PALU (Arrahmah.com) – Mailani Hudayah dan Nurhasanah, yang merupakan ayah dan ibu dari jenazah Arif Wicaksana Aji alias HandholahAl Khurosany ini kecewa atas sikap pihak Polda Sulawesi Tengah yang menolak untuk melakukan identifikasi fisik terhadap putranya. Arif adalah salah seorang korban meninggal dunia pada kontak tembak di Desa Taunca, Kabupaten Poso, 6 Februari 2014 lalu.
Meski pasangan suami istri ini meyakini jenazah tersebut adalah putra mereka, namun pihak Polda Sulteng tetap tidak mengizinkan Mailani Hudayah dan Nurhasanah untuk melihat langsung jazad yang sudah lima hari tersimpan ini. Padahal keduanya datang ke Mapolda sejak pukul 16.00 Wita dan baru meninggalkan Mapolda pada pukul 23.00.
Perlakuan itu kemudian menimbulkan rasa kecewa bagi Mailani Hudayah dan Nurhasanah yang disampaikan kepada Harun Nyak Itam Abu selaku pedamping keluarga dari LBH Untad Palu.
Menurut Harun, perlakuan yang dialami Mailani Hudayah dan Nurhasanah justru berbanding terbalik dengan himbauan yang dikeluarkan Polda Sulteng melalui sejumlah media cetak di Kota Palu.
Himbauan itu menyebutkan, bagi masyarakat yang merasa jenazah yang tersimpan di kamar jenazah Rumah Sakit Bhayangkara Palu adalah keluarganya dapat mendatangi Mapolda Sulteng.
“Hanya untuk melihat langsung jenazah saja tidak boleh. Padahal di sejumlah koran di Palu ada himbauan pihak Mapolda Sulteng, mengajak warga yang merasa sebagai pihak keluarga agar datang melihat langsung jenazah untuk diidentifikasi,” ungkap Harun seperti ditulis siaga.co Rabu (12/2/2014).
Lebih jauh Harun mengatakan, Mailani Hudayah dan Nurhasanah juga sudah paham proses identifikasi secara medik, seperti pencocokan sidik jari, susunan gigi, tes DNA. Sebagian proses itu juga telah dijalani Mailani Hudayah dan Nurhasanah.
“Jenazahnya kan belum dibawa pulang. Hanya ingin melihat langsung saja,” katanya.
Harun mengaku telah menghubungi berbagai pihak di kepolisian, dengan tujuan mengetuk rasa prikemanusiaan pihak Polri. Akan tetapi sampai pada pukul 23.00, Mailani Hudayah dan Nurhasanah harus pulang dengan kecewa.
“Karena tetap tidak diizinkan, maka pak Mailani Hudayah dan istrinya terpaksa meninggalkan Mapolda,” sebut Harun.
Sementara itu, Andi Akbar yang juga merupakan pendamping Mailani Hudayah dan Nurhasanah, menyebutkan bahwa Arif wicaksana Aji adalah warga Tabalong, Kalimantan Selatan kelahiran 1 Maret 1988.
“Lebih dari setahun orangtua Arif Wicaksana Aji kehilangan kontak dengan anaknya ini,” jelas Andi Akbar kepada wartawan.
Sebelumnya telah diberitakan di media ini, Forum Islam Al Busyro merilis syahidnya jurnalis senior Handholah Al Khurosany di Poso, “Kembali ummat ini telah kehilangan putera-putera terbaik, mereka yang ucapannya sesuai dengan akidahnya. Perbuatannya membenarkan ucapan dan akidahnya. Selamat kepada ummat dan khususnya seluruh member Forum Islam Al-Busyro atas syahidnya (Insyaaa Allah) salah satu pencetus Forum Jihad kita ini, Al-akh Handholah Al Khurosany yang menjadi salah seorang yang gugur dalam baku tembak dengan aparat thogut negeri ini yang terjadi pada hari Kamis, 6 Rabiul akhir 1435 H, atau bertepatan dengan 6 Februari 2014,” tulis Al-Busyro pada rilis yang dikeluarkannya, Jumat (8/2/2014). (azm/arrahmah.com)