari-hari makan dan minum.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasai, Ahmad, dan Ibnu Abi Syaibah. Hadits shahih)
Ketiga,hari yang agung sehingga Allah bersumpah dengannya
Allah SWT bersumpah dengan hal-hal yang agung:
وَ اْليَوْمِ اْلمَوْعُودِ () وَشَاهِدٍ وَمَشْهُودٍ ()
“Dan demi hari yang dijanjikan, dan demi hari yang menyaksikan dan hari yang disaksikan.” (QS. Al-Buruj (85): 2-3)
Makna ayat yang mulia di atas dijelaskan oleh sebuah hadits,
َنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ رَافِعٍ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” ” اليَوْمُ المَوْعُودُ يَوْمُ القِيَامَةِ ، وَاليَوْمُ المَشْهُودُ يَوْمُ عَرَفَةَ ، وَالشَّاهِدُ يَوْمُ الجُمُعَةِ ،
Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Hari yang dijanjikan adalah hari kiamat, hari yang disaksikan adalah hari Arafah, dan hari yang menyaksikan adalah hari Jum’at.” (HR. Tirmidzi, Ath-Thabarani, Al-Baihaqi. Hadits hasan shahih)
Hari Arafah merupakan hari yang ganjil yang disebutkan dalam firman Allah: “Dan demi (hari) yang genap dan (hari) yang ganjil.” (QS. Al-Fajr (89): 3)
Imam Ibnu Abbas, Ikrimah, dan adh-Dhahak berkata, “Hari yang genap adalah hari Idul Adha dan hari yang ganjil adalah hari Arafah,”
Keempat, shaum sunnah hari Arafah dapat menghapuskan dosa-dosa kecil selama dua tahun
Shaum sunnah Arafah sangat dianjurkan bagi umat Islam yang tidak melaksanakan haji. Adapun para jama’ah haji tidak diperintahkan untuk melaksanakan shaum Arafah. Jama’ah haji diperintahkan untuk wuquf dan memperbanyak amal shalih di Arafah. Rasulullah SAW bersabda tentang keutamaan shaum hari Arafah,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ ، وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ
“Shaum hari Arafah, aku mengharap Allah menghapuskan dengannya dosa satu tahun sebelumnya dan dosa satu tahun sesudahnya.” (HR. Muslim, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ قَالَ : ” يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ
Dari Abu Qatadah Al-Anshari RA bahwasanya Rasulullah SAW ditanya tentang shaum pada hari Arafah, maka beliau menjawab, “Ia dapat menghapus dosa-dosa tahun yang lalu dan tahun berikutnya.” (HR. Muslim, An-Nasai, Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Abu ‘Awanah, dan Al-Baihaqi)
Kelima, pada hari Arafah Allah membebaskan banyak hamba-Nya dari siksa neraka kelak di hari kiamat, Allah mendekat ke langit dunia, dan Allah membanggakan jama’ah haji di hadapan para malaikat
عَنِ ابْنِ الْمُسَيِّبِ ، قَالَ : قَالَتْ عَائِشَةُ : إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ” مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ ، مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ ، وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ، ثُمَّ يُبَاهِي بِهِمِ الْمَلَائِكَةَ ، فَيَقُولُ : مَا أَرَادَ هَؤُلَاءِ ؟ “
Dari Aisyah RA berkata: Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Tiada suatu hari yang pada waktu tersebut Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari api neraka, selain hari Arafah. Pada hari tersebut, Allah mendekat (kepada hamba-Nya) dan Allah membanggakan mereka di hadapan para malaikat. Allah bertanya kepada para malaikat: ‘Apa yang mereka inginkan?” (HR. Muslim, An-Nasai, Ibnu Majah, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi)
Imam Ibnu Abdil Barr Al-Maliki berkata, “Hadits ini menunjukkan bahwa mereka (jama’ah haji yang wuquf di Arafah, edt) telah diampuni. Karena Allah tidak mungkin membangga-banggakan orang-orang yang banyak berbuat dosa, kecuali setelah mereka bertaubat dan mendapat ampunan. Wallahu alam.”
Imam Ibnu Rajab Al-Hambali dalam Lathaiful Ma’arif menjelaskan bahwa pembebasan dari api neraka pada hari Arafah berlaku umum untuk seluruh umat Islam yang beriman, bertakwa, beramal shalih, dan bertaubat. Janji ini tidak hanya berlaku untuk jama’ah haji semata.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِي ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ : ” إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِي مَلَائِكَتَهُ عَشِيَّةَ عَرَفَةَ بِأَهْلِ عَرَفَةَ ، فَيَقُولُ : انْظُرُوا إِلَى عِبَادِي أَتَوْنِي شُعْثًا غُبْرًا “
Dari Abdullah bin Amru bin Ash RA dari Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah membanggakan orang-orang yang wuquf di Arafah pada sore hari Arafah di hadapan para malaikat-Nya. Allah berfirman: “Lihatlah para hamba-Ku itu! Mereka datang dengan rambut acak-acakan dan telapak kaki yang berdebu.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabarani, hadits shahih)
Keenam, pada hari Arafah Allah mengambil perjanjian tauhid dari anak keturunan Adam
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ” أَخَذَ اللَّهُ الْمِيثَاقَ مِنْ ظَهْرِ آدَمَ بِنَعْمَانَ – يَعْنِي عَرَفَةَ – فَأَخْرَجَ مِنْ صُلْبِهِ كُلَّ ذُرِّيَّةٍ ذَرَأَهَا ، فَنَثَرَهُمْ بَيْنَ يَدَيْهِ كَالذَّرِّ ، ثُمَّ كَلَّمَهُمْ قِبَلًا ” قَالَ : ) أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِنْ بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ (
Dari Ibnu Abbas RA dari Nabi SAW bersabda: “Allah mengambil perjanjian tauhid dari punggung Adam di Arafah, maka Allah mengeluarkan dari tulang sulbi Adam seluruh anak keturunan Adam, kemudian Allah menebarkan mereka di hadapannya bagaikan semut, lalu Allah berfirma kepada mereka:
“Bukankah Aku ini Rabb kalian?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kalian tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengah terhadap (perjanjian tauhid) ini.” Atau agar kalian tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Ilah sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang yang sesat dahulu?” (QS.Al-A’raf ( 7):172-173) (HR. Ahmad, An-Nasai, Ath-Thabari, Ath-Thahawi, Ibnu Abi Hatim, dan Al-Hakim. Hadits shahih)
***
Amalan yang sangat dianjurkan di hari Arafah
Pertama, melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya SAW. Misalnya shalat lima waktu secara berjama’ah di masjid, berbakti kepada orang tua, menghormati tamu, memuliakan tetangga, menyantuni fakir-miskin dan anak yatim, dan lain-lain. Hal ini terutama sekali untuk kaum muslimin yang sedang tidak mengerjakan ibadah haji.
Kedua, menjauhi segala bentuk kemaksiatan.
Dari Ibnu Abbas RA berkata:
كَانَ الْفَضْلُ بْنُ عَبَّاسٍ رَدِيفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَرَفَةَ ، قَالَ : فَجَعَلَ الْفَتَى يَلْحَظُ النِّسَاءَ ، وَيَنْظُرُ إِلَيْهِنَّ ، قَالَ : وَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْرِفُ وَجْهَهُ بِيَدِهِ مِنْ خَلْفِهِ مِرَارًا ، قَالَ : وَجَعَلَ الْفَتَى يُلَاحِظُ إِلَيْهِنَّ ، قَالَ : فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” ابْنَ أَخِي إِنَّ هَذَا يَوْمٌ مَنْ مَلَكَ فِيهِ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ وَلِسَانَهُ غُفِرَ لَهُ ”
“Fadhl bin Abbas membonceng Rasulullah SAW pada hari Arafah. Fadhl yang saat itu masih sangat muda memandang dan mengawasi para wanita di Arafah. Maka Rasulullah SAW berkali-kali menggerakkan tangannya untuk memalingkan wajah Fadhl dari memandang mereka. Namun Fadhl berkali-kali memandang ke arah mereka lagi. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Wahai sepupuku, pada hari ini barangsiapa mampu mengendalikan pendengaran, penglihatan, dan lisannya, niscaya ia akan diampuni Allah.” (HR. Ahmad, Ibnu Sa’ad, Abu Ya’la, Ibnu Khuzaimah, Ath-Thabarani, dan Al-Baihaqi. Hadits dha’if)
Ketiga, memperbanyak tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ : ” كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَدَاةِ عَرَفَةَ ، فَمِنَّا الْمُكَبِّرُ وَمِنَّا الْمُهَلِّلُ “
Dari Abdullah bin Umar RA berkata: “Kami bersama Rasulullah SAW pada pagi hari Arafah. Di antara kami ada yang mengumandangkan takbir dan di antara kami adapula yang mengumandangkan tahlil.” (HR. Muslim dan Al-Baihaqi)
Keempat, memperbanyak doa permohonan ampunan dan keselamatan dari siksa neraka. Sesungguhnya doa pada hari ini, terlebih pada saat wuquf di padang Arafah, memiliki kemungkinan yang besar untuk dikabulkan oleh Allah SWT.
Dari Abdullah bin Amru bin Ash RA bahwasanya Nabi SAW bersabda:
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ ، وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah. Dan sebaik-baik doa yang aku dan para nabi sebelumku ucapkan adalah: “Laa ilaaha illa Allahu wahdahu laa syarika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qadir (tiada Ilah Yang berhak diibadahi selain Allah, Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya seluruh kerajaan dan bagi-Nya seluruh pujian, dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu).” (HR. Tirmidzi, Hadits shahih)
***
Di hari yang sangat agung ini, sudah sepantasnya apabila kita meluangkan banyak waktu kita untuk bersimpuh di hadapan Allah SWt, dengan hati yang penuh harap kepada ampunan-Nya dan cemas terhadap dosa-dosa kita. Mari meluangkan banyak waktu kita untuk membaca dan merenungi kitab-Nya, menyebut nama-Nya, mengingat-ingat dosa kita, memohon ampunan dan rahmat-Nya, mendoakan kebaikan untuk diri kita dan orang-orang yang kita cintai, memohonkan pertolongan dan kemenangan untuk umat Islam yang ditindas dan dijajah di berbagai belahan dunia.
Mari meluangkan sebagian harta kita untuk disedekahkan kepada orang fakir, miskin, anak yatim, dan orang-orang yang mengalami kesusahan. Mari kita larutkan jiwa kita dalam kekhusyu’an doa, dzikir, istighfar, taubat, tilawah, dan nasehat kebajikan. Mari kita tinggalkan ghibah, namimah, ucapan dusta, sendau gurau yang tak bermanfaat, dan permainan yang melalaikan. Mari bersegera kepada tauhid dan ridha Allah, tinggalkan syirik dan kemurkaan-Nya. Mari membuat Allah tertawa, senang, ridha, dan membanggakan diri kita di hadapan para malaikat-Nya. Mari membuat Iblis dan bala tentaranya menangis, sedih, dan kecewa.
Dalam sebuah hadits dha’if dijelaskan,
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنُ كِنَانَةَ بْنِ عَبَّاسِ بْنِ مِرْدَاسٍ السُّلَمِيُّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” دَعَا لِأُمَّتِهِ عَشِيَّةَ عَرَفَةَ ، بِالْمَغْفِرَةِ ” فَأُجِيبَ : ” إِنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ ، مَا خَلَا الظَّالِمَ ، فَإِنِّي آخُذُ لِلْمَظْلُومِ مِنْهُ ” قَالَ : ” أَيْ رَبِّ إِنْ شِئْتَ أَعْطَيْتَ الْمَظْلُومَ مِنَ الْجَنَّةِ ، وَغَفَرْتَ لِلظَّالِمِ ” فَلَمْ يُجَبْ عَشِيَّتَهُ ، فَلَمَّا أَصْبَحَ بِالْمُزْدَلِفَةِ ، أَعَادَ الدُّعَاءَ ، فَأُجِيبَ إِلَى مَا سَأَلَ ، قَالَ : فَضَحِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، أَوْ قَالَ تَبَسَّمَ ، فَقَالَ لَهُ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ : بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي إِنَّ هَذِهِ لَسَاعَةٌ مَا كُنْتَ تَضْحَكُ فِيهَا ، فَمَا الَّذِي أَضْحَكَكَ ؟ أَضْحَكَ اللَّهُ سِنَّكَ قَالَ : ” إِنَّ عَدُوَّ اللَّهِ إِبْلِيسَ ، لَمَّا عَلِمَ أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ ، قَدِ اسْتَجَابَ دُعَائِي ، وَغَفَرَ لِأُمَّتِي أَخَذَ التُّرَابَ ، فَجَعَلَ يَحْثُوهُ عَلَى رَأْسِهِ ، وَيَدْعُو بِالْوَيْلِ وَالثُّبُورِ ، فَأَضْحَكَنِي مَا رَأَيْتُ مِنْ جَزَعِهِ “
Dari Abbas bin Mirdas As-Sulami RA bahwasanya Nabi SAW mendoakan ampunan bagi umatnya pada sore hari Arafah. Maka datang jawaban dari Allah, “Sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka, kecuali orang yang zalim, karena Aku akan mengambil darinya hak orang yang dizalimi.”
Maka Rasulullah SAW memohon, “Wahai Allah, jika Engkau berkenan, karuniakanlah surge kepada orang yang dizalimi dan ampunilah orang yang zalim.” Doa beliau belum dikabulkan pada sore hari Arafah tersebut. Keesokan harinya di Muzdalifah, Rasulullah SAW mengulangi kembali doanya, maka doa beliau dikabulkan. Rasulullah SAW pun tertawa gembira atau tersenyum gembira.
Abu Bakar dan Umar RA bertanya dengan heran, “Bapak dan ibuku sebagai tebusan Anda. Saat ini bukanlah waktu yang Anda biasanya tertawa. Gerangan apakah yang telah membuat Anda tertawa? Semoga Allah membuat Anda tertawa.”
Beliau SAW menjawab, “Musuh Allah, Iblis, mengetahui bahwa Allah SWT telah mengabulkan doaku dan mengampuni umatku. Maka Iblis mengambil tanah, menaburkannya kepada kepalanya sendiri, dan mengumpat dengan marah dan celaka. Maka aku tertawa melihat dirinya putus asa.” (HR. Ibnu Majah, hadits dha’if)
Wallahu a’lam bish-shawab
(muhibalmajdi/arrahmah.com)