KABUL (Arrahmah.com) – Zalmay Khalilzad, utusan AS untuk rekonsiliasi di Afghanistan, mengatakan pembicaraan damai telah mencapai “tahap penting” di tengah dorongan baru untuk mencapai kesepakatan dengan Taliban demi mengakhiri perang 18 tahun di negara itu.
Dalam serangkaian tweet pada Rabu (18/12/2019), Khalilzad mengatakan ia telah mengakhiri perjalanan dua harinya ke Kabul, dan menyebutnya sebagai “perjalanan produktif”, di mana ia bertemu Presiden Ashraf Ghani, Kepala Eksekutif Abdullah Abdullah, mantan Presiden Hamid Karzai, aktivis hak-hak perempuan dan para pemimpin politik lainnya.
“Kami membahas upaya untuk mencapai pengurangan kekerasan dan membuka jalan menuju negosiasi intra-Afghanistan,” ia men-tweet.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor presiden, Ghani mengatakan Khalilzad menjelaskan kepadanya tentang pembicaraan baru-baru ini dengan Taliban di ibukota Qatar, Doha, dan dengan berbagai pejabat Pakistan.
“Baik Khalilzad dan presiden membahas gencatan senjata dan ‘tempat perlindungan aman Taliban di luar Afghanistan’,” lapor media lokal Afghanistan, TOLOnews, mengutip pernyataan itu.
Juru bicara Ghani, Sediq Seddiqi mengatakan, Khalilzad dan Ghani membahas beberapa topik, termasuk perlunya gencatan senjata.
“Presiden juga menyatakan keprihatinannya tentang berlanjutnya kekerasan oleh Taliban,” kata Sediqqi.
Seorang pejabat Taliban di Doha, berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa gencatan senjata di Afghanistan akan terjadi ketika sebuah perjanjian ditandatangani, merujuk pada kesepakatan yang sedang dibahas antara AS dan Taliban.
“Bagaimana kita bisa menerapkan gencatan senjata ketika AS masih membombardir dan melakukan operasi konduksi di beberapa wilayah Afghanistan? Gencatan senjata di negara itu hanya akan mungkin terjadi ketika kedua pihak menandatangani perjanjian,” katanya.
Perjalanan Khalilzad ke Kabul terjadi setelah AS dan Taliban menghentikan pembicaraan mereka di Doha setelah serangan Taliban terhadap pangkalan militer AS di Bagram pekan lalu yang menewaskan dua warga sipil Afghanistan dan melukai lebih dari 70 orang.
Pembicaraan dilanjutkan kembali awal bulan ini setelah Presiden AS Donald Trump melakukan perjalanan Hari Thanksgiving yang mengejutkan untuk mengunjungi tentara Amerika yang ditempatkan di Afghanistan.
Trump telah membatalkan pembicaraan pada September setelah serangan Taliban di Kabul yang menewaskan seorang tentara AS.
Presiden AS ini telah menyatakan frustrasi dengan perang 18 tahun di Afghanistan, mengatakan ia ingin membawa pulang sekitar 12.000 tentara Amerika. (Althaf/arrahmah.com)