AL-QUDS (Arrahmah.com) – Khalid Amayreh, seorang jurnalis Palestina, mengatakan dalam sebuah artikel yang dimuat oleh The Palestinian Information center bahwa ketika empat warga “Israel” baru-baru ini dibunuh oleh dua penyerang Palestina di dalam sinagog di Al-Quds, para pejabat “Israel” langsung memfitnah orang-orang Palestina dan mendiskreditkan perjuangan mereka untuk kebebasan dan kemerdekaan negara mereka.
“Mengomel dan mengoceh seperti anjing gila, pemimpin Zionis dengan mudah mengabaikan konteks bagaimana insiden sinagog itu terjadi.” demikian tulis Khalid.
“Mereka mengabaikan fakta bahwa perlawanan Palestina terhadap represi “Israel” yang seperti nazi itu adalah hasil tak terelakkan dari kebijakan kriminal “Israel” terhadap rakyat Palestina yang telah menderita.”
“Hal ini tidak akan menjadi sulit untuk mengerti jika seseorang memutuskan untuk jujur.”
Mendengarkan beberapa sambutan Netanyahu dan rekan-rekannya, orang akan mendapatkan kesan bahwa konflik Palestina-“Israel” dimulai dengan insiden tragis beberapa hari yang lalu.
Serangan terhadap Sinagog tidak terjadi secara tiba-tiba, dan konflik itu sebenarnya dimulai beberapa dekade lalu, dengan perampasan tanah Palestina oleh zionis Yahudi dan pengusiran penduduk Muslim dan Kristen asli dari tanah leluhur mereka.
Orang-orang Palestina tidak menyerang daerah Yahudi di Rusia, Polandia, dan Eropa Timur. Adalah Yahudi Khazari, dengan dukungan dan perlindungan yang aktif dari Barat, yang menginvasi Palestina, membantai rakyatnya, menghancurkan rumah mereka, dan kemudian mengusir mereka ke segala penjuru mata angin. Semua ini terjadi karena anggapan bahwa beberapa orang Yahudi tinggal di Palestina lebih dari 4000 tahun yang lalu !!!!
Dunia pasti tidak bisa melupakan sejarah berdarah “Israel”, dan dalam hal ini, Palestina juga tidak akan bisa lupa.
Oleh karena itu, diperlukan sedikit kejujuran agar tidak disesatkan oleh kebohongan Zionis.
“Serangan sinagog di Yerusalem Barat, sebuah insiden kecil jika dibandingkan dengan kekejaman tanpa henti “Israel” terhadap rakyat kami, seperti serangan genosida oleh negara Yahudi di Jalur Gaza pada musim panas 2014.” tulis Khalid.
“Israel” secara efektif menghancurkan Gaza, tak terhitung jumlah rakyat Palestina yang terbunuh dan terluka. Dan seluruh dunia memandang agak pasif seolah-olah pembunuhan dan kehancuran kehidupan dan harta benda itu terjadi di galaksi yang jauh.
Para penyerang Palestina di sinagog menewaskan empat atau lima orang Yahudi. Tapi ini tidak bisa dibandingkan dengan jatuhnya bom berkekuatan satu ton pada bangunan apartemen yang dipenuhi dengan laki-laki, wanita dan anak-anak, yang ketakutan.
Ya, kematian empat orang Yahudi “Israel” di sinagog dapat dilihat sebagai bentuk kekerasan atau teror yang tidak dapat diterima.
Tapi apakah pemusnahan yang disengaja dan sistematis dari seluruh rakyat Palestina merupakan sebuah ekspresi altruisme dan pengorbanan diri di pihak “Israel”?
“Israel mencuri negara kami, membantai orang-orang kami dan menghancurkan rumah kami, dan sekarang menyebut kami “teroris”. Bahkan, “Israel” ‘berzina’ dengan bahasa serta kebenaran. “Israel” memulai konflik ini, dan kemudian menyalahkan pihak lain,” tulis Khalid.
PLO mengakui “Israel” lebih dari dua dekade lalu. Namun, alih-alih mengakui Palestina, “Israel” bahkan dengan menggencarkan pembangunan pemukiman.
Pada saat yang sama, “Israel” menolak untuk memberikan kepada sekitar 5,5 juta warga Palestina yang berada di sebelah barat Sungai Yordan hak yang sama sebagai warga negara yang demokratis, supaya jangan sampai “Israel” kehilangan identitas Yahudi.
Jadi apa yang orang-orang Palestina harus lakukan dalam situasi seperti ini?
“”Israel”, tanpa mengatakan secara terbuka, ingin kami pergi di bawah tekanan rasisme dan represi Yahudi.”
“Tapi kami tidak akan pergi. Kami akan terus hidup di sini sebagai orang yang merdeka atau mati di sini. Tetapi jika kami harus mati, seperti yang sering terjadi, kami akan membawa beberapa orang “Israel ” bersama kami.”
(ameera/arrahmah.com)