SURAKARTA (Arrahmah.com) – Di kalangan umat Islam hingga saat ini masih terjadi pro kontra terkait perayaan Maulid Nabi.
Menyikapi hal tersebut Pimpinan Ponpes Isykarima Karangpandang, KH Syihabuddin Abdul Muis memberikan pandangannya bahwa meski berbeda pendapat namun tidak perlu dibesar-besarkan dan tetap menjaga ukhuwah.
“Sebenarnya ya cara pandangnya saja. Satu, mengatakan bahwa ihtifal perayaan Maulid itu dianggap ritual, tidak ada dalam Qur’an dan Sunnah, maka tidak dilakukan. Ya monggo bagi yang tidak mau melakukan tetap tafadhol saja, punya dasar dari landasan berfikir,” ujarnya, (19/10).
“Yang punya landasan bahwa Maulid itu bagian dari tarbiyah shirah mempelajari sejarah Rasulullah, ini lho hari ini Rasulullah lahir, nanti ada hari ini lho ada perang khandaq, hari ini lho ada perang badar. Di Isykarima sampai ada kalendernya. Nah nuansa Maulid ini dalam rangka tarbiyah, mengingatkan kita untuk makin mencintai Rasulullah. Ini sifatnya esensinya,” lanjutnya.
KH Syihabuddin juga menjelaskan, Kaum muslimin yang maulid tujuannya karena ingin mempelajari sirah Rasulullah, mengingatkan lagi Rasulullah, Rasulullah lahir sebagai Rasul.
“Baca itu dari A sampai Z, semakin tambah iman, makin cinta, makin jauh dari maksiat, makin tambah taatnya dan makin sayang sesama kaum muslimin,” ujarnya.
Dia menambahkan, jika kemudian ada yang merayakan dengan tradisi jahiliyah seperti dangdutan, maksiat, tentu itu diluar konteks.
“Jadi sebenernya perselisihannya diantara dua saja. Yang satu menganggap ritual tidak ada dalil Qur’an dan Sunnah. Berikutnya menganggap ini bagian dari mencintai Rasulullah, karena membaca sirah, maulid itu membaca sirah,” tegasnya.
KH Syihabuddin mengungkapkan, itu yang difahami di pondoknya, yaitu Ponpes Isykarima.
Bulan Rabi’ul Awwal, di pondoknya bisa mengkhatamkan kitab asysyafa shirah Rasulullah SAW dari awal dari maulidnya sampai wafatnya Rasulullah.
Yang paling penting, lanjutnya, yaitu satu, Jaga ukhuwah, kedua, walaupun anti maulid, tidak maulid, tetap menjaga dan tetap mengkhatamkan sirah Rasulullah dan kami berhusnudzon terhadap itu.
“Harapan kami ini tidak terlalu dibesar-besarkan, yang mau maulid monggo yang tidak mau silahkan. Semua hanya dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala,” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.com)