JAKARTA (Arrahmah.com) – Tidak ada satu pun cara untuk membela al-Qur’an kecuali dengan cara-cara yang telah digariskan dalam al-Qur’an. Karena al-Qur’an adalah problem solver sepanjang zaman dan sesuai dengan konteks kekinian. Dengan begitu, umat Islam tidak bisa lepas dari al-Qur’an sebagai pedoman dan tuntunan dalam kehidupan. Terlebih lagi dalam memperjuangkan Islam di tengah masyarakat Indonesia saat ini.
Hal itu disampaikan Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) KH Bachtiar Nasir saat menjadi khatib Jumat di Masjid Jami’ al-Atiq, Kampung Melayu, Jakarta, Jum’at (31/3/2017), sebagaimana dilansir situs resmi GNPF MUI belaquran.com.
“Bagaimana mau membela Islam jika tidak memakai cara Islam? Bagaimana mau mengaku pembela Al-Qur’an tapi tidak menggunakan cara-cara Al-Qur’an?” tegas Sekjen MIUMI Pusat ini.
Karenanya, perlu totalitas dalam beragama dan itulah perintah yang wajib dilaksanakan dalam al-Qur’an. “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kaffah (menyeluruh), dan janganlah kalian mengikuti jejak-jejak syaithan karena sesungguhnya syaithan adalah musuh besar bagi kalian.” (Al-Baqarah : 208)
Bagaimana menjadi orang Islam kaffah? Kata dia, jadikanlah setan sebagai musuh, jangan pernah mencoba-coba untuk berkawan dengan setan. Jika ingin selamat dalam berislam maka jauhilah langkah-langkah setan dan jadikanlah setan sebagai musuh yang nyata.
Terlebih lagi, ketika umat Islam dihadapkan dengan Pemilihan Gubernur (Pilgub) putaran kedua, aksi hujat-menghujat sangat mudah ditemukan. Inilah situasi yang ditakdirkan Allah SWT kepada umat dewasa ini dengan tetap menjaga akhlak yang terpuji.
“Tetaplah bersikap tenang dan jadilah orang yang selalu bersyukur. Caranya, sikapilah persoalan secara jernih dan tunjukkan kepada mereka bahwa umat Islam itu damai, adil dan tidak suka menghujat apalagi memfitnah, baik itu dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam media sosial,” katanya.
Berislam secara total adalah semua syariat agama dalam segala hal, bukan hanya dalam urusan agama yang bersifat vertikal tetapi semua ibadah termasuk yang bersifat sosial atau horizontal. “Jangan seperti orang-orang munafik dalam berislam. Menjalankan Islam kalau sesuai dengan hawa nafsunya dan mengamalkan al-Qur’an jika menguntungkan dirinya. Jika al-Qur’an merugikan, maka mereka tidak mau mengerjakannya,” urainya.
Dalam merealisasikan Islam secara kaffah harus dilaksanakan secara utuh.
“Seperti sistem perekonomian Indonesia pada saat ini, yang sudah terindikasi adanya sistem riba. Sistem riba tersebut merupakan salah satu sistem yang telah diterapkan oleh orang kafir supaya mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya,” ungkap Pimpinan AQL Islamic Center ini.
Sebagai penutup, dia mengimbau supaya jangan menjadikan orang kafir sebagai awliya’ yaitu teman, saudara, bahkan pemimpin. Dia juga berpesan agar umat ini selalu mengintensifkan Gerakan Shalat Subuh berjamaah di masjid untuk memperkuat kekuatan Islam yang sesungguhnya.
“Lawan kebiadaban dengan keadaban”, pungkas beliau.
(ameera/arrahmah.com)