Kementerian Urusan Islam Saudi berencana memobilisasi para khatib dan imam untuk berkampanye melawan ‘terorisme’ dan menghalau pemikiran-pemikiran radikal dan takfir (pengkafiran) terhadap sesama Muslim.
Rencanya, pada Jumat (4/5) mendatang sebanyak 15 ribu khatib di 15 ribu masjid di negeri kaya minyak tersebut sudah dimobilisasi untuk menyampaikan khutbah dengan satu tema yakni melawan ‘radikalisme’ dan ‘terorisme’.
Menteri Urusan Islam dan Wakaf Saudi, Saleh Al-Sheikh menyerukan seluruh khatib Jumat untuk menfokuskan khutbahnya pada isu tersebut sebagai salah satu upaya penyadaran kepada publik atas bahaya pemikiran radikalisme.
“Menteri memang telah menginstruksikan kepada para khatib untuk menfokuskan khutbah pada masalah radikalisme ini setelah Kementerian Dalam Negeri Jumat lalu sukses mematahkan tujuh sel teroris,” kata DR. Taufik Al-Sadiri seperti dikutip harian Al-Sharqul Awsat, Rabu (2/5).
Deputi Menteri Urusan Islam Saudi itu menambahkan bahwa para khatib berperan untuk menjelaskan kesesatan kelompok radikal dan takfir. “Para khatib perlu menegaskan bahwa kelompok tersebut tidak memiliki sandaran syariat dalam melaksanakan aksi mereka,” katanya.
Pihak kementerian akan melakukan pemantauan terhadap isi khutbah para khatib pada Jumat mendatang. Bagi yang tidak mengindahkan, kemungkinan besar akan dijatuhkan sanksi disiplin. Lembaga-lembaga terkait juga diminta untuk melanjutkan misi penyadaran terhadap bahaya pemikiran sesat tersebut. Upaya penyadaran tersebut membutuhkan program berkesinambungan.
“Kementerian sendiri telah mencanangkan program jangka panjang meliputi sekitar 72 ribu masjid di seluruh Saudi dengan menugaskan para khatib dan dai setempat untuk kepentingan serupa,” ujar Al-Sadiri lagi. Mungkin langkah yang dilakukan negeri kaya minyak tersebut dapat dicontoh negara Islam lainnya, terutama negara yang pernah ikut menjadi korban akibat aksi ‘terorisme’.
Belum jelas, apakah langkah Saudi ini benar-benar produktif atau justru sebaliknya. Sebab, sejak tragedi 11 September di WTC, istilah perang terhadap ‘terorisme’ yang dilontarkan Amerika justru sering dimanfaatkan negara Barat dan Eropa untuk menydutkan umat Islam.
Sebagaimana diketahui, Arab Saudi adalah adalah sekutu penting Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah.
Persahabatan Saudi dengan AS diawali dengan ditemukannya ladang minyak yang kemudian dilanjutkan dengan bentuk kerjasama tanggal 29 Mei 1933 dengan terbentuknya perusahaan minyak, Standart Oil Company dari California dengan memperoleh konsesi selama 60 tahun dari Saudi.
Sebelum ini, Saudi juga dikecam karena menyediakan daerahnya untuk menjadi pangkalan militer AS. [ant/hid/hid.com]