TEHERAN (Arrahmah.id) – Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khomenei menyambut dimulainya kembali hubungan diplomatik dengan Mesir pada Senin (29/5/2023), selama pertemuan dengan Sultan Oman, Haitham bin Tarik yang sedang berkunjung.
Hubungan antara Teheran dan Kairo memburuk setelah revolusi Islam 1979 di Iran dan pengakuan Mesir atas “Israel”, musuh bebuyutan republik Islam itu.
Khomenei mengatakan bahwa pemimpin Oman telah memberitahunya bahwa Mesir akan bersedia melanjutkan hubungan.
“Kami menyambut baik pernyataan Sultan Oman tentang kesediaan Mesir untuk melanjutkan hubungan dengan Republik Islam Iran dan kami tidak memiliki masalah dalam hal ini,” kata Khomenei, menurut situs resminya.
AFP tidak dapat segera menghubungi kementerian luar negeri Mesir untuk memberikan komentar.
Beberapa bulan terakhir telah terlihat perubahan besar di Timur Tengah, menyusul pemulihan hubungan yang ditengahi Cina antara Arab Saudi dan Iran yang diumumkan pada Maret.
Hal ini telah menyebabkan hubungan yang lebih baik antara kekuatan Syiah Iran dan negara-negara mayoritas Arab Sunni lainnya.
Khomenei juga menyerukan pendalaman hubungan antara Oman dan Iran.
“Penting untuk meningkatkan kerja sama antara Oman dan Iran karena kedua negara berbagi jalur air Selat Hormuz yang sangat penting,” katanya.
Perjalanan sultan dilakukan hanya beberapa hari setelah pertukaran tahanan antara Iran dan Belgia yang difasilitasi oleh Oman, mediator lama antara Iran dan Barat.
Teheran membebaskan pekerja bantuan Belgia Olivier Vandecasteele setelah hampir 15 bulan ditahan sebagai ganti diplomat Assadollah Assadi, yang ditahan di Belgia atas tuduhan keterlibatan dalam rencana 2018 untuk mengebom demonstrasi oposisi Iran di luar Paris.
Sultan pada Ahad (28/5) bertemu dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi yang mengatakan hubungan bilateral dapat meningkat di berbagai bidang termasuk industri dan “urusan pertahanan dan keamanan”, kata situs web kepresidenan.
“Teheran dan Muscat memiliki pandangan yang sama tentang kerja sama regional, memperkuat dan menstabilkan keamanan, perdamaian, dan kemakmuran negara-negara di kawasan itu,” kata Raisi sebagaimana dikutip.
Empat nota kesepahaman dan kesepakatan untuk mempromosikan investasi ditandatangani selama kunjungan dua hari sultan yang terjadi setahun setelah Raisi mengunjungi Muscat, menurut media resmi Iran dan Oman.
Oman memiliki hubungan dekat dengan Iran dan juga memainkan peran mediasi antara Teheran dan Amerika Serikat dalam membangun kesepakatan nuklir yang dicapai Iran dan kekuatan dunia pada 2015.
Kunjungan terakhir sultan Oman ke Iran terjadi pada 2013 ketika Qaboos bin Said Al Said mengunjungi Teheran pada masa kepresidenan Hassan Rouhani, yang menjabat ketika kesepakatan nuklir 2015 ditandatangani di Wina. (zarahamala/arrahmah.id)