MEDAN (Arrahmah.com) – Syiah bukan hanya telah menghina Istri Rasululah Shallahahu alaihi wa sallam, A’isyah Ummul Mukminin ibunda orang-orang mukmin, bukan hanya pula telah menghina dan melaknat para sahabat, tapi Syiah juga telah menghina Allah Subhananahu wa Ta’ala. Hal ini ditegaskan oleh K.H. Athian Ali M. Da’i, Lc. M. A., Ketua Umum Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) Pusat pada orasi sebelum pengukuhan pengurus ANNAS Wilayah Sumatra Utara, di Masjid Al Jihad Jl. Abdullah Lubis Medan, Ahad, (14/2/2016) .
Kenapa Syiah dikatakan telah menghina AllahSubhananahu wa Ta’ala? Kiai Athian mengatakan, karena mereka meyakini bahwa Kitab Suci Al Qur’an yang ada di tangan kaum Muslimin adalah bukanlah Kitab Suci karena telah mengalami distorsi, penambahan dan pengurangan. Hal ini merupakan penghinaan kepada Allah SWT, karena Allah SWT telah menjamin kesucian Al Qur’an sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya Kami yang telah menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya Kami pula yang akan memeliharanya” (QS. Al Hijr, 15:9).
Dilaporkan Abu Muas, berbicara standar keimanan yang paling mendasar yang harus dimiliki setiap orang yang mengaku mu’min, kata Kiai,, dua ayat Al Qur’an yakni ayat 165 surat Al Baqarah dan ayat 24 surat At Taubah, bahwa cinta orang yang beriman itu rasa cintanya kepada Allah sangat kuat mengalahkan cinta dia kepada dunia dengan segala isinya.
“Dan, cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya harus bisa mengalahkan cinta kita kepada orangtua, anak, keluarga, istri, sanak-saudara, harta, rumah tempat tinggal dan sebagainya. Dengan keimanan, akan mengantarkan kita hanya mencintai semua apa yang dicintai Allah dan membenci semua apa yang dibenci oleh Allah,” jelasnya.
Selanjutnya Kiai Athian mengingatkan, bagaimana mungkin kita berani mengaku diri kita mencintai Allah di atas cinta kita kepada diri sendiri, sementara kita membiarkan orang lain menghina Allah Subhananahu wa Ta’ala, melecehkan Rasulullah Shallahahu alaihi wa sallam, mengkafirkan para sahabat serta menghina istri Rasulullah Shallahahu alaihi wa sallam, lalu di mana keimanan kita di hadapan Allah? Ini merupakan pertaruhan bagi keimanan kita.
“Karena itu, bagi kita sebagai seorang mu’min kita terpanggil untuk membuktikan keimanan kita di hadapan Allah untuk tidak akan pernah membiarkan seorang manusia pun menghina Allah, tidak akan pernah pula membiarkan seorang manusia pun melecehkan Rasulullah, mengafirkan para sahabat dan istri-istri Rasulullah Saw,” tegas Kiai. (azmuttaqin/arrahmah.com)