JAKARTA (Arrahmah.com) – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menyatakan, kerusuhan di Inggris juga membawa hikmah bahwa kekerasan yang selama ini distigmakan pada Islam, menjadi terhapus.
“Selama ini umat Islam selalu terpojokkan setiap kali terjadi kekerasan, seolah-olah Islam itu keras. Ternyata negara yang umat Islamnya minoritas juga bisa terjadi chaos. Barat harus melihat ini. Stigma Islam itu keras harus diubah,” tandasnya di Jakarta, Jumat (12/8/2011).
Sebagaimana diberitakan, mulai hari Sabtu (7/8) terjadi kerusuhan massa di Tottenham, Inggris. Dalam kerusuhan ini kendaraan aparat dirusak, serta toko-toko dijarah dan dirusak di beberapa daerah London. Kerusuhan berlanjut sampai lebih tiga hari, menyebar ke Enfield, Walthamstow dan Waltham Forest di London utara dan Brixton di bagian selatan.
Sebelumnya teroris antimuslim warga Norwegia, Anders Behring Breivik, melakukan pembantaian terhadap lebih dari 80 orang di perkemahan musim panas di Pulau Utoya, pada Jumat, 22 Juli. Bersamaan dengan itu pelaku melakukan ledakan bom tak jauh dari kantor Perdana Menteri (PM) Norwegia di Ibukota Oslo.
KH Said Aqil mengatakan, bangsa Indonesia harus mengambil pelajaran dari kerusuhan di Inggris agar kejadian serupa tidak terjadi di negara ini.
“Inggris yang merupakan negara tua dan memiliki peradaban yang bisa dikatakan sangat kuat, ternyata bisa juga diguncang kerusuhan,” katanya.
Artinya, kata Said Aqil, stabilitas negara bukan sesuatu yang permanen, namun harus diupayakan terus menerus, baik oleh penyelenggara negara maupun masyarakat.
Sebagai negara yang memiliki keragaman, Indonesia harus memiliki kemampuan lebih guna mempertahankan perdamaian dan persatuan, serta menghindarkan benih-benih perpecahaan.
Untuk itu, harus diperkuat toleransi dan kesediaan berkorban di antara warga negara demi kepentingan yang lebih besar.
Umat Islam yang merupakan penduduk mayoritas di Indonesia, kata Said Aqil, juga harus benar-benar bisa mewujudkan prinsip Islam rahmatan lil alamin, Islam yang membawa kebaikan bagi seluruh alam.
“Yang namanya membangun persatuan itu butuh pengorbanan. Menjadi ekstrem kanan atau kiri sekalian itu mudah, yang sulit adalah menjaga keseimbangan,” katanya.
Yang tidak kalah penting, lanjut Said Aqil, negara harus bisa mengayomi seluruh masyarakat secara adil. (ant/arrahmah.com)