Oleh: Ust. Abu Muhammad Jibriel Abd. Rahman
Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, meminta tolong kepada-Nya, memohon ampun kepada-Nya, dan kita berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa-jiwa kita, dan amal-amal kita. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk maka tidak ada siapapun yang menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan maka tidak siapapun yang menunjukkannya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang disembah kecuali Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran 3: 102)
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak, dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu.” (QS. An Nisaa’ 4:1)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu, dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia Telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al Ahzab: 70-71)
Adapun sesudah itu,
Maka sebaik-baik ucapan adalah kitab Allah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Saw, dan sekuat-kuat tali ikatan ialah kalimat taqwa, dan berhati-hatilah kamu dengan perkara-perkara yang baru, karena setiap perkara yang baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan setiap bid’ah itu sesat, dan setiap kesesatan berada dalam neraka. Kita bersyukur kepada Allah Swt karena berada pada hari yang terbaik dari hari-hari yang diciptakan Allah Swt.
Dari ‘Aisyah Ra ia berkata, bahwa Nabi Saw bersabda:
مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ ، إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا ، وَأَشْعَارِهَا ، وَأَظْلاَفِهَا . وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنَ الأَرْضِ ، فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا
“Tidak ada suatu amalan pun yang dilakukan oleh manusia pada Hari Raya Qurban, lebih dicintai Allah selain dari menyembelih hewan qurban. Sesungguhnya hewan qurban itu kelak di hari Kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulunya dan kuku-kukunya, dan sesungguhnya sebelum darah qurban itu menyentuh tanah, ia (pahalanya) telah diterima di sisi Allah, maka beruntunglah kalian semua dengan pahala qurban itu.” (HR. Tirmidzi, no: 1413)
Adapun bagi orang yang memiliki kemampuan pada hari tersebut tetapi dia tidak berkurban, maka perbuatannya itu sangat dibenci. Abu Hurairah Ra ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:
“Barangsiapa yang mempunyai kemampuan untuk berqurban, tapi ia tidak mau berqurban, maka janganlah ia dekat-dekat di tempat shalat kami.” (HR Ahmad, no: 7924, Ibnu Majah, no: 3114, dan dishahihkan oleh Hakim)
الله أكبر… الله أكبر… ولله الحمد
Para Jama’ah Yang Dirahmati Allah.
MANUSIA MEMERLUKAN ALLAH
Tidak dapat di pungkiri oleh siapapun,bahwa seluruh makhluq sangat memerlukan Allah, bahkan tidak sedetikpun dalam kurun waktu dan rezqi yang diperlukan hidupnya melainkan dalam tangan Allah seluruh tanggungan kehidupannya. Allah Swt berfirman:
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Hud, 11: 6)
Yang dimaksud binatang melata di sini ialah segenap makhluk Allah yang bernyawa, dan yang dimaksud dengan tempat berdiam di sini ialah dunia dan tempat penyimpanan ialah akhirat. dan menurut sebagian ahli tafsir yang lain maksud tempat berdiam ialah tulang sulbi dan tempat penyimpanan ialah rahim.
Maka wajarlah Allah subhanahu wata’ala dalam banyak dialog Nya dengan hamba Nya,mengingatkan supaya selalu ingat dengan nikmat yang tidak terhingga itu. Dintara firman Nya:
“…Dan ingatlah nikmat Allah padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu Yaitu Al kitab dan Al Hikmah (As Sunnah). Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah, 2: 231)
Beginilah kasih sayang Allah subhanahu wata’ala kepada manusia, diberi Nya mereka segala nikmat keperluan hidupnya, diturunkan kepada mereka panduan hidup agar tidak tersesat jalan hidupnya yaitu Al Qur’an dan As Sunnah. Namun mereka tetap saja ingkar dan kufur. Al Qur’an menyebutkan kisah pengingkaran golongan manusia yang paling dimuliakan Allah yaitu Bani Israil tetapi merekalah manusia yang paling bejat moralnya kepada Allah,ingkar tehadap nikmat Allah dan janji-janji yang telah diikrarkannya. Maka Allah subhanahu wata’ala berulang kali mengingatkan mereka seperti dalam firman Nya:
“Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya aku telah melebihkan kamu atas segala umat.” (QS. Al Baqarah, 2: 47 dan 122)
“Hai Bani Israil ingatlah akan nikmat-Ku yang telah aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut.” (QS. Al Baqarah, 2: 40)
Israil adalah sebutan bagi Nabi Ya’qub. Bani Israil adalah turunan Nabi Ya’qub; sekarang terkenal dengan bangsa Yahudi. Bani Israil yang telah diberi rahmat oleh Allah dan dilebihkannya dari segala ummat tetapi kekafiran dan kedurhakaan mereka kepada Allah dan kepada para Rasul-Rasul-Nya. Janji Bani Israil kepada Allah Ialah: bahwa mereka akan menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, serta beriman kepada rasul-rasul-Nya di antaranya Nabi Muhammad Saw sebagaimana yang tersebut di dalam Taurat. Bahkan mereka sebelum diutusnya Rasulullah, mereka selalu memohon agar beliau segera di utus. Tetapi setelah beliau diutus, lalu mereka ingkar. Maka mereka senantiasa mendapat kutukan Allah sehingga datangnya hari qiyamat. Allah Swt berfirman:
“Dan setelah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, Padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, Maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la’nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.” (QS. Al Baqarah, 2: 89)
Jika bangsa yang paling dimuliakan Allah subhanahu wata’ala, dilaknat karena kedurhakaannya kepada Allah, maka apakah nasib bangsa yang tidak dimuliakan ? Maka sudah selayaknyalah hamba-hamba yang menghendaki kecintaan dan keridhaan Allah subhanahu wata’ala tunduk dan patuh kepada Allah dan Rasul Nya. Karena Rahmat Allah itu sangat besarnya diberikan kepada ummat manusia. Allah Swt berfirman:
“Katakanlah: “Terangkanlah kepadaKu, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka Apakah kamu tidak mendengar?” Katakanlah: “Terangkanlah kepadaKu, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?”Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.” (QS. Al Qashas, 28: 71-73).
الله أكبر… الله أكبر… ولله الحمد
Para Jama’ah Yang Dirahmati Allah.
MANUSIA DICIPTAKAN UNTUK BERIBADAH
Setiap makhluk (Yang diciptakan) memerlukan Khalik (Pencipta). Temasuk manusia dan jin adalah bagian dari makhluk ciptaan Allah yang special diperintahkan untuk bribadah kepada Nya. Allah Swt berfirman:
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali semata-mata untuk beribadah kepada Ku.” (QS. Az Zaariyat, 51: 56)
Inilah satu-satunya tujuan penciptaan makhluk yang disebut sebagai jin dan manusia. Ibadah dalam bahasa Arab diambil dari perkataan “Abada-ya’budu-u’bud” yang berarti Ta’at dan patuh..
Artinya tujuan penciptaan jin dan manusia semata-mata untuk mentaati Segala perintah Allah (melaksanakan perintah) dan meninggalkan dan menjauhi segala larang Allah. Tujuannya ialah agar manusia dan jin itu selamat didunia dan sejahtera di akhirat. Siapapun dia dan apapun status sosial yang dia miliki ditengah kehidupan masyarakat dia wajib taat dan patuh kepada Allah subhanahu wata’ala.
Adapun tujuan Ibadah adalah agar manusia Bertaqwa kepada Allah subhanahu wata’ala Firman Nya:
“Wahai manusia, sembahlah Tuhan mu yaitu Yang telah menjadikan kamu dan orang-orang sebelum kamu supaya kamu Bertaqwa.” (QS. Al Baqarah, 2: 21)
Perintah bertaqwa kepada Allah merupakan perintah secara menyeluruh kepada semua manusia, baik ummat terdahulu maupun yang terkemudian. Baik kepada manusia yang sudah beriman atau belum, mukmin atau kafir, semuanya diseru untuk bertaqwa kepada Allah. Allah Swt berfirman:
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya, Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[ Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.“ (QS. An Nisa’, 4: 1)
“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. tetapi jika kamu kafir Maka (ketahuilah), Sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah[Maksudnya: kekafiran kamu itu tidak akan mendatangkan kemudharatan sedikitpun kepada Allah, karena Allah tidak berkehendak kepadamu.] dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji.“ (QS. An Nisa’, 4: 131)
Dan secara khusus kepada Orang-orang beriman Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.“ (QS. Ali Imran, 3: 102)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al Ahzab, 33: 70-71)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maaidah, 5: 35)
Makna taqwa dari ayat-ayat diatas telah dijelaskan oleh dua orang sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu:
1. Ibnu Mas’ud ra berkata:
التَّقْوَى هُو أَنْ تَعْمَلَ بِطَاعَةِ اللهِ عَلَى نُورٍ مِنَ اللهِ تَرْجُو ثَوَابَ اللهِ وَأَنْ تَتْرُكَ مَعْصِيَةَ اللهِ عَلَى نُورِ اللهِ تَخَافُ عِقَابَ اللهِ
“Taqwa ialah kamu beramal dalam rangka mentaati Allah di atas cahaya dari Allah dan mengharapkan pahala dari Allah dan kamu meninggalkan maksiat terhadap Allah di atas cahaya dari Allah dan takut kepada azab Allah.”
2. Ali bin Abi Thalib ra berkata:
التَّقْوَى هُوَ الْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيلِ وَالْعَمَلُ بِالتَّنْزِيلِ وَالْقَنَاعَةُ بِالْقَلِيلِ وَالإِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحيِلِ
Taqwa ialah merasa takut kepada Yang Maha Agung, beramal atas apa yang diturunkan (Qur’an dan Sunnah), merasa cukup dengan yang sedikit (hidup sederhana), dan bersiap untuk perjalanan hari yang jauh (hari kiamat) atau siap mati sebelum mati.
Apabila seseorang hamba telah memiliki ketaqwaan seperti ini maka Allah memberi jaminan kepadanya yaitu terlepas dari kesempitan hidup, musibah, bala bencana dan dimudahkan mendapat rezki dari segala penjuru sebaimana disebutkan di dalam Qur’an Surat Ath Thalaq, 65: ayat 2 dan 3,
“…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
Juga dalam Qur’an Surat Adz Dzaariyat: 51: 15-22, disebutkan bahwa orang-orang yang bertaqwa akan dimuliakan Allah swt di dalam syurga.
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.”
Dari ayat-ayat diatas dapat difahami bahwa tujuan ibadah itu agar manusia menjadi baik dan Shalih semuanya, karena kesolehan akan mengundang segala kebaikan dan kemanfaatan baaginya dan sekaligus berarti menjauhkan dan menghindarkan mereka dari segala musibah dan bencana, sedang kejahatan akan mengundang segala kejelekan dan keterpurukan dan mennghalangi dari segala kebaikan dan kemuliaan. Dengan itu, manusia memerlukan petunjuk hidup agar mereka tidak meraba-raba bagaimana caranya menyembah Allah. Petujuk hidup itu menurut pandangan kitab suci Agama Islam ialah: Kitab Allah (Al Qur’an) dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Allah berfirman:
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al An’am, 6: 153)
Ayat ini menjelaskan, barangsiapa yang hendak menjadi taqwa wajib menerima satu-satunya yang berhak mengatur hidup mereka hanyalah syari’ah isalam berdasarkan al qur’an dan as sunnah. Dan barangsiapa yang tidak mengikuti jalan yang ditunjukkan oleh al qur’an dan sunnah, tidak mungkin menjadi orang yang bertaqwa, dan orang yang shalih.
الله أكبر… الله أكبر… ولله الحمد
Para Jama’ah Yang Dirahmati Allah.
ORANG YANG DURHAKA AKAN DIMUSNAHKAN
Kepada orang-orang yang belum mau merima pandangan ini yaitu pandangan hidup Islam, dan tetap mengikuti pandangan hidup berdasarkan hawa nafsu, maka Allah mengancam mereka dengan firman Nya:
“Hai manusia,kamulah yang memerlukan Allah sedangkan Allah, Dialah yang Maha kaya dan Maha terpuji. Jika kamu tetap membangkang Allah akan memusnahkan kamu dan akan digantinya kamu dengan makhluk yang lain,dan yang demikian itu tidak sulit bagi Allah.” (QS. Al Fatir, 35: 15-17)
“…Dan jika kamu kafir Maka (ketahuilah), Sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah[Maksudnya: kekafiran kamu itu tidak akan mendatangkan kemudharatan sedikitpun kepada Allah, karena Allah tidak berkehendak kepadamu.] dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji.” (QS. An Nisa’, 4: 131)
“Jika kamu kafir Maka Sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada)mu.” (QS. Az Zumar, 39: 7)
MUSIBAH & BENCANA, PERINGATAN ATAU ADZAB ?
Bencana dan musibah alam yang silih berganti menimpa negeri ini tidak akan terjadi dengan sendirinya. Dia bukanlah senda gurau dan permainan. Gemanya telah menimbulkan berbagai pertanyaan di benak setiap orang, apa sebenarnya yang sedang terjadi?. Hampir pasti, setiap kali bencana dan musibah terjadi secara susul menyusul hanya difahami oleh logika akal dan pemahaman adat dan kelenik yang menisbatkan kejadian tersebut disebabkan oleh kemarahan dewa yang terlambat diberikan sesajen. Oleh pemahaman seperti inilah sebagian manusia bila menghadapi tsunami, gempa bumi dan gunung merapi,mereka mencari hewan ternak tertentu untuk disajikan kepada dewa yang sedang marah. Pemahaman seperti ini adalah keliru dan syirik dari segi syaria’ah yang wajib dijauhi oleh setiap Muslim.
Sebagai seorang Muslim dan Mukmin yang shaleh, tidak boleh menerima pandangan realitas akal dan pengetahuan tanpa pendamping wahyu Allah Swt. Bencana-bencana yang muncul beruntun itu, ternyata bisa menjadi pertanda peringatan dan teguran Allah akan sebuah kehancuran yang lebih besar, karena umat di negeri ini kebanyakannya tidak lagi mengindahkan ajaran-ajaran Allah Swt bahkan menyimpangkannya sangat jauh dari rel kebenaran.
الله أكبر… الله أكبر… ولله الحمد
Para Jama’ah Yang Dirahmati Allah.
Dari berbagai rangkaian musibah, ujian dan bala bencana yang menimpa manusia, khususnya negeri ini, sebab-sebabnya dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama: Karena manusia mendustakan ajaran Allah Swt dan Rasul-Nya. Kedua: Orang-orang yang hidup mewah (para pemimipin dan penguasa) tidak memperdulikan hak-hak dan kewajibannya kepada Allah Swt. Ketiga: Kufur (ingkar) kepada ayat-ayat Allah dengan membunuh para Nabi dan ajarannya dan Ulama warasatul anbiya’ (pewaris para Nabi), dan mengingkari nikmat-Nya dan menukarkan kenikmatan itu dengan kekafiran. Keempat: Para penguasa dan pembesar-pembesar kaum, menukar hukum Allah dengan hukum jahiliyah dan melempar hukum Allah dibelakang punggung mereka. Kelima: Kesombongan intelektual dan Kecenderungan masyarakat memilih serta mengikuti tradisi nenek moyang dengan ajaran sesatnya yang bertolak belakang dari hidayah dan Sunnah Rasulullah Saw.
Al Qur’an Menjelaskan Tentang Sebab-Sebab Musibah Dan Bala Bencana
Pertama :
Karena manusia mendustakan (mendurhakai) Allah Swt dan Rasul Nya.
Al Qur’an menjelaskan perkara-perkara itu dengan tegas, sebagaimana firman-Nya:.
“Kami tidaklah mengutus seseorang nabipun kepada sesuatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan Nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri. Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: “Sesungguhnya nenek moyang Kamipun telah merasai penderitaan dan kesenangan”, maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya.” (QS. (Al-a’raf, 7 : 94-95)
“Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.” (QS. Al Qhashash, 28 : 59)
“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Hud : 117)
“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nisaa : 147)
FirmanNya lagi:
“Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan dimuka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat yang diderita oleh orang-orang yang sebelum mereka? Orang-orang itu lebih kuat dri merka,mereka telah mengolah bumi dan memakmurkannya lebih banyak dari apa yang mereka makmurkan.Dan telah datang kepada mereka Rasul-rasul mereka dengan membawa keterangan dan bukti-bukti yang nyata.Maka Allah sekali-kali berlaku dzalim kepada mereka ,tetapi merekalah yang berlaku dzalim terhadap dir mereka.Kemudian akibat orang-orang yang melakukan kedurhakaan dan kejahatan adalah azab siksa yang lebih buruk,karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-olok.” (QS. Rum, 30 : 9-10).
Dan firmanNya lagi:
“(ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: “Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya”. (Allah berfirman): “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, Maka Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. Kalau kamu melihat ketika Para Malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar”, (tentulah kamu akan merasa ngeri), demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya, (keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi amat keras siksaan-Nya, (siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri [Allah tidak mencabut nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap taat dan bersyukur kepada Allah.], dan sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui, (keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mendustakan ayat-ayat Tuhannya, maka Kami membinasakan mereka disebabkan dosa-dosanya dan Kami tenggelamkan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya; dan kesemuanya adalah orang-orang yang zalim. Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman.” (QS. Al An fal, 8 : 49-55)
Kedua:
Orang-orang yang hidup mewah (para pemimipin dan penguasa) tidak memperdulikan hak-hak dan kewajibannya kepada Allah Swt.
Allah Swt berfirman:
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah (para penguasa) di negeri itu supaya mentaati Allah, tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. Al Isra, 17 : 16)
“Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab.” (QS. Al Isra’ 17 : 58)
Ayat-ayat diatas menggambarkan jika dalam kehidupan masyarakat sudah muncul kemungkaran dan kemaksiatan maka Allah akan menghancurkan negeri itu sehancur-hancurnya atau Allah akan mengazab penduduknya dengan azab yang pedih sebelum datangnya hari kiamat.
Ketiga:
Kufur (ingkar) kepada ayat-ayat Allah dengan membunuh para Nabi dan ajarannya dan Ulama warasatul anbiya’ (pewaris para Nabi), dan mengingkari nikmat-Nya dan menukarkan kenikmatan itu dengan kekafiran.
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.” (QS. Ali-Imran, 3:112)
Padahal seluruh nikmat yang telah diterima manusia asalnya dari Allah swt, tetapi mereka tidak pernah mensyukurinya. Al Qur’an menjelaskan:
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. kemudian apabila Dia telah menghilangkan kemudharatan itu dari pada kamu, tiba-tiba sebahagian dari pada kamu mempersekutukan Tuhannya dengan (yang lain), Biarlah mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka; Maka bersenang-senanglah kamu. Kelak kamu akan mengetahui (akibatnya).” (QS. An-Nahl, 16 : 53-55)
Keempat:
Para penguasa dan pembesar-pembesar kaum, menukar hukum Allah dengan hukum jahiliyah dan melempar hukum Allah dibelakang punggung mereka.
Allah Swt berfirman:
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?.” (QS. Al Maidah, 5 : 50)
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kamu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari dosa-dosamu.” (QS. As Syura, 42 : 30)
FirmanNya lagi:
“Dan Allah Telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (QS. An-Nahl, 16 : 112)
FirmanNya lagi:
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? Yaitu neraka Jahannam; mereka masuk kedalamnya; dan Itulah seburuk-buruk tempat kediaman.” (QS. Ibrahim, 14 : 28-29)
Kelima:
Kesombongan intelektual dan Kecenderungan masyarakat memilih serta mengikuti tradisi nenek moyang dengan ajaran sesatnya yang bertolak belakang dari hidayah dan Sunnah Rasulullah Saw.
Dan mereka berkata: “Jika Kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya Kami akan diusir dari negeri kami”. dan Apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah Haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh- tumbuhan) untuk menjadi rezki (bagimu) dari sisi Kami?. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang telah Kami binasakan, yang sudah bersenang-senang dalam kehidupannya; Maka Itulah tempat kediaman mereka yang tiada di diami (lagi) sesudah mereka, kecuali sebahagian kecil. dan Kami adalah pewaris(nya).” (QS. al-Qashash, 28:57-58)
Lihatlah bagaimana kesombongan mereka, ketika diingatkan Allah swt,bahwa pemimpin mereka tidak mengetahui apa-apa, namun tetap mereka membabi buta mengikutinya dan menolak mengikuti kebenaran kitab Allah. Mereka lebih takut kepada manusia dari pada siksan Allah subhanahu wata’ala.
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?.” (QS. Al Baqarah, 2 : 170)
“Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul”. mereka menjawab: “Cukuplah untuk Kami apa yang Kami dapati bapak-bapak Kami mengerjakannya”. dan Apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?.” (QS. Al Ma’idah, 5 : 105)
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang diturunkan Allah”. mereka menjawab: “(Tidak), tapi Kami (hanya) mengikuti apa yang Kami dapati bapak-bapak Kami mengerjakannya”. dan Apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?.” (QS. Lukman, 31 : 21)
Demikianlah diantara ayat-ayat Allah yang menerangkan sebab-sebab datangnya musibah dan bala bencana keatas manusia. Dan didalam Sunnah. Rasulullah Saw juga menerangkan akan sebab-sebab musibah dan bala bencana, antara lain:
Berkata Ummu Salamah, istri Rasulullah Saw, aku mendengar Rasulullah Saw bersabda:
“Jika timbul maksiat pada ummatku, maka Allah akan menyebarkan azab-siksa kepada mereka.” Aku berkata : Wahai Rasulullah, apakah pada waktu itu tidak ada orang-orang shalih?Beliau menjawab: “ada!”. Aku berkata lagi: Apa yang akan Allah perbuat kepada mereka? Beliau menjawab: “Allah akan menimpakan kepada mereka azab sebagaimana yang ditimpakan kepada orang-orang yang berbuat maksiat, kemudian mereka akan mendapatkan keampunan dan keredhaan dari dari Rabbnya.” (HR. Imam Ahmad)
الله أكبر… الله أكبر… ولله الحمد
Para Jama’ah Yang Dirahmati Allah.
Al Hadits menjelaskan tentang sebab-sebab Musibah dan Bala bencana
Musibah dan bala-bencana yang menimpa pada saat ini di Indonesia dan di belahan dunia lainnya, telah diinfokan oleh Rasululullah saw berdasarkan dua haditsnya berikut:
Rasulullah Saw bersabda,
كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا وَقَعَتْ فِيْكُمْ خَمْسٌ ، وَأَعُوذُ بِاللهِ أَنْ تَكُونَ فِيْكُمْ أَوْ تُدْرِكُوهُنَّ : مَا ظَهَرَتِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ يُعْمَلُ بِهَا فِيْهِمْ عَلاَنِيَةً إِلاَّ ظَهَرَ فِيْهِمْ الطَّاعُونُ وَالأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ فِي أَسْلاَفِهِمْ ، وَمَا مَنَعَ قَوْمٌ الزَّكَاةَ إِِلاَّ مُنِعُوْا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ وَلَوْلاَ الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا ، وَمَا بَخَسَ قَوْمٌ الْمِكْيَالَ وَالْمِيْزَانَ إِلاَّ أُخِذُوا بِالسِّنِيْنَ وَشِدَّةِ الْمُؤْنَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ ، وَلاَ حَكَمَ أُمَرَاءُهُمْ بِغَيْرِ مَا أَنْزَلَ اللهُ إِلاَّ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْهِمْ عَدُوَّهُمْ فَاسْتَنْفَدَ بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ ، وَمَا عَطَّلُوا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِمْ إِلاَّ جَعَلَ اللهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ .
“Bagaimana kalian apabila terjadi lima perkara, dan aku berlindung kepada Allah mudah-mudahan lima perkara itu tidak terjadi pada kamu atau kamu tidak menjumpainya, yaitu,
- Tidaklah perbuatan zina itu tampak pada suatu kaum, dikerjakan secara terang-terangan, melainkan tampak dalam mereka penyakit ta’un dan kelaparan yang tidak pernah dijumpai oleh nenek moyang dahulu.
- Dan tidaklah kaum itu menahan zakat, melainkan mereka ditahan oleh Allah turunnya hujan dari langit, andai kata tidak ada binatang ternak tentu mereka tidak akan dihujani.
- Dan tidaklah kaum itu mengurangi takaran dan timbangan, melainkan mereka disiksa oleh Allah dengan kesengsaraan bertahun-tahun dan sulitnya kebutuhan hidup dan nyelewengnya penguasa.
- Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka itu menghukumi dengan selain kitab yang diturunkan oleh Allah, melainkan mereka akan dikuasai oleh musuh yang merampas sebagian kekuasaan mereka.
- Dan tidaklah mereka itu menyia-nyiakan kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya, melainkan Allah menjadikan bahaya di antara mereka sendiri.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Dari Ali bin Abi Thalib Ra berkata
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا فَعَلَتْ أُمَّتِي خَمْسَ عَشْرَةَ خَصْلَةً حَلَّ بِهَا الْبَلاَءُ ، فَقِيلَ : وَمَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ قَالَ : إِذَا كَانَ الْمَغْنَمُ دُوَلاً ، وَالأَمَانَةُ مَغْنَمًا ، وَالزَّكَاةُ مَغْرَمًا ، وَأَطَاعَ الرَّجُلُ زَوْجَتَهُ ، وَعَقَّ أُمَّهُ ، وَبَرَّ صَدِيقَهُ ، وَجَفَا أَبَاهُ ، وَارْتَفَعَتْ الأَصْوَاتُ فِي الْمَسَاجِدِ ، وَكَانَ زَعِيمُ الْقَوْمِ أَرْذَلَهُمْ ، وَأُكْرِمَ الرَّجُلُ مَخَافَةَ شَرِّهِ ، وَشُرِبَتْ الْخُمُورُ ، وَلُبِسَ الْحَرِيرُ ، وَاتُّخِذَتْ الْقَيْنَاتُ وَالْمَعَازِفُ ، وَلَعَنَ آخِرُ هَذِهِ الأُمَّةِ أَوَّلَهَا ، فَلْيَرْتَقِبُوا عِنْدَ ذَلِكَ رِيحًا حَمْرَاءَ أَوْ خَسْفًا وَمَسْخًا
Rasulullah Saw bersabda: “Apabila umatku telah melakukan lima belas perkara, maka halal baginya (layaklah) ditimpakan kepada mereka bencana.” Ditanyakan, apakah lima belas perkara itu wahai Rasulullah?Rasulullah Saw bersabda: “Apabila… (1) Harta rampasan perang (maghnam) dianggap sebagai milik pribadi. (2) Amanah (barang amanah) dijadikan sebagai harta rampasan. (3) Zakat dianggap sebagai cukai (denda). (4) Suami menjadi budak istrinya. (5) Mendurhakai ibunya. (6) Mengutamakan sahabatnya. (7) Berbuat zalim kepada ayahnya. (8) Terjadi kebisingan (suara kuat) dan keributan di dalam masjid (yang bertentangan dengan syari’ah). (9) Orang-orang hina, rendah, dan bejat moralnya menjadi pemimpin umat (masyarakat). (10) Seseorang dihormati karena semata-mata takut dengan kejahatannya. (11) Minuman keras (khamar) tersebar merata dan menjadi kebiasaan. (12) Laki-laki telah memakai pakaian sutera. (13) Penyanyi dan penari wanita bermunculan dan dianjurkan. (14) Alat-alat musik merajalela dan menjadi kebanggaan atau kesukaan. (15) Generasi akhir umat ini mencela dan mencerca generasi pendahulunya; Apabila telah berlaku perkara-perkara tersebut, maka tunggulah datangnya malapetaka berupa; taufan merah (kebakaran), tenggelam ke dalam bumi (gempa bumi), dan perubahan-per-ubahan atau penjelmaan-penjelmaan dari satu bentuk kepada bentuk yang lain. (HR. Tirmidzi, 2136 dari Ali bin Abi Thalib)
Demikianlah dahsyatnya musibah dan malapetaka akibat satu pemerintahan menolak berlakunya syariat Allah Swt, dan rakyatnya hanya diam tidak melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Maka kita telah saksikan apa yang telah berlaku di Indonesia, kekacauan, kehancuran, kesempitan, kemelaratan, perseteruan antar kaum, dan perpecahan satu sama lain antara rakyat dengan rakyat dan rakyat dengan penguasa. Korupsi dan ketidak adilan merajalela, tekanan penguasa kepada rakyat yang tidak segan berlaku kejam kepada rakyat, para penegak syari’ah dan mujahidin dibunuh dengan tuduhan teroris sementara nabi palsu, koruptor, pemurtad agama dibiarkan hidup, pembunuhan masal dalam keluarga karena kemiskinan dan tekanan hidup, dan segala macam penyakit bermunculan menimpa manusia, yang benar-benar menyulitkan dan membinasakan kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Oleh sebab itulah, Rasulullah Saw berdoa agar sahabat-sahabatnya tidak menjumpai keadaan yang demikian dahsyat dan terpuruknya. Dari semua perkara yang menyebabkan datangnya siksa dan azab itu. Insya Allah akan berakhir jika manusia dan kaum Muslimin khususnya kembali kepada Allah dan Rasul Nya, berpegang teguh kepada Dinullah (Islam yang sebenar-benarnya, menurut Al Qur’an dan As Sunnah) mengikut petunjuk Rasulnya.
Sebelum penutup, renungkanlah firman Allah Swt berikut serbagai introfeksi kita semua:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri Beriman dan Bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’raf, 7: 96)
Wallahu’alam bis showab…
الله أكبر… الله أكبر… ولله الحمد
Para Jama’ah Yang Dirahmati Allah.
PENUTUP DAN DO’A
Mengakhiri khutbah ini, marilah kita berdoa, dengan meluruskan niat, membersihkan hati dan menjernihkan pikiran. Semoga Allah memperkenankan doa hamba-hamba-Nya yang ikhlas.
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُوْلُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ ، وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا ، اَللَّهُمَّ مَتِعْنَا بِأَسْمَاعِنَا ، وَأَبْصَارِنَا ، وَقُوَّاتِنَا ، مَاأَحْيَيْتَنَا ، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا ، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا ، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا ، وَلاَ تَجْعَل مُصِيْبَتَنَا فِيْ دِيْنِنَا ، وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا ، وَمَبْلَغَ عِلْمِنَا ، وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا اَللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا ، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا ، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلاَمِ ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ ، وَبَارِكْ لَنَا فِيْ أَسْمَاعِنَا ، وَأَبْصَارِنَا ، وَقُلُوْبِنَا ، وَأَزْوَاجِنَا ، وَذُرِّيَّاتِنَا ، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مَحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ ، وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا (رَبَيَانَا) صِغَارًا ، وَلِجَمِيعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ ، اَللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةَ وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةَ وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزِّةِ عَمَّا يَصِفُونَ ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Ya Allah, ya Tuhan kami, bagi-bagikanlah kepada kami demi takut kepada-Mu apa yang kiranya dapat menghalang antara kami dan maksiat kepada-Mu; dan (bagi-bagikan juga kepada kami) demi ta’at kepada-Mu apa yang sekiranya dapat menyampaikan kami ke surga-Mu; dan (bagi-bagikan juga kepada kami) demi ta’at kepada-Mu; dan demi suatu keyakinan yang kiranya dapat meringankan beban musibah dunia kami.
Ya Allah, ya Tuhan kami! Senangkanlah pendengaran-pendengaran kami, penglihatan-penglihatan kami dan kekuatan kami pada apa yang Engkau telah menghidupkan kami, dan jadikanlah ia sebagai warisan dari kami, dan jadikanlah pembelaan kami (memukul) orang-orang yang menzhalimi kami serta bantulah kami untuk menghadapi orang-orang yang memusuhi kami; dan jangan kiranya Engkau menjadikan musibah kami ini mengenai agama kami, jangan pula Engkau jadikan dunia ini sebagai cita-cita kami yang paling besar, juga sebagai tujuan akhir dari ilmu pengetahuan kami; dan janganlah Engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menaruh sayang kepada kami.
Ya Allah, persatukanlah hati-hati kami dan perbaikilah keadaan kami dan tunjukilah kami jalan-jalan keselamatan, dan bebaskanlah kami dari kejahatan yang tampak maupun tersembunyi, dan berkatilah pendengaran-pendengaran kami, penglihatan-penglihatan kami, hati-hati kami, istri-istri serta anak-anak kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Ya Allah, ampunkanlah bagi kami dosa-dosa kami, dan dosa kedua ibu bapa kami, dan berilah rahmat kepada mereka sebagaimana mereka telah memelihara kami di masa kecil kami dahulu. Dan ampunilah dosa-dosa seluruh kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminan, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia. Ya Allah, ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia (kebaikan ilmu dan ibadah), dan kebaikan di akhirat (surga), dan peliharalah kami dari siksa api neraka. Dan sejahterakanlah ke atas Nabi Muhammad, keluarganya, dan sahabat-sahabatnya semuanya. Maha Suci Tuhanmu yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan, dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul, dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam.
Amin, Ya Mujibassailin!.