Oleh Irfan S Awwas
(Arrahmah.com) –
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ, صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ. وَأَعَزَّ جُنْدَهُ, وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ, لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ.
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّ لِنَهْتَدِيَ لَوْلاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ وَمَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ عَبْدٍ لَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللهَ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ اخْتَارَهُ اللهُ وَاصْطَفَاهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّم عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ, أَمَّا بَعْدُ :فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواْ اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ, وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ وَعِيْدٌ كَرِيْمٌ, أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامَ وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ الصِّيَامَ فَهُوَ يَوْمُ تَسْبِيْحٍ وَتَحْمِيْدٍ وَتَهْلِيْلٍ وَتَعْظِيْمٍ وَتَمْجِيْدٍ فَسَبِّحُوْا رَبَّكُمْ وَعَظِّمُوْاهُ وَتُوْبُوْا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوْاهُ
Jamaah Shalat Idul Adha rahimakumullah.
اَللهُ أَكْبَرُ – اَللهُ أَكْبَرُ –اَللهُأَكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ.
Kita patut bersyukur kepada Allah Rabbul Alamin, yang dengan kasih sayang-Nya berkenan menjaga keimanan dan ke-Islaman kita, sehingga kita tetap terpilih sebagai pemeluk Islam, dan dapat menjalankan ibadah shalat Idul Adha pada hari ini.
Di Hari Raya Idul Adha 1437 H ini sungguh kita benar-benar berada dalam karunia dan rahmat Allah SWT yang amat besar. Karena saat ini kita dikumpulkan oleh Allah SWT di tempat ini dengan tujuan menggapai kemuliaan di hadapan Allah SWT.
Merenunglah sejenak akan keberadaan mereka yang belum dipilih oleh Allah untuk mendapatkan rahmat-Nya. Yaitu, mereka yang di saat ini berada di sebuah tempat berkumpul,akan tetapi Allah murka kepada mereka. Atau mereka-mereka yang lalai dan sibuk melampiaskan hawa nafsu, sehingga mereka tercebur ke dalam kubang kemaksiatan dan kenistaan. Mereka yang kian hari kian akrab dengan maksiat dan mungkarat.
Maka kita patut bersyukur kepada Allah Rabbul Alamin, karena pada saat ini, pada detik ini kita dihantarkan dan dimudahkan oleh Allah untuk meraih ridha Allah SWT, dengan berkumpul untuk melakukan shalat Idul Adha di tempat ini. Inilah nikmat dan rahmat besar dari Allah SWT untuk kita.
Kemudian, shalawat dan salam semoga dilimpahkan Allah kepada junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarganya, para shahabatnya, para tabi’in, dan tabi’ut tabi’in, serta siapa saja yang mengikuti petunjuk beliau hingga yaumul qiyamah. Hari yang tiada lagi bermanfaat harta dan anak bagi pemiliknya, kecuali bagi mereka yang datang menghadap Allah subhanahu wa ta’ala dengan hati yang ikhlas.
Maka kewajiban kitalah untuk melanjutkan perjuangan membangun kehidupan yang berlandaskan syariat-Nya. Kita ridha Islam sebagai agama dan Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya. Untuk itu marilah kita bertaqwa agar kita menjadi makhluk yang paling mulia di sisi Allah, diampuni dosa-dosa kita, dan diberi-Nya jalan keluar terhadap problem kehidupan yang kita hadapi. Sesungguhnya Allah telah mengingatkan kita di dalam Al-Qur’an dengan firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهِ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (71)
“Wahai orang-orang beriman, taatlah kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar. Dengan begitu, niscaya semua yang kalian lakukan hasilnya akan menjadi baik dan dosa-dosa kalian akan diampuni Allah. Siapa saja yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, sungguh dia memperoleh kemenangan yang sangat besar.” (Qs. Al-Ahzab, 33: 70-71)
Kaum Muslimin rahimakumulloh.
Salah satu yang amat kita butuhkan dalam menjalani kehidupan yang baik dan benar adalah keteladan dari figur-figur yang bisa diteladani. Karena itu, hari ini kita kenang kembali manusia agung yang diutus oleh Allah Swt untuk menjadi Nabi, yakni Nabi Ibrahim As beserta puteranya Nabi Ismail As serta istri beliau Hajar. Keagungan pribadinya membuat kita pantas mengambil keteladanan darinya, sebagaimanafirman Allah Swt:
“Wahai orang-orang mukmin, pada diri Ibrahim dan para pengikutnya ada teladan yang baik bagi kalian….” (QS Al Mumtahanah [60]:4).
Setiap kali umat Islam merayakan Idul Adha, mengingatkan kita pada perintah Allah untuk menunaikan ibadah haji dan menyembelih hewan qurban untuk melestarikan sunah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
Bagi orang beriman, ibadah haji memiliki pesona dan daya tarik luar biasa, sehingga banyak orang yang sudah berhaji berkali-kali, ingin mengulanginya lagi dan lagi. Seruan untuk menunaikan ibadah haji dan menyembelih hewan qurban, yang dikumandangkan oleh Nabi Ibrahim telah berlangsung berabad-abad lamanya, dan disambut oleh berjuta-juta umat Islam di seluruh penjuru dunia.Subhanallah, Maha Benar Allah dengan firman-Nya:
وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ (27)
“Wahai Ibrahim, umumkanlah kepada semua manusia untuk beribadah haji, niscaya mereka akan datang memenuhi seruanmu dengan berjalan kaki dan mengendarai onta yang cekatan dari tempat-tempat yang jauh.” (Qs. Al-Hajj [22]: 27).
Menunaikan ibadah haji merupakan salah satu dari rukun Islam. Setiap muslim pasti merindukan untuk bisa melaksanakan ibadah haji. Seperti apa yang dialami oleh pria asal Tiongkok ini.Dilansir dari gulfnews.com, Mohammad, rela bersepeda dari Xinjiang, Cina, ke Arab Saudi demi bisa menunaikan ibadah haji.Dia menempuh jarak 8.150 kilometer selama 4 bulan dengan menggunakan sepeda miliknya.
Pada Mei 2014, sekelompok Muslim asal Malaysia mengendarai sepeda dari Kuala Lumpur menuju Madinah. Sebanyak 12 orang anggota kelompok tersebut meninggalkan Ibukota Malaysia itu dan menempuh 12 negara dan berhenti di 53 kota.
Kaum Muslimin rahimakumulloh.
اَللهُ أَكْبَرُ – اَللهُ أَكْبَرُ –اَللهُأَكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ.
Kisah inspiratif yang terkandung dalam kehidupan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS merupakan pelajaran berharga bagi kita. Seorang bapak yang sangat membanggakan putranya dan sangat mencintainya diperintahkan oleh Allah untuk disembelih. Perintah yang secara lahir bertentangan dengan hati nurani seorang bapak,akan tetapi itulah perintah Allah SWT.
“Tatkala anak itu sudah dewasa, Ibrahim berkata kepada anaknya: “Wahai anakku tersayang, sungguh aku telah bermimpi menyembelih kamu. Karena itu, apa pendapatmu tentang mimpiku itu?” Ismail berkata: “Wahai ayahku tersayang, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah, engkau akan mendapati aku termasuk orang yang sabar.”(Qs. Ash Shaffat [37]:102)
Nabi Ibrahim AS bergegas melaksanakannya dengan penuh keyakinan bahwa semua adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Dan Allah tidak akan mengambil sesuatu dari hamba-Nya kecuali Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik di dunia atau mempertemukannya di surga. Dan tanpa keraguan sedikitpun Nabiyullah Ibrahim AS melaksanakan perintah Allah SWT tersebut.
Itulah pengorbanan agung Nabi Ibrahim AS. Seorang ayah rela mengorbankan anak tercintanya demi menjalankan perintah Allah SWT, sekalipun kemudian Allah berkenan mengganti posisi Ismail dengan seekor domba.Begitu agungnya kisah tersebut hingga diabadikan di dalam syariat Nabi Muhammad SAW yaitu dengan dianjurkannya bagi setiapmuslim yang mampu untuk menyembelih qurban baik itu domba, sapi atau onta.
Dari sekian banyak hal yang harus kita teladani dari Nabi Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia serta mengambil hikmah dari pelaksanaan ibadah haji yang sedang berlangsung di tanah suci. Dalam kesempatan khutbah yang singkat ini, setidaknya ada tiga hikmah yang menjadi isyarat bagi kaum muslimin untuk mewujudkannya dalam kehidupan ini.
Hikmah pertama, tinggalkan segala yang haram dan lakukan yang halal, termasuk biaya untuk haji haruslah dari dana yang halal. Tidak boleh dari hasil karupsi, juga tidak boleh dari uang riba.Larangan-larangan dalam ibadah haji dan umrah secara singkat tertuang dalam Al-Qur’an Surah al-Baqarah [2] ayat 197 yang artinya:
“Waktu pelaksanaan haji itu pada bulan-bulan tertentu. Siapa saja yang melaksanakan haji pada bulan-bulan itu, maka ia tidak boleh berkumpul dengan istrinya, tidak boleh melanggar hukum-hukum haji dan ‘umrah, tidak boleh berkata jorok (rafas), tidak boleh bertengkarselama melaksanakan haji. Wahai orang-orang yang memikirkan kehidupan akhirat, ketaatan yang telah kalian lakukan dalam melaksanakan haji dan umrah, pasti Allah mengetahuinya…”
Setiap manusia tentu mendambakan kehidupan yang berbahagia, damai dan jauh dari berbagai kesusahan. Untuk tujuan ini, orang rela mengorbankan harta, waktu dan tenaga yang mereka miliki demi meraih apa yang mereka ungkapkan sebagai ‘kebahagian dan ketenangan hidup yang sejati’.
Ironisnya, dalam upaya mencari kebahagiaan dan ketenangan hidup ini, di antara mereka ada yang menempuh jalan yang keliru dan justru menjerumuskan mereka kedalam jurang kesengsaraan dan malapetaka, dengan mengikuti godaan dan tipu daya setan yang selalu menghiasi keburukan amal perbuatan manusia. Allah berfirman:
“Apakah sama orang-orang yang ditipu oleh setan sehingga mereka menganggap perbuatan-perbuatan buruknya seolah-olah baik, dengan orang-orang yang tidak mau ditipu setan? Orang-orang yang tertipu setan, Allah jadikan mereka sesat. Orang-orang yang tidak mau ditipu setan, Allah berikan petunjuk kepada mereka. Wahai Muhammad, janganlah kamu bersedih menghadapi orang-orang sesat. Sungguh Allah mengetahui apa saja yang dilakukan oleh manusia dan setan'” [Qs. Fathir [35]:8).
Mereka yang tertipu oleh setan tidak lagi bisa membedakan yang halal dan haram, tidak peduli benar atau salah. Termasuk dalam hal memilih pemimpin, mereka yang sudah tertipu oleh setan, tidak peduli apakah pemimpin yang dipilih itu Muslim atau kafir, apakah pemimpin itu penjudi, pemabuk, penzina ataukah orang shalih.
Kebanyakan manusia menilai dengan kebodohannya bahwa kebahagiaan dan ketenangan hidup diraih dengan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dan menggapai kedudukan duniawi setinggi-tingginya, sebagai akibat kuatnya dominasi hawa nafsu dan sifat materialistis.
Maka pelajaran dari peristiwa Idul Adha yang juga disebut Idul Qurban, adalah kemampuan memilih dan memilah mana yang benar untuk diikuti dan mana yang slah untuk dijauhi, berdasarkan Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw.
Hikmah Kedua, kesiapan untuk berkorban.Berkorban hakikatnya adalah mengabadikan nikmat. Anda yang punya jabatan, jika anda menginginkan jabatan anda adalah jabatan yang bakal abadi kelak di surga Allah SWT, maka relakanlah jabatan yang anda cintai itu untuk Allah. Memberikan jabatan anda untuk Allah bukan berarti anda harus melepas jabatan itu, akan tetapi pergunakanlah jabatan yang dimiliki itu untuk melakukan perbuatan yang diridhai Allah. Seperti melakukan amar ma’ruf nahi munkar, menghentikan kejahatan, memudahkan dalam segala kebaikan adalah cara berkorban bagi para pejabat.
Banyak kita saksikan saat ini kemungkaran-kemungkaran susah ditangani oleh para Ulama, susah ditangani oleh masyarakat. Akan tetapi jika hal ini ditangani oleh pejabat adalah sangat mudah, maka beruntunglah anda menjadi pejabat jika rela berkorban untuk Allah SWT dengan jabatan anda itu.
Berjuang adalah sebagian bentuk pengorbanan. Maka sungguh celakalah jika ada orang yang diangkat oleh Allah dengan jabatan, akan tetapi justru dengan jabatannya ia semakin jauh dari Allah. Dengan jabatannya ia telah membuka pintu-pintu kemaksiatan dan kemungkaran, melalui UU atau peraturan yang dibuatnya. Itulah pejabat-pejabat nista, yang semestinya jabatan adalah karunia untuk menggapai kemuliaan akan tetapi justru menjadi sebab kehinaan.
Begitupun, anda wahai para orang kaya, yang dikaruniai Allah dengan harta yang melimpah ruah. Sungguh itu adalah nikmat besar dari Allah SWT. Maka jangan sampai nikmat yang begitu besar dari Allah SWT akan sirna begitu saja. Jangan sampai nikmat harta yang diberikan oleh Allah kepada anda tidak bisa di lihat kelak di surga. Maka abadikanlah nikmat tersebut dengan cara berkorban meniru Nabi Ibrahim AS. Jika anda termasuk yang mencintai harta, maka jadikanlah harta itu sebagai bekal yang akanmenemani anda di alam barzah, dan bakal menemani anda kelak di surga Allah SWT. Dan jangan sampai harta yang anda cintai anda tinggalkan begitu saja di dunia. Maka dari itu wahai para orang kaya berkorbanlah dengan harta anda dan berjuanglah dengan kekayaan anda.
Berkorban dengan harta bukan berarti anda harus meninggalkan kekayaaan. Akan tetapi jika anda tergolong orang yang diberi oleh Allah kemampuan untuk mengumpulkan harta, maka kumpulkanlah harta dengan cara yang benar dan halal. Dan disaat anda sudah bisa mengumpulkannya, maka gunakanlah harta tersebut untuk aktifitas amal yang diridhai Allah. Ada masjid yang harus di bangun, ada pesantren yang harus diperhatikan, ada madrasah yang harus di benahi, ada yatim piatu yang harus di bantu dan ada fakir miskin yang harus di santuni.
Itulah makna pengorbanan dan perjuangan bagi orang-orang kaya, berkorban dengan harta yang bukan hanya seekor kambing. Dan apalah artinya seekor kambing bagi seorang kaya raya. Begitu sebaliknya yang diberi oleh Allah dengan harta melimpah ruah akan tetapi dia tidak diberi oleh Allah jiwa berkorban dengan hartanya, maka sungguh dengan harta tersebut Allah akan merendahkan dan menghinakannya kelak di akhirat. Karena harta yang ia simpan dan ia timbun di dunia tanpa digunakan untuk berkorban dan berjuang di jalan Allah SWT akan dipertanyakan kelak di akhirat dan menjadi penghalang menuju surga Allah SWT.
Dan begitu juga anda yang berilmu. Anda harus punya pengorbanan, jangan sampai anda tertinggal dari rombongan-rombongan para pejuang-pejuang yang berkorban dengan jabatan dan kekayaan mereka. Di depan anda adalah umat yang membutuhkan ilmu dan bimbingan, juga suri tauladan. Maka seorang alim yang tidak menyebarkan ilmu serta memberikan suri tauladan yang baik adalah seorang berilmu yang tidak mempunyai perjuangan dan pengorbanan. Dan ilmu yang ia miliki selagi tidak digunakan untuk berjuang di jalan Allah SWT hanya akan menjadi beban kelak di akhirat.
Alangkah banyaknya orang berilmu di dalam neraka jahannam karena tidak mengamalkan dan menggunakan ilmunya untuk Allah seperti yang dikabarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Di negeri kita terdapat banyak ulama, justru berdakwah untuk menjauhkan manusia dari agama Allah, atas nama demokrasi dan toleransi. Maka, wahai para ahli ilmu saat ini dan detik ini kita berkorban dan berjuang dengan ilmu kita dengan mendidik umat serta menjadi suri tauladan yang baik bagi mereka.
Dan yang tidak boleh tertinggal juga adalah si fakir dan orang-orang yang tertindas. Bagi anda ketabahan dan kesabaran adalah pengorbanan yang amat agung. Mungkin anda tidak bisa berkurban dengan seekor kambing karena anda tidak mempunyai kambing. Dan anda pun tidak bisa berkorban dengan jabatan dan kekayaan, karena anda bukan pejabat dan bukan pula konglomerat. Akan tetapi ketabahan dan kesabaran anda adalah sebuah pegorbanan dan perjuangan yang menjadikan anda semakin dekat dengan Allah SWT. Tetaplah anda takut dengan semua yang diharamkan oleh Allah SWT. Jangan gara-gara kefakiran lalu anda tidak peduli mana yang halal dan mana yang haram. Jangan sampai kesengsaraan di dunia menjadi muqadimah kesengsaraan di akhirat. Senantiasalah tabah dan sabar, karena sesungguhnya ketabahan dan kesabaran adalah pengorbanan yang tidak ada tandingnya.
Semoga Allah SWT membebaskan kita dari kesusahan serta kefakiran, baik di dunia maupun di akhirat. Mari berjuang dan berkorban dengan apapun yang Allah berikan kepada kita demi menuai kemuliaan kelak di surga Allah SWT.
Hikmah Ketiga,menjadikan masjid sebagai pusat pergerakan. lbadah haji dan rangkaian ibadah lainnya berpusat di masjid. Ketika jamaah haji kita mendapat kesempatan untuk berziarah ke Madinah, maka seluruh jamaah berbondong-bondong untuk melaksanakan shalat berjamaah yang lima waktu di masjid Nabawi. Oleh karena itu, sebagai muslim setiap kita harus memiliki ikatan batin dengan masjid yang membuat kita mau mendatangi masjid setiap hari untuk melaksanakan shalat lima waktu secara berjamaah, khususnya bagi laki-laki. Ikatan batin kita yang kuat kepada masjid membuat kita akan menjadi orang yang dinaungi Allah Swt pada had kiamat.
Rasulullah saw bersabda:
Artinya: Ada tujuh golongan orang yang akan dinaungi Allah yang pada had itu tidak ada naungan kecuali dad Allah: …seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid ketika ia keluar hingga kembali kepadanya” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketahuilah, perjalanan terjauh dan terberat bagi lelaki muslimadalah perjalanan menuju Masjid. Banyak orang-orang kaya tidak sanggup mengerjakannya.Jangankan untuk shalat berjama’ah sehari 5 waktu, atau shalat Jum’at sekali seminggu, bahkan seumur hidup pun ada yang belum pernah mampir ke masjid.
Orang-orang pintar yang mampu melangkah jauh pergi kuliah ke Eropa, Amerika, Jepang, Australia, Korea, hingga bergelar doktor sekalipun, banyak yang tidak mampu ke Masjid. Para pemuda yang kuat, mampu mendaki puncak gunung, mampu angkat besi sebefrat satu kwintal, namun enggan ke Masjid dengan beragam alasan. Maka berbahagialah mereka yang, bila sejak kecil telah terbiasa melangkahkan kaki ke Masjid. Sejauh manapun kita melangkah, tidak ada perjalanan yang paling membanggakan selain perjalanan ke Masjid dan ke medan jihad.
Sebab perjalanan ke Masjid adalah perjalanan menjumpai Allah Rabbul Alamin, yang akan membedakanmu dengan mereka yang lalai akan Rabbnya.Maka lakukanlah walau engkau harus merangkak dalam gelap Shubuh demi keselamatanmu mengarungi dunia yang fana menuju akhirat, serta bertemu dengan Rabbmu.
Sebagai contoh spektakuler, peranan masjid sebagai basis keamanan Negara, adalah ketika gagalnya upaya kudeta militer di Turki. Iniadalah fenomena langka, sebagaimana dukungan dan heroiknya rakyat dan keteguhan pemimpin Turki, adalah peran masjid sebagai basis pertahanan negara. Fenomena ini tidak diduga siapapun, bahkan oleh Israel sekalipun.
Sesaat setelah Presiden Recep Tayyip Erdoğan mengajak rakyatnya turun ke jalan, dilanjutkan dengan seruan Menteri Agama Mehmet Görmez bahwa turun ke jalan melawan kudeta militer adalah jihad. Hampir seluruh Masjid di Turki mengumandangkan adzan dan takbir seraya menyeru dan menyemangati masyarakat dalam aksi perjuangannya.
Rekaman video seruan adzan dan kumandang Takbir dari masjid-masjid Turki beredar luas via sosial media yang turut menggerakkan rakyat Turki dalam melawan kudeta.
Artinya, fungsi masjid di Turki telah bertransformasi sedemikian rupa bukan hanya sebagai tempat ibadah saja. Melainkan menjadi pusat pergerakan danperadaban.Sampai-sampai, mantan Menteri Pertahanan Israel, Moshe Arens menyatakan keterkejutannya melihat peranan masjid-masjid di Turki dalam menggagalkan kudeta Jumat malam, Jum’at 15 Juli 2016.
Banyak yang tidak menyangka. Bahwa setelah 20 tahun yang lalu dimana masjid-masjid Turki sepi dan hanya diisi oleh orang-orang tua, kini bertransformasi dan berevolusi sedemikian rupa.Bahkan dulu saat era Ataturk masjid-masjid dilarang kumandangkan adzan. Masjid yang masih mempergunakan adzan dengan bahasa Arab, seketika itu juga dirinya merobohkan masjid itu.Kini masjid-masjid di Turki menjadi benteng kokoh dalam membendung kudeta.
Hal ini membuktikan bahwa semangat yang datang dan diglorakan dari mimbar masjid sedang mewarnai negara, jalan dan pasar-pasar di Turki. Dengan kata lain, semangat Islam sedang mewarnai aspek sosial, politik dan ekonomi di Turki. Sebagai tonggak baru, dan peradaban baru di akhir zaman.
Kemenangan Umat Islam berawal dari Masjid. Sebagaimana dulu Rasulullah Saw dan para sahabat menjadikan Masjid sebagai pusat peradaban, pusat militer dan penjawab solusi masalah umat.Jangan seperti yang terjadi akhir-akhir ini di negeri kita. Kumandang adzan dari speaker menara masjid bahkan diprotes, dianggap mengusik pendengaran dan mengganggu lelapnya tidur. Dipanggil untuk beribadah kepada Allah, malah dianggap bising yang mengganggu tidurnya.
Oleh karena itu, ada baiknya kita mendengarkan ungkapan seorang ulama shalih bernama Syeikh Nuruddin Albanjari. Dalam suatu ceramahnya dia menyatakan:”Kenapa tidak ada seorangpun pemain sepak bola membawa handphone mereka masuk lapangan ketika bertanding?
Jawabannya, “karena tidak ada kepentingan!Mereka hanya fokus bermain bola”.
Lalu, kenapa kita perlu membawa handphone ketika masuk ke rumah Allah, yaitu masjid ?Adakah lapangan bola itu lebih mulia daripada masjid?Adakah bermain bola itu perlu lebih fokus/khusyuk daripada shalat ?
Cobalah, mulai sekarang, belajarlah untuk tidak menyibukkan diri dengan handphone/netbook/laptop di rumah Allah/masjid, karena tiada urusan yang lebih penting daripada urusan kita dengan Allah.Jaga adab kita dengan Allah…!
Seorang ulama, Imam Masjidil Haram, Syeikh Abdurrahman As-Sudais, satu ketika mengimami shalat di depan Ka’bah. Ketika sedang shalat beliau mendengar suara musik dari hp salah satu jamaah yang ikut shalat dibelakangnya.
Usai shalat beliau bangkit sambil menangis dan berkata kepada jamaah shalat, “Saya belum pernah mendengar musik di rumah saya, tetapi hari ini saya mendengar musik di rumah Allah”.
اَللهُ أَكْبَرُ – اَللهُ أَكْبَرُ – اَللهُ أَكْبَرُ – اَللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Munajat
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah
Mengakhiri khutbah ini, marilah munajat pada Allah Rabbul Alamin, dengan meluruskan niat, membersihkan hati dan menjernihkan pikiran, Semoga Allah berkenan mengijabah do’a hamba-Nya yang ikhlas.
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ
وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَالْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ
اَللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِي سَكَرَةِ الْمَوْتِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ وَالْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا رَبَّنَا ظَلَّمْنَا أَنْفُسَنَا فَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
ِعِبَادَ اللهِ إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإيِـْـتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشاءِ والمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، اُذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْاهُ يَزِدْكُمْ واسْتَغْفِرُواهُ يَغْفِرْ لَكُمْ واتّقُوْاهُ يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مَخْرَجاً
(*/arrahmah.com)