Oleh Irfan S Awwas
(Arrahmah.com) – اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ كَتَبَ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ الصِّيَامَ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ، وَأَنْزَلَ فِيْهِ الُقُرْانَ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنْ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ الله وَحْـدَهُ لاَ شَـرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُـوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَّلِّ وسلم عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَأَصْـحَابِهِ ومَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى اخِرِ الزَّمَانِ. قاَلَ الله تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا [آل عمران] اَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَاللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ .
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ,لا إله إلا الله ,الله أكبر ولله الحمد
Patutlah kita bersyukur kepada Allah Swt, yang telah menunjukkan jalan Islam kepada kita, dan menurunkan syari’at-Nya sebagai rahmatan lil alamin. Sebagai agama dan jalan hidup, Islam merupakan pilihan terbaik yang telah dirintis para Nabi dan Rasul-Nya, dan diikuti oleh manusia yang mendapat karunia Ilahy.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan Allah kepada Muhammad Rasulullah Saw., manusia pilihan yang menjadi juru bicara Ilahiy untuk menjelaskan kehendak Allah; tentang bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupannya di dunia secara benar dan berfaedah, sehingga memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Sesungguhnya Rasulullah Saw telah membimbing kita dan memberi petunjuk untuk kemaslahatan hidup kita di dunia dan akhirat. Karena itu, kita ridha menjadikan Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Rasul-Nya. Semoga Allah menjadikan kita hamba-Nya yang berhak mendapatkan kenikmatan, maka marilah kita meningkatkan taqwa dan berkata jujur, sebagaimana seruan Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (71)
“Wahai orang-orang beriman, taatlah kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar. Dengan begitu, niscaya semua yang kalian lakukan hasilnya akan menjadi baik dan dosa-dosa kalian akan diampuni Allah. Siapa saja yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, sungguh dia memperoleh kemenangan yang sangat besar.” (Qs. Al-Ahzaab [33]: 70-71)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ,لا إله إلا الله ,الله أكبر ولله الحمد
Setelah satu bulan penuh kita menunaikan ibadah puasa Ramadhan, dan atas karunia-Nya pada hari ini kita dapat berhari raya bersama, menyambut kabar gembira dan bahagia yang dijanjikan Allah. Menetes air mata orang-orang beriman mengiringi tenggelamnya matahari kemarin sore, seiring terbitnya hilal Syawwal 1437 H/ 2016 M, sebagai pertanda perpisahan kita dengan bulan Ramadhan. Bulan yang di dalamnya terdapat limpahan rahmat dan ampunan Allah serta pahala yang berlipat ganda.
Tidak ada yang dapat menjamin, apakah kita akan bertemu lagi dengan bulan yang penuh barakah ini di tahun depan. Betapa banyak orang-orang yang kita kasihi dan kita sayangi, orang-orang tua kita, saudara, kerabat dan para tetangga. Mereka yang dulu pernah bersama-sama dengan kita berhari raya, masih terbayang senyuman mereka di pelupuk mata. Tapi kini, mereka tidak lagi bersama-sama dengan kita. Mereka telah berada di alam baka, hanya tinggal kenangan yang tak mungkin akan terlupakan.
Namun, walaupun bulan Ramadhan telah pergi, tetapi amal orang-orang beriman tidak akan terputus dan tidak akan berakhir sia-sia. Karena kaum mukmin akan mendapatkan pahala yang lebih baik dari amal shalih yang sudah dilakukan, sebagaimana termaktub dalam firman-Nya:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Siapa saja yang beriman dan beramal shalih, baik laki-laki atau perempuan, Kami pasti akan memberikan kehidupan yang baik kepadanya. Dan Kami akan memberi balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada amal shalih mereka.” (Qs. An-Nahl [16]:97).
Inilah janji Allah kepada orang beriman dan beramal sholeh, tanpa membedakan jenis kelamin. Laki maupun perempuan mukmin, mereka akan memperoleh balasan yang lebih baik dari amal shalih yang dilakukannya. Kehidupan yang baik adalah harapan dan tujuan setiap orang, namun standar kehidupan yang baik itu hanya dapat dicapai melalui iman dan amal shalih yang sesuai dengan syari’at-Nya.
Dalam momentum yang berbahagia ini pula, janganlah melupakan nasib saudara-saudara kita di belahan bumi lainnya. Tragedi kemanusiaan yang amat memilukan yang menimpa saudara kita di Aleppo, Suriah, jangan diabaikan. Pembantaian masal terhadap penduduk Aleppo yang dilakukan oleh Rezim Basyar Asad, dibantu komunis Rusia, dan diperkuat oleh kaum Syi’ah la’natullah alaih, benar-benar mengerikan.
Serangan udara yang dilakukan oleh komunis Rusia membuat warga Aleppo tidak keluar rumah untuk shalat tarawih berjamaah di Masjid. Tidak henti-hentinya bom dan jet tempur menyerang fasilitas umum seperti masjid dan juga rumah sakit. Orang-orang tua, wanita, dan anak-anak menjadi korban kebiadaban rezim Syiah yang zalim.
Hingga saat ini masih banyak orang yang terpengaruh anggapan, Suriah itu perang saudara antara rakyat dengan pemerintah yang sah. Kemudian dijadikan alasan untuk tidak peduli sama sekali dengan derita rakyat muslim Suriah. Ini kalimat racun, yang sangat tidak manusiawi. Setelah tangan mereka bersimbah darah, lantas menyalahkan rakyat tertindas. Tidak, sejarah mencatat angkara murka ini, dan kami kaum muslimin akan senantiasa mengingat dan mewaspadai kebiadaban ini.
Sesat tanpa sadar
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ,لا إله إلا الله ,الله أكبر ولله الحمد
Sesungguhnya hidayah terbesar yang kita terima dari Allah Swt adalah iman, keyakinan hati bahwa Allah Swt adalah Rabb yang Maha Kuasa, Maha Pencipta, memiliki nama dan sifat yang sempurna, dan tidak ada Ilah selain Allah Rabbul Alamin. Untuk menyempurnakan hidayah-Nya, Allah Swt mengutus Nabi Muhammad Saw, dengan membawa tuntunan cara hidup yang menjamin sukses dunia-akhirat dalam bentuk petunjuk tertulis (juklis) Al-Qur’anul Karim, dan petunjuk pelaksanaan (juklak) berupa Sunnah Nabi Muhammad Saw.
Untuk apa Allah Swt menurunkan kitab suci Al-Qur’an sebagai petunjuk jalan hidup? Karena misi hidup umat Islam adalah menebarkan Rahmat Allah bagi umat manusia dan alam semesta melalui penerapan syariat Islam, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan negara. Misi Islam dalam membangun masyarakat sejahtera, yang adil dan beradab, tidak berhenti sesudah umatnya berhasil membangun keluarga Sakinah-Mawaddah-Rahmah. Sebab untuk menghadirkan Rahmat bagi umat manusia, tidak akan terlaksana kecuali jika orang-orang yang beriman, berfikir, berbuat dan bertindak secara benar sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an. Inilah misi seumur hidup orang Islam.
Menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, way of life, merupakan kewajiban setiap orang beriman. Hanya dengan mengikuti petunjuk Al-Qur’an dalam segala segi kehidupan, menyangkut budaya, seni, pergaulan, hingga mengurus Negara, kita akan memperoleh rahmat dari Allah Swt, sebagaimana firman-Nya
وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Al-Qur’an ini adalah sebuah kitab yang sangat besar barakahnya yang Kami turunkan kepada manusia. Wahai manusia, ikutilah Al-Qur’an ini dan taatilah supaya kalian mendapat rahmat.” (Qs. Al-An’am [6]:155)
Ayat ini menjelaskan bahwa kebaikan, keadilan, kesejahteraan, hanya bisa diraih apabila kita menyelesaikan persoalan hidup manusia menggunakan solusi Al-Qur’an. Bukan sebaliknya meninggalkan petunjuk Al-Qur’an kemudian mengikuti doktrin hawa nafsu atau ideologi sekuler.
Di zaman sekarang masih banyak manusia yang mengabaikan petunjuk Al-Qur’an dalam menyelesaikan setiap persoalan. Negeri kita Indonesia, yang mayoritas terbesar penduduknya beragama Islam, masih menjadi salah satu negara, yang berupaya menjauhkan Islam dari kekuasaan negara.
Sekalipun percaya adanya Tuhan, seperti tertera pada sila pertama Pancasila “Ketuhanan Yang Maha Esa”, tapi pemerintah tidak percaya pada hukum Tuhan. Mereka tidak percaya, bila kandungan Al-Qur’an diamalkan pasti akan membawa kebaikan, kedamaian, mengajak hidup bersih, membangun masyarakat sejahtera.
Buktinya, ketika masyarakat Indonesia resah akibat tragedi kejahatan seksual, Presiden Joko Widodo bukannya mencari petunjuk Al-Qur’an, malah meniru hukum yang berlaku di zaman Kerajaan Tiongkok kuno. Presiden Jokowi menandatangani Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2016, yaitu hukuman kebiri bagi pelaku pedofilia seks. tentang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Untuk mengatasi kejahatan dan kekerasan seksual, dan membuat kapok para pelaku pedofilia seksual, Al-Qur’an sudah menetetapkan rincian hukuman tertentu bagi para pelaku kejahatan seks, yaitu:
(1) Jika yang dilakukan pelaku pedofilia adalah liwath (homoseksual), maka hukumannya adalah hukuman mati; (2) Jika yang dilakukan adalah pelecehan seksual (at taharusy al jinsi) yang tidak sampai pada perbuatan zina atau homoseksual, hukumannya ta’zir (menurut ijtihad hakim). (3) Jika yang dilakukan pelaku pedofilia adalah perbuatan zina, hukumannya adalah hukuman untuk pezina (had az zina), yaitu dirajam jika sudah muhshan (menikah) atau dicambuk seratus kali jika bukan muhshan, sebagaimana firman Allah:
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, hendaklah kalian dera masing-masing seratus kali. Jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah kalian dikalahkan oleh rasa kasihan kepada pelaku zina ketika menegakkan hukum Allah. Hendaklah sejumlah orang mukmin menyaksikan pelaksanaan hukuman dera kepada pelaku zina itu.” (Qs. An-Nur [24]:2)
Apa keberatan pemerintah menghukum para pelaku kejahatan dan kriminal itu dengan hukum pidana Islam? Apakah takut disebut intoleran, radikal atau tidak manusiawi? Jika itulah alasannya, maka sikap pemerintah ini persis sikap penduduk suatu negeri yang durhaka pada Allah dan menolak dakwah para da’i secara zalim. Firman Allah Swt:
قَالُوا إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهُوا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ . قَالُوا طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ أَئِنْ ذُكِّرْتُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ
“Penduduk negeri itu berkata: “Kami menganggap kalian ini hanya pembawa malapetaka. Jika kalian tidak mau berhenti menyeru kami dengan agama yang kalian bawa itu, niscaya kami akan merajam kalian. Kami akan menyiksa kalian dengan siksa yang pedih.” Para utusan itu berkata: “Malapetaka yang menimpa kalian itu berasal dari diri kalian sendiri. Apakah jika kami memberi peringatan kepada kalian supaya meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak baik, berarti kami membuat celaka kalian? Bahkan kalian sendirilah kaum yang suka berbuat dosa berlebihan.” (Qs. Yaasiin [36]: 18-19).
Seolah-olah kebaikan yang diserukan kitab suci Al-Qur’an bertentangan dengan kebaikan, keadilan, dan kesejahteraan yang dicita-citakan Negara Indonesia. Padahal sebenarnya, mereka tidak rela jika hukum Allah dilaksanakan. Alasannya, “Jika syariat Islam dilaksanakan, bagaimana nasib agama lain. Bagaimana nasib peternak babi, bank ribawi, pabrik rokok, pabrik bir, lokalisasi pelacuran, penyabung ayam, mucikari dllnya, yang kesemua itu diharamkan Islam. Bukankah bila berlaku syari’at Islam akan terjadi malapetaka, berapa banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan, jadi pengangguran karena perusahaan dan bisnis mereka bangkerut,” kilah mereka.
Orang Islam yang mengira akan dapat meraih kemajuan dan kesejahteraan dunia dengan cara meninggalkan syariat Islam adalah cara berpikir orang-orang munafik. Mereka menganggap Allah Swt tidak punya otoritas untuk mengatur kehidupuan manusia di dunia ini.
Mereka menyebut aturan Allah, baik berupa perintah maupun larangan, sebagai intoleran karena dianggap bertentangan dengan hak asasi manusia. Upaya pemerintah pusat menghapus sejumlah Perda berbasis agama, yang mengundang kontroversi akhir-akhir ini, adalah contohnya. Menurut Kemendagri yang dimaksud dengan “perda intoleran” yang akan dihapus adalah yang bernada melarang sesuatu atas dasar perintah agama.
Apabila kita mencermati cara berpikir Kemendagri, maka pertanyaannya, bagaimana konsekuensi Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Ketuhanan YME? Bukankah pasal 29 ayat 1 UUD ’45 ini mewajibkan seluruh rakyat Indonesia untuk beragama, karena tidak ada Tuhan tanpa agama. Jika pemerintah melarang adanya aturan yang berbasis agama, berarti pemerintah menganut paham anti agama dan anti Tuhan. Itulah atheisme yang dilarang eksistensinya di Indonesia.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ,لا إله إلا الله ,الله أكبر ولله الحمد
Menjauhkan umat Islam dari Al-Qur’an memang misi sepanjang masa orang-orang kafir. Karena orang kafir menganggap Al-Qur’an sebagai penghalang terbesar untuk menggiring umat Islam ke arah tujuan yang mereka kehendaki.
Seperti diungkapkan oleh mantan PM Inggris William Ewart Gladstone (1809–1898). Ia mengatakan: “Percuma kita memerangi umat Islam, dan tidak akan mampu menguasainya selama di dada pemuda-pemuda Islam ini bertengger Al-Qur’an. Tugas kita sekarang adalah mencabut Al-Qur’an di hati-hati mereka, baru kita akan menang dan menguasai mereka. Minuman keras dan musik lebih menghancurkan ummat Muhammad daripada seribu meriam, oleh karena itu, tanamkanlah dalam hati mereka rasa cinta terhadap materi dan seks.”
Seorang mantan PM yang anti Islam saja mengakui keunggulan Islam dan kehebatan Al-Qur’an dalam menangkal sekaligus membasmi segala bentuk kerusakan moral. Umat Islam tidak bisa dikalahkan selama mereka berpegang teguh pada Al-Qur’an. Untuk mengalahkan umat Islam harus diarahkan pada pola hidup hedonis. Taktik dan startegi Williem Gladstone inilah yang direalisasikan oleh orang-orang kafir melalui tayangan TV yang merusak moral. Fasilitas wisata yang diwarnai dengan kebebasan seks, pergaulan bebas, dan mabuk-mabukan.
Dari ucapan William Gladstone ini, sudah tidak samar lagi bagi setiap muslim yang menggunakan akal sehatnya, betapa kerasnya permusuhan kaum Yahudi dan Nasrani terhadap kaum muslimin. Mereka bersatu padu menggalang kekuatan untuk merusak citra Islam, serta menghalang-halangi umat Islam melaksanakan syariat Islam. Sudah menjadi program orang-orang kafir untuk menggiring umat Islam agar mengikuti gaya hidup mereka, mengikuti budaya, cara bergaul, cara berpakaian, termasuk cara mengurus Negara. Al-Qur’an telah menginformasikan hal ini sejak cahaya Islam memancar di atas permukaan bumi. Bahwa musuh-musuh Islam, siang dan malam tiada henti-hentinya membuat makar terhadap umat Islam, sebagaimana firman Allah Swt:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا اتَّبِعُوا سَبِيلَنَا وَلْنَحْمِلْ خَطَايَاكُمْ وَمَا هُمْ بِحَامِلِينَ مِنْ خَطَايَاهُمْ مِنْ شَيْءٍ ۖ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
“Orang-orang kafir berkata kepada orang-orang mukmin: “Wahai orang-orang mukmin, ikutilah cara hidup kami. Kami akan menanggung segala dosa kalian selama kalian mengikuti kami.” Padahal sebenarnya orang-orang kafir itu tidak sedikit pun sanggup menanggung dosa-dosa mereka sendiri. Sungguh orang-orang kafir itu berdusta.” Al-Ankabut [29]:12)
Perhatikanlah wahai kaum mukmin, ketika orang-orang kafir menjadi Gubernur, Bupati, Walikota di tengah-tengah mayoritas kaum muslimin, mereka tidak lelah berbuat makar kepada para pemeluk Islam setiap kali ada kesempatan.
وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ ۖ
“Wahai orang-orang mukmin, sebagian besar kaum Yahudi dan Nasrani menginginkan kalian menjadi kafir setelah kalian beriman. Mereka dengki kepada kalian setelah bukti-bukti kerasulan Muhammad jelas bagi mereka.” (QS. Al-Baqarah : 109)
Kebencian orang kafir terhadap Islam, tidak lepas dari sifat agama Islam yang sempurna. Islam difitnah karena kesempurnaan ajarannya. “Syari’at Tuhanmu telah sempurna, dan seluruh syariat Tuhanmu benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah syariat Tuhanmu yang benar dan adil itu. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Al-An’am [6]:115)
Sekiranya Islam, agama yang biasa-biasa saja, atau lebih jelek dari agama mereka, tentu tidak akan difitnah, dan malah dijadikan teman. Karena kesempurnaan Islam, maka musuh-musuh Islam tidak menghendaki Islam ikut berperan dalam membangun masyarakat, agar keinginan jahat hawa nafsu mereka terlampiaskan. Mereka tidak ingin terikat dengan hukum halal dan haram, tidak terkendala dengan larangan atau perintah Allah Swt.
Dalam kondisi penuh fitnah, diperparah lagi dengan prilaku beragama umat Islam yang semakin jauh dari Islam. Banyak orang yang mengaku beragama Islam, tapi mengatasnamakan Islam untuk melakukan kesesatan tanpa sadar. Mengaku beragama Islam, tapi menolak syariat Islam. “Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita berpegang teguh pada ayat-ayat konstitusi, bukan pada ayat-ayat kitab suci”. Mengaku beragama Islam, tapi menyerukan memilih pemimpin kafir dengan slogan, “Lebih baik pemimpin kafir yang jujur daripada Muslim yang karuptor”.
Mengaku beragama Islam, tapi mendukung paham komunis PKI, dan menuntut supaya eksistensi homoseks (LGBT) diakui. Mereka masih suka minuman keras, judi, makan riba, dan membiarkan istri dan anak-anak gadisnya berpakaian yang tidak sesuai dengan syari’at Islam.
Kita bisa menyaksikan, masih banyak orang yang mengaku beragama Islam namun enggan melaksanakan shalat lima waktu. Seolah mereka tidak percaya berita Al-Qur’an, bahwa shalat dapat mencegah perbuatan mungkar.
Mengaku beragama Islam, tapi tidak mau puasa Ramadhan. Mereka tidak percaya bahwa Allah akan menghapus dosa masa lalunya bila melaksanakan puasa Ramadhan karena iman dan hanya mengharap keridhaan Allah. Bahkan di antara orang Islam yang tidak berpuasa ini, ada yang menggunakan akal sesatnya dan berkata, “Hormatilah orang yang tidak berpuasa”. Seakan mereka ingin mengatakan, yang tidak korupsi hormatilah para koruptor. Yang tidak berzina hormatilah para pelacur. Yang tidak minum miras hormatilah para pemabuk.
Bahkan ada sekte yang mengaku beragama Islam, tapi menghujat sahabat nabi dan menista isteri Rasulullah Saw.
Inilah petaka besar yang menimpa umat Islam. Sikap beragama seperti ini mengingatkan pada pengalaman kehidupan beragama seorang legenda tinju dunia yang meninggal 3 Juni 2016 lalu, bernama Muhammad Ali. Suatu ketika Muhammad Ali mengungkapkan penyesalannya.
“Saya kira, saya benar-benar seorang muslim sejati sejak 1983. Selama ini saya berpikir telah menjadi muslim yang sebenarnya, ternyata tidak,” ungkapnya masygul.
Sebab, katanya lagi, “Saya menyesuaikan ajaran agama dengan keinginan saya. Saya melakukan hal-hal yang keliru, dan masih suka minum miras dan mengejar perempuan.”
Hingga suatu hari, ungkap Muhammad Ali terus terang, seorang guru yang saya hormati bertanya pada saya. “Apakah Anda akan bersetubuh dengan perempuan di tempat ibu Anda dapat melihatnya?” “Tentu saja tidak,” jawabku.
“Apakah Anda akan bersetubuh dengan perempuan di tempat anak-anak Anda dapat melihatnya?” “Tidak,” kataku lagi.
“Lalu, mengapa Anda bermaksiat di tempat dimana Allah Swt. dapat melihat-Nya. Anda bersembunyi dari pandangan ibu, anak dan manusia lainnya. Tapi Anda tidak bisa bersembunyi dari pandangan Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Melihat dimanapun Anda berada”.
Munajat
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ,لا إله إلا الله ,الله أكبر ولله الحمد
Mengakhiri khutbah ini, marilah kita bermunajat kepada Allah agar diberi keselamatan dari segala ancaman, diberi kebaikan yang paling sempurna, kehidupan yang sejahtera dan waktu yang paling bahagia. Marilah kita berdo’a dengan meluruskan niat, membersihkan hati dan menjernihkan fikiran, semoga Allah menjauhkan kita dari paham sesat, dan memperkenankan do’a hamba-Nya yang ikhlas, serta menerima ibadah puasa Ramadhan kita. Semoga Allah menerima segala amal ibadah kita dan menjauhkan kita dari amal-amal yang sia-sia.
Ya Allah, pelihara iman kami dan berikan kepada kami kesempatan merasakan manisnya iman dalam kehidupan ini, yaitu dalam meneladani seluruh Sunnah Rasulullah saw. dengan sebaik-baiknya, yang mengantarkan kami menuju keselamatan dunia dan akhirat.
Ya Allah, bimbinglah kami untuk mengendalikan dan menundukkan hawa nafsu kami. Peliharakan hati dan pendengaran kami agar kami tidak terpedaya oleh tipu daya syaithan yang merusak amal ibadah yang telah dan akan kami lakukan.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ
Ya Allah, ampunilah dosa kaum Muslimin dan Muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.
اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ فِي كُلِّ مَكَانٍ . اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُجَاهِدِيْنَ فِي فِلِسْطِيْنَ ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تُحَرِّرَ الْمَسْجِدَ الأَقْصَى مِنَ اليَهُودِ الغَاصِبِينَ ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُجَاهِدِيْنَ فِي بِلاَدِ الشَّامِ ، وفِي الأَرَكَانِ ، وَفي الْيَمَنِ ، وفِي أَفْغَانِسْتَان ، وَفِي كَشْمِيْرَ ، فِي كُلِّ مَكَانٍ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Ya Allah, tolonglah dan menangkanlah saudara-saudara kami para mujahidin di jalan-Mu di mana pun mereka berada. Tolonglah saudara-saudara kami para mujahidin Palestina, bebaskan Masjid Aqsha dari perampok Yahudi. Ya Allah, bantulah pula saudara-saudara kami kaum Muslimin para mujahidin di negeri Syam, di Arakan, Yaman, Afghanistan, Kasymir dan negeri-negeri kaum Muslimin yang lain, wahai Penguasa alam semesta.
اَللَّهُمَّ أَفْرِغْ عَلَيْهِمْ صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَهُمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ
Ya Allah, berikan kesabaran kepada mereka, teguhkan pendirian mereka, dan tolonglah mereka atas musuh-Mu dan musuh mereka
اَللَّهُمَّ اكْتُبِ الشَّهَادَةَ عَلَى مَوْتَاهُمْ وَاكْتُبِ السَّلاَمَةَ عَلَى أَحْيَائِهِمْ
Ya Allah, tetapkan kesyahidan bagi yang gugur di antara mereka, dan berikan keselamatan kepada yang masih hidup
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, dan kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ . سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ . وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ . وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Semoga shalawat senantiasa tercurah kepada pemimpin kami Muhammad saw, keluarga dan sahabatnya semua. Maha suci Tuhanmu Pemilik kemuliaan dari apa yang mereka persekutukan. Semoga salam sejahtera selalu tercurah kepada para rasul dan segala puji hanya bagi Tuhan semesta alam.
(*/arrahmah.com)