Oleh Abu Abdullah Yusuf Azzam
(Arrahmah.com) – Berikut ini adalah akibat yang akan ditimbulkan jika seseorang atau kaum meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar.
1. Hilangnya rasa aman, baik di tingkat pribadi maupun masyarakat.
Allah Ta’ala berfirman: Wahai Adam dan iblis, turunlah kalian berdua dari surga. Kalian berdua akan saling bermusuhan. Karena itu, wahai anak keturunan anak Adam, jika kelak datang Rasul dan Kitab-kitab suci-Ku, maka ia sungguh akan hidup kepada kalian yang mengikuti Rasul dan Kitab-titab suci-Ku, dia tidak akan sesat dan celaka. Akan tetapi siapa saja yang menolak untuk mengikuti Rasul dan Kitab-kitab suci-Ku, maka ia sungguh akan hidup sesat. Pada hari kiamat kelak, Kami kumpulkan orang-orang sesat dalam keadaan buta (QS. Thaha: 123-124).
2. Allah baru menyiksa manusia jika mereka sudah tidak mau mencegah kemungkaran yang ada di hadapannya.
Sesungguhnya Allah ‘Azza wajalla tidak menyiksa orang awam karena perbuatan dosa orang-orang yang khusus sehingga mereka melihat mungkar di hadapan mereka dan mereka mampu mencegahnya, tetapi mereka tidak mencegahnya. Kalau mereka berbuat demikian maka Allah menyiksa yang khusus dan yang awam seluruhnya. (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)
3. Tersebarnya kerusakan di dalam kehidupan bermasyarakat.
Kerusakan ini ditimbulkan apabila generasi ini tumbuh tanpa ada perbaikan (amar ma’ruf nahi mungkar). Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan perumpamaan tentang hal ini dalam haditsnya, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Perempumaan orang yang menegakkan hudud (hukum) Allah dan orang yang melanggarnya adalah seperti suatu kaum yang melakukan undian di atas kapal, maka sebagian mereka mendapatkan bagian di lantai atas dan yang lain di lantai bawah. Maka apabila yang berada di lantai bawah hendak mengambil air, mereka melewati orang-orang yang berada di lantai atas. Maka mereka pun berkata-kata seandainya kami melubangi yang menjadi bagian kami (bagian bawah kapal), tentu kami tidak mengganggu orang-orang yang di atas kami (karena tidak melewati mereka ketika mengambil air). Maka apabila mereka dibiarkan melakukan apa yang mereka inginkan, maka binasalah semuanya, dan apabila mereka dicegah (dari niatnya), maka selamatlah mereka dan selamatlah seluruh penghuni kapal.” (HR. Al-Bukhari).
Demikianlah menegakkan hudud Allah akan mewujudkan keselamatan bagi yang menyuruh dan orang yang disuruh apabila tidak maka binasalah pelaku kemaksiatan karena maksiatnya dan orang yang diam (tidak mencegahnya) karena ridhanya mereka. Al-Hafidz ibnu Hajar berkata: “Di dalam hadits ini ada penjelasan bahwa penyebab turunnya adzab karena ditinggalkannya amar ma’ruf nahi munkar.”
4. Paceklik, kekeringan yang panjang dan hilangnya keberkahan pada rizki-rizki mereka.
Hal ini dikarenakan banyaknya kamaksiatan yang dilakukan dan tidak ada yang menasehati dan mendakwahi mereka untuk meninggalkan kemaksiatan mereka, sebagaimana firman Allah, “Sekiranya penduduk berbagai negeri mau beriman dan taat kepada Allah niscaya Kami akan bukakan pintu-pintu berkah kepada mereka dari langit dan dari bumi. Akan tetapi penduduk negeri itu mendustakan agama Kami (ayat-ayat Kami), maka Kami timpakan kepada adzab kepada mereka karena dosa-dosa mereka.” (QS. Al-A’raf: 96
Jika kita tidak mau melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, maka Allah akan menyiksa kita dengan pemimpin yang zhalim dan menindas kita dan tidak mengabulkan segala doa kita
Ini adalah perkara yang mengerikan karena seseorang hamba sangat fakir kepada Allah, maka apabila dia berdo’a kemudian tidak dikabulkan oleh Allah, maka dia termasuk orang yang celaka. Tidak terkabulnya do’a karena ditinggalkannya amar ma’ruf nahi mungkar. Hal ini ditunjukkan oleh sabda Nabi,
Hendaklah kamu beramar ma’ruf (menyuruh berbuat baik) dan bernahi mungkar (melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan menguasakan atasmu orang-orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik-baik di antara kamu berdo’a dan tidak dikabulkan (do’a mereka). (HR. Abu Zar)
Allah mengutuk para pendeta Yahudi dan Nasrani karena mereka meninggalkan amar ma’ruf dan nahi munkar dan menyiksa mereka dengan bencana dan malapetaka.
Wahai segenap manusia, menyerulah kepada yang ma’ruf dan cegahlah dari yang mungkar sebelum kamu berdo’a kepada Allah dan tidak dikabulkan serta sebelum kamu memohon ampunan dan tidak diampuni. Amar ma’ruf tidak mendekatkan ajal. Sesungguhnya para robi Yahudi dan rahib Nasrani ketika mereka meninggalkan amar ma’ruf dan nahi mungkar, dilaknat oleh Allah melalui ucapan nabi-nabi mereka. Mereka juga ditimpa bencana dan malapetaka. (HR. Ath-Thabrani)
5. Turunnya berbagai macam musibah, baik yang nampak maupun yang tersembunyi.
Apabila dalam suatu negeri tidak ditegakkan amar ma’ruf dan tidak ada pengingkaran terhadap kemungkaran dan kemaksiatannya. Dan kemaksiatan apabila tersembunyi, maka dampaknya hanyalah untuk pelakunya saja. Adapun apabila dilakukan dengan terang-terangan dan tidak ada yang mengingkarinya, maka dampaknya akan menimpa seluruh manusia, bukan hanya pada yang zhalim saja tetapi yang shalih akan terkena juga
“Wahai kaum mukminm hendaklah kalian menjauhkan diri dari adzab yang tidak hanya akan menimpa orang-orang zhalim di antara kalian, tetapi juga menimpa orang-orang shalih yang berada ditengah mereka. Ketahuilah bahwa adzab Allah itu sangat keras (QS Al-Anfal: 25).
Turunnya laknat yaitu dijauhkan dari rahmat Allah, karena laknat itu tidak terjadi melainkan karena seseorang melakukan dosa besar. Dan Allah telah mengabarkan bahwasanya Dia telah melaknat orang-orang sebelum kita yaitu Bani Isra’il karena mereka meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar. Allah subhanahu wata’ala berfirman,
Orang-orang kafir Bani Israil telah dilaknat oleh Allah melalui lisan Dawud dan Isa bin Maryam. Mereka dilankat karenat elah durhaka dan melanggar syairat Taurat dan Injil. Orang-orang kafir Bani Israil tidak mau berhenti dari kebiasaan menentang syairat Allah. Amat buruk kebiasaan yang telah mereka lakukan itu. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (QS. Al-Ma’idah: 78-79).
6. Punahnya hukum dan syiar Islam.
Ini adalah bahaya yang paling besar dari sekian bahaya ditinggalkannya amar ma’ruf nahi munkar. Karena tidaklah hukum-hukum Islam dan syiar-syiarnya menjadi asing melainkan karena mereka tidak mengenal Islam. Hal itu disebabkan karena tidak adanya para penyeru kepada yang ma’ruf dan penentang kemungkaran. Maka kita dapati saat ini orang-orang Islam yang justru mempermainkan dan memperolok-olok hukum dan syiar Islam. Padahal memperolok-olok dan mempermainkan syariat Islam adalah salah satu perbuatan yang bisa mengeluarkan seseorang dari Islam, maka hendaklah kita berhati-hati dari hal yang demikian.
7. Orang-orang fasik, orang-orang yang berdosa dan orang-orang kafir berkuasa.
Kemaksiatan- kemaksiatan dikemas indah, dan kemungkaran-kemungkaran tersebar luas serta terus menerus terpampang nyata.
8. Munculnya kebodohan, lenyapnya ilmu, terpuruknya umat dalam kesewenang- wenangan dan tenggelam tidak berakhir.
Cukuplah menjadi sebab turunnya adzab Allah Azza wa Jalla kepada orang yang meninggalkan perkara amar ma’ruf dan nahi munkar.Dalam sebuah hadits Qudsi di sebutkan bahwa Allah Ta’ala telah berfirman “Hai anak Adam, janganlah kamu termasuk orang yang menangguh-nangguhkan taubatnya dan berangan-angan panjang, sehingga pulang ke akhirat tanpa membawa suatu amal apapun.” Ucapan yang dikeluarkannya bagaikan ahli ibadah namun sepakterjangnya sama dengan orang munafik, jika diberi merasa kurang puas, jika tidak diberi tidak sabar untuk segera menerima. Berpura-pura menyukai orang-orang saleh, padahal ia bukan termasuk golongan mereka dan berpura-pura membenci orang-orang munafik, padahal ia termasuk salah seorang dari mereka. Suka memerintahkan kepada kebaikan namun ia sendiri tidak pernah melakukannya, dan melarang perbuatan yang buruk padahal ia sendiri tidak pernah berhenti melakukannya.Naudzubillahi min dzalik!
Diriwayatkan melalui sahabat Rasul ‘Ali karramallahu wajhah yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Kelak di akhir zaman akan datang suatu kaum yang usia mereka masih muda-muda, wawasan pengetahuan mereka tentang agama dangkal, mereka suka mengeluarkan kalam sebaik-baik makhluk, namun hanya di mulut saja tidak sampai masuk kedalam hatinya, mereka keluar dari agama secepat anak panah menembus sasarannya. Rasulullah sewaktu di isra’kan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala ke langit, beliau melihat sejumlah kaum laki-laki yang lidah mereka dipotong dengan gunting api, lalu beliau bertanya kepada Jibril. “Hai Jibril, siapakah mereka?” ‘Jibril menjawab, “Mereka adalah tukang ceramah dari kaummu yang suka memerintahkan kebaikan kepada orang lain, sedangkan mereka sendiri melalaikannya.”
Allah menegur keras sikap mereka yang demikian itu, sebagaimana firmannya: Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan (kewajiban) dirimu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab (Taurat) maka tidakkah kamu berpikir? (QS. al-Baqarah [2]: 44),
Pada ayat yang lain Allah juga telah menegaskan “Wahai orang-orang beriman mengapa kalian berkata akan berbuat sesuatu yang baik, tetapi ternyata tidak kalian lakukan. Sungguh amat besar murka Allah terhadap kalian karena tidak melakukan perbuatan baik yang telah kalian katakan itu” (QS al- Shaff [61]: 2-4).
Ayat ini menjukkan konsistensi antara ucapan dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang yang paham tentang agama tapi sifat dan tingkah lakunya tidak berbeda jauh dengan binatang, tidakkah kita berpikir?
Sahabat Rasulullah yang bernama Anas r.a. telah bertanya kepada Rasul, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami memerintahkan kepada kebaikan agar kami dapat mengerjakan semuanya, dan bolehkah kami mencegah kemungkaran agar kami agar menghindari semuanya?” Beliau menjawab, “Tidak, bahkan perintahkanlah kepada kebaikan, meskipun kamu masih belum mengamalkan keseluruhannya dan cegahlah kemungkaran meskipun kamu masih belum dapat menghindari seluruhnya.” Hal ini lain halnya dengan para penceramah yang memotong lidah mereka sendiri lantaran mereka menyuruh tapi mereka sendiri tidak pernah mengerjakannya (ta’mur wala ta’mal).
Jadi, sudah seharusnya tugas amar ma’ruf nahi mungkar ini adalah tugas bagi kita semua selaku muslim yang bertakwa kepada Allah Ta’ala, Rasulullah saw telah bersabda: “Tidaklah suatu kaum itu melakukan kemaksiatan-kemaksiatan dan di kalangan mereka terdapat orang yang mampu mencegahnya dari mereka namun ia tidak melaksanakannya, melainkan Allah meratakan siksa dari-Nya kepada mereka. (HR. Tirmidzi)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala pernah memerintahkan malaikat Jibril untuk menghancurleburkan suatu kampung karena para penduduknya suka berbuat maksiat. Kata Jibril, “Ya Rabbi, dikampung itu terdapat hamba-Mu si Fulan, yang selalu bersujud yang selalu brzikir dan tak henti-hentinya menyembah-Mu. Tapi Allah swt menjawab, “Wahai Jibril kalau begitu, mulailah azab itu dari dirinya? Ya Allah bagaimana azab itu dari dirinya? Ya Allah, bagaiamana ini? Tanya Jibril semakin terkejut tak mengerti, “Ketahuilah, “jawab Allah swt, “Sesungguhnya, wajahnya sama sekali tidak berubah karena Aku. ” Maksudnya adalah bahwa lelaki itu tidak berubah karena kemungkaran dan maksiat yang terjadi di sekitarnya.
Bagitulah seandainya saja di suatu daerah yang tinggal orang-orang selalu berbuat maksiat. Sementara di tempat itu juga terdapat satu orang selalu melakukan shalat berjamaah di masjid bahkan selalu di shaff pertama, rajin mengikuti kajian-kajian, dan taat menjalankan perintah Allah swt, tetapi tidak mau menyeru taat sekelilingnya kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, maka Allah swt akan menurunkan azab-Nya kepada seluruh penghuni daerah tersebut tanpa kecuali, Subhannallah.
Apa gerangan yang akan dikatakan oleh kaum Muslimin, pembela-pembela agama dan pengikut syariat Rasulullah yang telah meninggalkan apa yang beliau untuk mengerjakannya. Mereka mengikuti apa yang telah dilarang dan secara sengaja menafikan syarat-syarat Iman, hukum Islam serta sifat kaum Muslimin yang sebenarnya (seharusnya dilakukan).
Baik bagi ulama, seorang yang kaya-raya, fakir miskin, berpangkat tinggi ataupun hina-dina. Bahkan kesemuanya itu adalah sama, kecuali siapa yang dianugerahi rahmat oleh Allah. Namun, kebaikan yang sedikit (pada umat ini) dan berlangsung (dilakukan) terus menerus sehingga tibanya hari kiamat merupakan bekal bagi manusia (Muslim) nantinya (di akhirat).
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam alqur’an. Orang-orang yang suka berbuat dosa dan merasa senang dipuji orang lain atas kebaikan yang tidak mereka lakukan, janganlah sekali-kali mereka menyangka akan selamat dari adzab Allah. (Ali Imran 188)
Khalifah Umar ra. berkata : “Sesungguhnya, yang saya takutkan terhadap umat ini adalah seorang munafik yang sangat alim. Para sahabat bertanya: Bagaimana seorang yang amat alim menjadi munafik? Umar pun menjawab: Lisannya alim, namun hatinya menjadi munafik dan amalnya adalah jahil.”
Hendaklah kalian bertakwa kepada Allah dan ketahuilah, bahwa persoalan agama ini tidak akan menjadi baik kecuali dengan apa yang telah menjadi baik pada awal permulaannya. Islam adalah agama yang kokoh dan ringan, tiada padanya kesukaran. Justru baik dengan ajaran-ajarannya yang tinggi pada setiap zaman dan tempat. Janganlah kalian menghilangkan persoalan yang ushul dari agama ini dan berselisih pada cabang-cabangnya. Sehingga memberanikan (menggerakkan) pihak lain untuk mencela, karena perlakuan kalian yang buruk dan jelek serta amal perbuatan kalian yang serba lemah.
Dunia ini tiada nilainya jika dibandingkan dengan akhirat, melainkan seperti sebutir pasir dipadang sahara yang amat luas. Sedang amal kebaikan adalah suatu kemuliaan bagi ahlinya di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana firman Allah : Siapa saja yang beriman dengan benar dan bermal shalih dengan penuh keimanan, baik laki-laki atau perempuan, Kami pasti akan memberikan kehidupan yang baik kepadanya. Kami akan memberi balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada amal shalih mereka (An Nahl 97). (arrahmah.com)