(Arrahmah.com) – Tak terasa bulan suci Ramadhan akan segera meninggalkan ummat Islam dan akan kembali lagi tahun depan, dan Hari Raya Idul Fitri akan segera kita rayakan. Semoga kita semua yang telah menunaikan shaum Ramadhan mendapatkan ampunan Allah, semoga Allah Subhanahu Wata’ala menjadikan kita semua berhak mendapatkan syafaat-Nya kelak, aamiin.
Berikut adalah Khutbah Idul Fitri yang disusun oleh Ustadz Irfan S. Awwas, Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin yang diterima oleh redaksi arrahmah.com:
Khutbah Idul Fitri 1441 H/2020 M
KOMITMEN TAQWA MEREDAM VIRUS CORONA
Oleh: Ustadz Irfan S. Awwas
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ كَتَبَ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ الصِّيَامَ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ، وَأَنْزَلَ فِيْهِ الُقُرْانَ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنْ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَّلِّ وسلم عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَأَصْحَابِهِ ومَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى اخِرِ الزَّمَانِ. قاَلَ الله تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (71) [الأحزاب]
اَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَاللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ وللهِ الحَمْدُ …
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Senantiasalah kita bersyukur kepada Allah
Senantiasalah kita bersyukur kepada Allah Rabbul Alamin, yang dengan kasih sayang-Nya berkenan menjaga keimanan dan ke-Islaman kita, sehingga kita tetap menjadi pemeluk Islam, dan dapat menjalankan ibadah shalat Idul Fitri 1441 H pada hari ini. Ketika banyak di antara kaum muslimin yang tidak bisa melaksanakan shalat Id sebagaimana pada tahun-tahun sebelumnya karena terhalang wabah virus corona.
Semoga kita semua yang telah menunaikan ibadah puasa Ramadhan dan yang hadir di sini melaksanakan shalat Idul Fitri, maupun mereka yang melaksanakannya di rumah, mendapatkan ampunan Allah dan terbebas dari dosa-dosa masa lalu. Dengan begitu kita dapat menjalani kehidupan di hari-hari mendatang sebagai hamba Allah yang shalih dan shalihah.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan Allah kepada Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, manusia pilihan yang menjadi juru bicara Ilahy untuk menjelaskan kehendak Allah; tentang bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupannya di dunia secara benar dan berfaedah, sehingga memperoleh kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat.
Oleh karena itu, kita ridha menjadikan Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Rasul-Nya. Semoga Allah menjadikan kita hamba-Nya yang berhak mendapatkan kenikmatan surgawi, maka marilah kita meningkatkan taqwa dan berkata jujur, sebagaimana seruan Allah:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (71)
“Wahai orang-orang beriman, taatlah kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar. Dengan begitu, niscaya semua yang kalian lakukan hasilnya akan menjadi baik dan dosa-dosa kalian akan diampuni Allah. Siapa saja yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, sungguh dia memperoleh kemenangan yang sangat besar.” (Qs. Al-Ahzaab [33]: 70-71)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، وَللهِ الْحَمْدُ …
Setelah satu bulan penuh kita menunaikan ibadah puasa dan atas karunia-Nya pada hari ini kita dapat berhari raya bersama, menyambut kabar gembira dan bahagia yang dijanjikan Allah. Maka sudah sepantasnya pada hari yang bahagia ini kita bergembira, merayakan sebuah momentum kemenangan dan kebahagiaan berkat limpahan rahmat dan maghfirah-Nya.
Seiring dengan berlalunya bulan suci Ramadhan, hingga hari ini, Allah subhanahu wa ta’ala masih memberikan nikmat kesehatan, baik kesehatan jasmani maupun rohani. Jika Allah subhanahu wa ta’ala hanya memberikan kesehatan jasmani, hal itu hanya berguna untuk kehidupan dunia saja. Tapi dengan mendapatkan kesehatan rohani, qalbun salim maka hal itu berguna bagi dunia dan akhirat.
Sebagai bentuk rasa syukur akan nikmat kesehatan ini adalah, dengan menjaga diri agar tidak terjangkiti dua wabah penyakit yang berbahaya. Yaitu, wabah virus Wuhan yang datang dari Tiongkok, yang menyerang fisik manusia, dan wabah virus wahn, yaitu cinta dunia dan takut mati, yang menyerang mental dan rohani manusia.
Virus Wuhan adalah penyakit yang mematikan fisik manusia, sedangkan wahn penyakit yang mematikan hati manusia. Virus Wuhan ditakuti, wahn tak disadari malah disukai manusia.
Penyakit wahn inilah yang paling dikhawatirkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebab akan menghancurkan umat dan peradabannya dari dalam hati, sehingga orientasi hidupnya praktis seluruhnya fokus tertuju pada dunia dan melalaikan kehidupan akhirat.
Dari Wuhan kita disadarkan, ada penyakit menular yang berbahaya, secara kasat mata akan membuat pengidapnya menderita, menular, mengancam semua harta benda dan karir anda, bahkan dapat membuat anda mati. Semoga tubuh kita dijauhkan dari segala penyakit fisik dan dijauhkan dari segala penyakit jiwa.
Nikmat kesehatan jasmani dan rohani ini akan ditanyakan kelak di akhirat, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam QS. Al-Takatsur (102): 8 yang berbunyi:
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ (8)
“Pada hari kiamat, kalian akan ditanyai tentang semua nikmat yang telah kalian terima di dunia.”
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، وَللهِ الْحَمْدُ …
Menjalani ibadah puasa Ramadhan dan kemudian merayakan hari Raya Idul Fitri, di tengah pandemik virus corona, sungguh memerlukan kesabaran dan keikhlasan. Karena terbukti, virus corona bukan hanya merenggut ribuan nyawa manusia, tetapi juga mengubah tata cara kehidupan manusia di seluruh dunia, mulai dari interaksi sosial hingga prilaku keagamaan. Belum pernah ada wabah penyakit yang mampu merubah prilaku sosial dan keagamaan seseorang selain wabah virus corona ini.
Sebagian orang mengurung diri di rumah (isolasi mandiri), menghindari tempat keramaian, dan menunda perjalanan ke tempat lain. Sebagian lainnya mengubah tata cara bersalaman dari berjabat tangan dan berpelukan menjadi salam menggunakan siku dan kaki.
Virus corona juga berdampak dalam kehidupan keagamaan umat manusia. Demi meredam penyebaran wabah corona karpet masjid digulung, jarak shaf shalat direnggangkan, dan pintu masjid ditutup. Dulu ketika masuk bulan Ramadhan, para ustadz menyampaikan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa syaitan laknattulah dibelenggu, tapi sekarang di bulan Ramadhan, manusia yang dikurung di rumah.
Terbayang oleh kita, bagaimana susahnya keluarga besar memiliki rumah kecil dan sempit, lalu disuruh bekerja, belajar, dan beribadah di rumah saja. Tentu akan mengalami stres, tertekan secara sosial, ekonomi, dan psikologi sekaligus; sementara bansos yang dijanjikan pemerintah seakan tinggal janji.
Sejak munculnya virus yang berasal dari Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019, yang tanpa diduga penularannya begitu cepat, masyarakat dunia tercekam ketakutan. Begitu takutnya pada makhluk kecil ini, sampai-sampai manusia kehilangan rasa takutnya kepada Yang Maha Pencipta, Allah subhanahu wa ta’ala. Padahal virus corona hanya makhluk kecil, yang tidak punya daya dan kekuatan untuk beraksi, tanpa kehendak Allah subhanahu wa ta’ala. Wabah penyakit ini tidak punya kekuatan, musibah tidak punya kekuasaan, yang punya kekuatan dan kekuasaan hanya Allah subhanahu wa ta’ala.
Ketidak berdayaan makhluk kecil ini dijelaskan dalam Al-Qur’an, bahwa semua yang terjadi di alam semesta ini atas izin Allah. Tidak akan terjadi apapun kecuali atas izin Allah, tidak akan terjadi penularan kecuali atas izin Allah, tidak terjadi bencana kecuali atas izin Allah.
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (11) وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَإِنَّمَا عَلَى رَسُولِنَا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ (12) اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (13)
“Apa saja bencana yang menimpa seseorang hanyalah terjadi dengan izin Allah. Siapa saja yang beriman kepada Allah, pasti hatinya akan mendapat hidayah. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Wahai manusia, taatlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika kalian mengingkari ajaran rasul-Nya, sungguh rasul Kami hanyalah berkewajiban menyampaikan peringatan dengan jelas. Allah adalah Tuhan yang berhak disembah. Tiada Tuhan kecuali Allah. Hanya kepada Allah lah semua orang mukmin bertawakal.” (Qs. At-Taghabun [64]: 11-13)
Menurut al-Qurthubi di dalam kitab tafsir al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, rangkaian ayat ini turun sebagai jawaban atas perkataan orang-orang kafir Quraisy. Mereka mengatakan kepada para shahabat: “Seandainya apa yang diimani umat Islam adalah kebenaran, niscaya mereka tidak akan mendapatkan musibah apapun”.
Maka rangkaian ayat ini turun sebagai penjelasan bahwa semua musibah yang menimpa umat Islam adalah sesuai dengan takdir Ilahy. Karena itu, ketika terjadi musibah, Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kita untuk sabar, senantiasa taat serta bertawakkal kepada-Nya. Esensi tawakkal adalah memasrahkan segala perkara kepada Allah setelah kita ikhtiar secara sungguh-sungguh.
Melawan Corona Bukan Dengan Hura-hura
Oleh karena itu, melawan corona bukan dengan hura-hura mengadakan konser musik seperti yang disponsori BPIP (Badan Pengembangan Ideologi Pancasila). Tapi dengan melaksanakan syariat Allah serta tuntunan hidup Rasulullah. Ketuklah pintu langit dengan do’a dan amal shalih kita. Ketuklah pintu langit dengan taubat kita, dengan shalat kita, dengan shadaqah kita, dengan puasa kita.
Sayangnya, manusia zaman sekarang lebih memilih melestarikan dan melakukan daur ulang logika berfikir kaum kafir Quraisy menghadapi musibah serta wabah penyakit ini. Kaum Islamophobia menggunakan musibah ini justru untuk mendiskreditkan umat Islam, seperti yang terjadi di sejumlah negara.
Serangkaian serangan anti-muslim menyebar ke seantero India setelah Kementerian Kesehatan India berulang kali menyalahkan tablig akbar sebagai pemicu penyebaran virus corona. Para pejabat partai penguasa juga menyinggung soal “bom manusia” dan “jihad corona” yang ditujukan kepada minoritas muslim.
Seorang pemuda muslim yang membagikan makanan kepada orang miskin diserang dengan tongkat kriket. Muslim lain dipukuli, hampir digantung, di luar lingkungan mereka atau diserang di masjid, dicap sebagai penyebar virus.
Di negara bagian Punjab, pengeras suara di Kuil Sikh menyiarkan pesan yang memberi tahu orang-orang untuk tidak membeli susu dari peternak sapi perah muslim karena distigma terinfeksi virus corona.
Begitupun penjajah Zionis Yahudi telah mengancam akan mendenda warga Palestina yang melaksanakan shalat di Masjid Al-Aqsha di kota Al-Quds jika didapati lebih dari 10 orang berkerumun di dalamnya. Dilaporkan oleh Pusat Informasi Palestina pada hari Rabu (18/03), Polisi negara Zionis yang ditugaskan menjaga gerbang Al-Aqsha telah mulai mengumpulkan kartu tanda pengenal guna mengintimidasi umat Islam.
Penjajah negara Zionis ini mengeksploitasi isu coronavirus untuk memangkas kehadiran warga Palestina ke masjid Al-Aqsha untuk memudahkan rencana mereka meyahudisasi tempat suci Umat Islam ini.
Di negeri kita, yang penduduknya dikenal mayoritas beragama Islam, malah diancam pidana bila melaksanakan shalat jum’at, atau tarawih berjamaah di masjid. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) melakukan survei pada 29 April – 4 Mei 2020, yang bersifat tendensius dan phobia terhadap umat Islam. Survei dilakukan terkait shalat berjamaah di masjid selama pandemi virus corona, dan pemberian sanksi terhadap mereka yang melakukannya.
Komnas HAM merasa risau terhadap umat Islam yang melaksanakan shalat berjamaah di masjid, tapi sama sekali tidak risau dengan kedatangan warga komunis China yang meresahkan rakyat Indonesia. Komnas HAM juga tidak risau dengan adanya upaya “PKI Reborn” atau pemerintahan Nasakom gaya baru melalui penghilangan Tap MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Larangan Ajaran Komunisme, Marxisme, Leninisme, dalam rancangan UU Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) yang sekarang sedang dibahas di DPR.
Teruslah Bersabar
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، وَللهِ الْحَمْدُ …
Hari-hari yang akan datang, mungkin kita masih diuji oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Mungkin masjid-masjid masih kosong ditinggal jamaahnya, masyarakat masih diteror rasa takut tertular virus corona. Inilah yang merisaukan hati seorang Da’i Palestina bernama Syeikh Mahmud Hasanat. Dalam sebuah khutbah Jumat yang menggetarkan jiwa, dengan berurai air mata, Syeikh Mahmud mengajak jamaah bermusabah atas musibah yang menimpa umat Islam dan penduduk dunia saat ini.
Katanya, sesuatu yang sangat menyedihkan hari ini adalah ketika masjid-masjid dikosongkan. Karpetnya digulung, pintu-pintunya digembok. Dosa apa yang pernah kita lakukan sehingga kita terusir dari masjid?
Katakan wahai sekalian manusia, dosa apa yang pernah kita perbuat hingga kita terusir dari rumah Allah. Mari lihat wajah kita di depan cermin kehidupan ini, walau hanya sejenak, niscaya kita akan menyadari.
Bukankah kita pernah mengambil hak orang lian sebelum adanya virus Corona? Bukankah kita pernah beramai-ramai antri di bank ribawi sebelum adanya virus Corona?
Hari ini kita menangis dan saling menangisi ketika masjid ditutup. Kita menangis dan saling menangisi ketika tumah-rumah Allah terkunci dari wajah-wajah kita.
Pintu-pintu masjid terkunci, karpet digulung. Ini tidaklah terjadi kecuali karena dosa-dosa kita. Sebelum adanya wabah ini, para penguasa menabur wabah kezaliman, wabah kebencian, wabah kecurangan, wabah dosa-dosa. Para pejabat menebar benih korupsi, para artis masyarakat umum menebar wabah kemaksiatan dan angkara murka. Beginilah kita, selama ini hati kita diliputi penyakit Wahn, cinta dunia dan takut mati, sehingga untuk menegakkan agama Allah pun kita enggan.
Wabah ini akan berakhir, sebagaimana musibah yang berualangkali menimpa negeri kita. Apakah kita akan kembali bermaksiat seperti sebelumnya? Ibarat ungkapan: “Kita meminta dengan sungguh agar perahu kita yang ada di tengah lautan diselamatkan. Tetapi, ketika sampai di pantai kita kembali bermaksiat kepada-Nya.”
أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الْأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ (16) أَمْ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ (17)
“Apakah kalian merasa aman dari adzab Tuhan yang menguasai langit yang akan membuat bumi mengguncang kalian, lalu tiba-tiba bumi bergetar dengan keras? Atau apakah kalian merasa aman dari adzab Tuhan yang menguasai langit yang akan mengirimkan petir kepada kalian, sehingga saat itu kalian menjadi sadar akan akibat buruk kalian mendustakan ancaman-Ku kepada kalian?” (Qs. Al-Mulk [67]: 16-17)
Puasa Syawal
Setelah melalui bulan penuh perjuangan di bulan Ramdhan, dan insya Allah dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, semoga kita menjadi pribadi yang lebih dekat dengan Allah subhanahu wa ta’ala. Kepada orang-orang yang bertaqwa sekalipun musibah datang tak berkesudahan, Allah subhanahu wa ta’ala menjanjikan kabar gembira.
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3)
“… Siapa saja yang bertakwa kepada Allah, pasti Allah akan memberikan jalan keluar baginya dari segala kesulitan. Allah akan memberikan rezeki kepada orang mukmin dari arah yang tidak disangka-sangka. Siapa saja yang bertawakal kepada Allah, cukuplah Allah menjadi penjamin orang mukmin. Allah pasti mengabulkan permohonannya. Allah menetapkan apa saja dengan ukuran tertentu.” (Qs. At-Thalaq [65]: 2-3)
Munajat
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، وَللهِ الْحَمْدُ …
Marilah kita akhiri khutbah ini dengan bermunajat kepada Allah, semoga Allah segera angkat wabah Corona ini, memberikan kesembuhan kepada mereka yang sakit dan menjaga mereka yang sehat.
Marilah kita berdo’a dengan meluruskan niat, membersihkan hati dan menjernihkan pikiran, semoga Allah berkenan menerima ibadah puasa Ramadhan kita dan mengampuni dosa-dosa kita.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.حَمْدًا يُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ
Segala puji bagi Allah Rabbul alamin. Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Pujian yang menyamai nikmat-Nya dan menandingi keutamaan-Nya. Ya Rabb kami, untuk-Mu pujian yang sebanding dengan kebesaran dan kemuliaan wajah-Mu dan kebesaran kekuasaan-Mu.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ
Ya Allah, ampunilah dosa kaum Muslimin dan Muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.
اَللّٰهُمَّ اِنَّا نَسْأَلُكَ سَلَامَةً فِى الدِّيْنِ، وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَالْمَوْتِ، اَللّٰهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِيْ سَكَرَاتِ الْمَوْتِ، وَنَجَاةً مِنَ النَّارِ وَالْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ
Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada engkau akan keselamatan Agama dan sehat badan, dan tambahnya ilmu pengetahuan, dan keberkahan dalam rizki dan diampuni sebelum mati, dan mendapat rahmat waktu mati dan mendapat pengampunan sesudah mati. Ya Allah, mudahkan bagi kami waktu (sekarat) menghadapi mati, dan selamatkan dari siksa neraka, dan pengampunan waktu hisab.
اللهم أَرِنَا الْحَقَ حَقاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ .
Ya Allah, tampakkanlah kepada kami yang benar itu sebuah kebenaran dan berikan rizki kepada kami untuk mengikutinya. Tampakkanlah kepada kami yang batil itu sebuah kebatilan dan berikan rizki kepada kami agar menjauhinya.
رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا وَاغْفِرْ لَنَا رَبَّنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (5) [الممتحنة]
Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan orang-orang kafir menguasai kami, sehingga kami menderita akibat tindakan buruk mereka, dan ampunilah kami. Wahai Tuhan kami, sungguh hanya Engkaulah Tuhan yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”
رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ (194) [آل عمران]
Wahai Tuhan kami, berikanlah kepada kami karunia yang telah Engkau janjikan kepada kami melalui rasul-rasul-Mu. Janganlah Engkau jadikan kami hina pada hari kiamat kelak. Sungguh Engkau tidak akan menyalahi janji-Mu.”
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (201) [البقرة]
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, dan kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ . سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ . وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ . وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Semoga shalawat senantiasa tercurah kepada pemimpin kami Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya semua. Maha suci Tuhanmu Pemilik kemuliaan dari apa yang mereka persekutukan. Semoga salam sejahtera selalu tercurah kepada para rasul dan segala puji hanya bagi Tuhan semesta alam.
Khutbah ini dapat didownlod disini.
(*/arrahmah.com)