TEHERAN (Arrahmah.id) — Pemimpin tertinggi Syiah Iran Ayatollah Ali Khamenei menyerukan pemerintah Iran untuk tidak berunding dengan Amerika Serikat (AS). Dia mengatakan bahwa hal itu akan menjadi “tidak bijaksana.”
“Anda tidak boleh berunding dengan pemerintah seperti itu, mereka tidak bijaksana, mereka tidak cerdas, mereka tidak terhormat untuk berunding,” kata Khamenei, dilansir Al Arabiya dan AFP (8/2/2025).
Dia menambahkan bahwa AS sebelumnya telah “merusak, melanggar, dan mencabik-cabik” kesepakatan nuklir tahun 2015.
Khamenei pun memperingatkan bahwa Iran akan mengambil tindakan balasan jika AS mengancam atau bertindak melawan Iran.
“Jika mereka mengancam kita, kita akan mengancam mereka. Jika mereka melakukan ancaman ini, kita akan melakukan ancaman kita. Jika mereka menyerang keamanan negara kita, kita akan menyerang keamanan mereka tanpa ragu-ragu,” tegas Khamenei.
Hal itu disampaikan Khamenei beberapa hari setelah Presiden AS Donald Trump menyerukan “perjanjian perdamaian nuklir yang terverifikasi” dengan Iran, seraya menambahkan bahwa Iran “tidak dapat memiliki senjata nuklir.”
Pemerintah Iran bersikeras bahwa program nuklirnya semata-mata untuk tujuan damai dan menyangkal adanya niat untuk mengembangkan senjata atom.
“Kita harus memahami ini dengan benar: mereka tidak boleh berpura-pura bahwa jika kita duduk di meja perundingan dengan pemerintah itu (pemerintah AS), masalah akan terpecahkan,” kata Khamenei dalam sebuah pertemuan dengan para komandan militer.
“Tidak ada masalah yang akan diselesaikan dengan bernegosiasi dengan Amerika,” katanya, menyebut “pengalaman” sebelumnya.
Trump, yang kembali ke Gedung Putih pada 20 Januari lalu, pada Selasa lalu memberlakukan kembali kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Iran atas tuduhan bahwa negara itu berusaha mengembangkan senjata nuklir.
Di bawah kebijakan sanksi yang keras selama masa jabatan pertama Trump, yang berakhir pada 2021, Washington menarik diri dari kesepakatan nuklir penting yang telah memberlakukan pembatasan pada program nuklir Iran dengan imbalan keringanan sanksi.
Teheran mematuhi kesepakatan tersebut hingga setahun setelah Washington menarik diri, tetapi kemudian mulai mencabut komitmennya.
Upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan 2015 tersebut, sejak itu gagal. (hanoum/arrahmah.id)