Oleh: Ustadz Irfan S. Awwas
(Arrahmah.id)
Amma ba’du
Menurut syariat Islam, manusia termulia di sisi Allah adalah mereka yang paling bertakwa, yaitu orang yang paling takut melanggar larangan Allah, dan paling taat melaksanakan perintah Allah dalam segala urusan dunianya. “Inna akramakum Indallahi atqakum”
Untuk meraih kualitas takwa, Allah menyediakan fasilitas dan sarananya berupa ibadah. Karena Allah menciptakan jin dan manusia untuk beribadah. Sarana meraih taqwa, mulai dari ibadah shalat, puasa, zakat, haji. Kualitas hidup takwa tidak bisa diraih dengan kreativitas manusia, cara-cara penyembahan versi manusia. Semua ibadah kepada Allah tujuan akhirnya adalah “la’allakum tattaqun” semoga jadi orang yang bertakwa.
Oleh karena itu seorang muslim yang bertakwa, tidak akan kehilangan karakter takwanya sekalipun dia ditimpa musibah. Sebesar atau sesulit apapun ujian hidup yang menimpanya tidak akan merobah karakternya sebagai manusia mulia.
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الصّٰدِقُوْنَ
Orang-orang mukmin yang sebenarnya yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Kemudian tidak lagi ada keraguan dalam hatinya tentang keimanannya. Kemudian mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka untuk membela Islam. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. (QS Al-Hujurat (49) : 15)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Al-Qur’an mengabarkan kepada manusia, bahwa pasca zaman kenabian, akan muncul generasi yang rusak dengan ciri-ciri yang jelas sebagaimana firman Allah Swt:
فَخَلَفَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ اَضَاعُوا الصَّلٰوةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوٰتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّاۙ
Sepeninggal para nabi, datanglah generasi baru yang mengabaikan shalat dan mengikuti hawa nafsu. Karena itu mereka pasti menemui kebinasaan, (QS Maryam (19) : 59)
Usai menjelaskan sifat para nabi, rasul, dan orang yang mendapat karunia Allah, pada ayat ini Allah menerangkan balasan bagi orang yang sesat dan ganjaran bagi orang yang bertobat.
Kemudian datanglah setelah mereka pengganti yang jelek, yaitu generasi baru yang berperangai buruk.
Mereka mengabaikan shalat, baik dengan meninggalkannya atau melaksanakannya secara menyimpang dari ajaran para nabi dan rasul, dan mereka selalu mengikuti keinginan hawa nafsu-nya sehingga terjerumus ke dalam dosa. Karena perbuatan dan perilaku mereka yang buruk, maka mereka kelak di akhirat termasuk kelompok orang yang mendapat siksa neraka.
اِلَّا مَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَاُولٰۤىِٕكَ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُوْنَ شَيْـًٔا ۙ
Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan beramal shalih. Mereka akan diberi pahala surga. Mereka tidak sedikit pun diperlakukan zhalim. (QS Maryam (19) : 60)
Mengabaikan Shalat
Ciri pertama dari generasi baru yang sesat, adalah mengabaikan shalat.
Bagi setiap muslim,
shalat 5 waktu hukumnya wajib. Meninggalkannya dengan sengaja adalah dosa besar. Jika ada orang Islam tidak shalat, kedengarannya aneh. Tapi apakah seluruh umat Islam di Indonesia sudah menunaikan shalat 5 waktu?
Hasil survei Indonesia Moslem Report pada 2019 menunjukkan bahwa hanya 38,9% umat muslim yang menunaikan shalat. Berikut ini data survei Indonesia Moslem Report 2019 yang diterbitkan Avara Research,
- Umat Islam di Indonesia yang sudah menunaikan shalat 5 waktu, dan selalu dilaksanakan secara berjamaah baru mencapai 2%.
- Umat Islam yang sudah menunaikan shalat 5 waktu dan sering berjamaah baru mencapai 7,7%.
- Umat Islam yang sudah menunaikan shalat 5 waktu dan kadang-kadang berjamaah mencapai 29,2%.
- Umat Islam yang sering shalat 5 waktu mencapai 33,8%.
- Umat Islam yang kadang-kadang shalat 5 waktu mencapai 26,8%.
- Umat Islam yang tidak pernah shalat 5 waktu mencapai 0,4%.
Dari data survei di atas, disimpulkan bahwa umat Islam yang selalu melaksanakan shalat 5 waktu baik sendirian atau berjamaah baru mencapai 38,9% atau 4 dari 10 orang.
“Sisanya masih ‘sering’ dan ‘kadang-kadang’ saja shalat 5 waktunya atau 6 dari 10 orang masih ‘bolong-bolong’ shalatnya”.
Tidak bisa dipungkiri, propaganda Islamophobia dari rezim penguasa, berperan besar merusak masyarakat dalam hal mengabaikan shalat 5 waktu.
Tentu saja kita tidak akan melupakan stigma radikalisme yang dipropagandakan BNPT (Badan Nasional Penanggulan Terorisme) dengan membuat surve adanya sejumlah masjid yang terpapar radikalisme dengan memberi ruang dakwah para penceramah radikal. Juga, tuduhan bahwa Rohis (pembinaan rohani Islam) di SMP dan SMA, sebagai tempat menyemai bibit radikalisme.
Masih terngiang dalam ingatan kita, adanya buzzer istana yang mencurigai santri pesantren yang mengenakan ikat kepala bertuliskan kalimat tauhid sebagai bibit terorisme.
Sekarang barulah negeri ini merasakan akibat buruk dari propaganda Islamophobia, dengan munculnya generasi muda yang rusak moralnya, mengabaikan shalat, mengikuti hswanafsu, terlibat miras, narkoba, judi, dan zina; bahkan membenci Islam.
Padahal konsekuensi dunia dan akhiratnya sangat dahsyat. Orang yang sengaja meninggalkan Shalat maka neraka tempatnya. Sedangkan satu hari di neraka sama dengan 1000 hari di dunia. Sholat merupakan amalan pertama yang dihisab pada Hari Kiamat. Jika shalatnya rusak maka rusaklah seluruh amalannya yang lain.
اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
Wahai Muhammad, bacakanlah kepada kaum Quraisy Al-Qur’an yang diwahyukan kepadamu. Laksanakanlah shalat. Sungguh shalat dapat mencegah seseorang dari perbuatan-perbuatan dosa besar dan kerusakan moral. Sungguh shalat itu sangat besar pahalanya. Allah mengetahui segala perbuatan kalian. (QS Al-‘Ankabut (29) : 45)
Mengikuti Hawa Nafsu
Ciri kedua generasi baru yang sesat adalah mengikuti hawa nafsu.
Istilah Hawa nafsu terdiri dari dua suku kata, yaitu hawa dan nafs. Hawa dalam bahasa Arab artinya cinta, keinginan, kecendrungan, kesukaan, atau kesenangan. Sedangkan nafs artinya jiwa. Jadi hawa nafsu artinya keinginan atau dorongan jiwa yang kuat untuk melakukan suatu perkara yang tidak baik, seperti syahwat. Ada juga yang mengartikan hawa nafsu adalah kecendrungan hati kepada dorongan syahwat tanpa kendali akal.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Seseorang yang mengikuti hawa nafsu adalah seseorang yang mengikuti perkataan atau perbuatan yang dia sukai dan menolak perkataan atau perbuatan yang dia benci dengan tanpa dasar petunjuk dari Allâh Azza wa Jalla ” [Majmû’ Fatâwâ, 4/189]
Allah Swt berfirman,
ۗوَاِنَّ كَثِيرًا لَّيُضِلُّوْنَ بِاَهْوَاۤىِٕهِمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗاِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِالْمُعْتَدِيْنَ
“….Kebanyakan manusia menjadi sesat karena mengikuti hawa nafsunya tanpa mempedulikan syari’at Allah. Allah adalah Tuhan kalian, Tuhan yang lebih mengetahui orang-orang yang melanggar syari’at-Nya.” (QS Al-An’am (6) : 119)
Apabila dalam menjalani kehidupan dunia, tidak berpedoman pada ajaran Islam, dapat dipastikan akan dikendalikan oleh hawa nafsu. Dan hawa nafsu cenderung mengikuti rayuan, perbuatan serta langkah setan.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ وَالْاَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Wahai kaum mukmin, minuman keras, judi, penyembelihan hewan untuk berhala, dan pengundian nasib adalah hal yang kotor bagian dari bujukan setan. Karena itu, jauhilah perbuatan-perbuatan kotor itu supaya kalian mendapatkan keselamatan di dunia dan di akhirat. (QS Al-Ma’idah (5) : 90)
اِنَّمَا يُرِيْدُ الشَّيْطٰنُ اَنْ يُّوْقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ فِى الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ وَعَنِ الصَّلٰوةِ فَهَلْ اَنْتُمْ مُّنْتَهُوْنَ
Wahai kaum mukmin, setan hanya ingin membenamkan kalian dalam rasa permusuhan dan kebencian karena minuman keras dan judi. Setan ingin melalaikan kalian dari mengingat Allah dan melaksanakan shalat. Karena itu mengapa kalian tidak mau berhenti dari perbuatan kotor itu? (QS Al-Ma’idah (5) : 91)
Ayat ini memerintahkan kepada orang mukmin untuk menjauhi perbuatan keji seperti minuman keras (khamr), berjudi, mengundi nasib, karena sesungguhnya semua ini perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan ini agar beruntung dan terhindar dari siksa Allah SWT.
Setan berusaha untuk menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara manusia melalui khamr dan judi. Minuman keras dan judi itu dapat merusak pikiran dan menjadikan kotornya hati sehingga dapat menghalangi untuk mengingat Allah SWT.
Ironisnya, pemerintah justru memfasilitasi masyarakat untuk menjadi pelaksana misi setan ini.
Viral di media massa, terdapat 1.000 orang lebih anggota legislatif yang tercatat bermain judol. Nilai transaksinya mencapai Rp 25 miliar secara agregat dengan jumlah transaksi 63 ribu. Berapa jumlah eksekutif dan yudikatif serta pejabat instansi, belum terhitung jumlahnya.
Bukannya menghentikan perbuatan mungkar ini, malah pemerintah berinisiatif membantu korban judi melalui BPJS. Tidak itu saja, kementerian pendidikan membolehkan mahasiswa bayar uang kuliah melalui pinjol.
Oleh karena itu muncul protes sarkasme : “Anak-anak dirusak oleh game online. Yang dewasa dirusak oleh judi online. Orang tua dirusak pinjaman online.”
Kemungkaran yang berdaya rusak tinggi seperti korupsi, miras, narkoba, nepotisme. Sekarang ditambah lagi dengan kejahatan yang serba online. Judi online, zina atau prostitusi online. Sejumlah Bar Mandarin yang menyuguhkan segala bentuk maksiat di beberapa kota di Indonesia. Dan terbaru, festival makanan Non Halal alias makanan haram, diadakan di kota-kota besar di Indonesia. Di Solo, yang wali kotanya tercatat sebagai wapres Prabowo, yang pertama mengijinkan festival makanan haram ini.
Menyaksikan segala bentuk kemungkaran yang dilakukan masyarakat dan pejabat negara di negeri mayoritas Muslim ini, sangat memperihatinkan. Terutama mengingat nasib generasi muda ke depan yang semakin jauh dari ajaran agama.
Ibarat ungkapan: “Sebatang pohon dapat membuat jutaan batang korek api. Tapi satu batang korek api dapat membakar jutaan pohon.”
Maksudnya, satu fikiran atau perbuatan negatif dapat membakar semua fikiran dan perbuatan positif.
Apabila para penyelenggara negara, eksekutif, legislatif dan yudikatif menjadi pelaksana dari program setan, menjadi konsumen judi online, prostitusi online, miras, pembunuhan, dan permusuhan, maka kerusakan masyarakat akan sangat dahsyat. Mengapa kebanyakan pejabat negara lebih bersahabat dengan ajaran setan daripada ajaran para Nabi? Misalnya, anggota DPR yang diberi wewenang membuat UU justru menjadi konsumen judol, maka negara ini akan jadi negara halusinasi. Judi hanya bisa memberi harapan, bukan mengabulkan harapan.
Syeikh Yusuf Qardhawi pernah mengatakan: “Bila terdapat seribu pembangun, di belakangnya terdapat seorang perusak, niscaya dia bisa merusak ribuan bangunan. Bayangkan, bila terdapat seorang pembangun dibelakangnya terdapat seribu perusak. Apa yang akan terjadi?”
Maka perhatikanlah peringatan Allah Swt di dalam Al-Qur’an,
اِنَّ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَاسْتَكْبَرُوْا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ اَبْوَابُ السَّمَاۤءِ وَلَا يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ حَتّٰى يَلِجَ الْجَمَلُ فِيْ سَمِّ الْخِيَاطِ ۗ وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُجْرِمِيْنَ
Orang-orang yang mendustakan dan mengingkari syari’at Kami, bagi mereka tidak akan dibukakan pintu rahmat dari langit. Mereka mustahil dapat masuk surga bagaikan seekor unta yang mustahil dapat masuk ke lubang jarum. Begitulah Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang suka berbuat dosa. (QS Al-A’raf (7) : 40)
Yogyakarta, Jumat 5 Juli 2024
(ameera/arrahmah.id)