Penulis : Abu Azzam
(Arrahmah.com) – Terdapat dua sikap orang dalam menyambut dan menghadapi bulan penuh keberkahan ini. Pertama, orang yang bergembira dan penuh antusias serta suka cita dalam menyambut bulan Ramadhan. Karena baginya, bulan Ramadhan adalah kesempatan yang Allah anugerahkan kepada siapa yang dikehendaki untuk menambah bekal spiritual dan bertaubat dari semua dosa dan kesalahan.
Ramadhan baginya adalah bulan bonus dimana Allah melipatgandakan pahala amal kebaikan. Maka segala sesuatunya dipersiapkan untuk menyambut dan mengisinya. Baik mental, ilmu, fisik, dan spiritual. Bahagia, karena di bulan terdapat janji dijauhkannya seseorang dari api neraka.
Dan itu merupakan kemenangan yang membahagiakan. Firman Allah,
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Ali Imran: 185)
Puasa mampu mengendalikan dari berbagai unsur yang tidak baik yang selalu ingin mengusainya, serta membinasakan, serta melonggarkan unsur-unsur yang tidak baik yang selalu ingin menguasainya, membinasakannya, serta melonggarkan unsur-unsur yang akan merugikan kesehatan.
Sedangkan yang kedua adalah menyambutnya dengan sikap yang dingin. Tidak ada suka-cita dan bahagia. Baginya, Ramadhan tidak ada ubahnya dengan bulan-bulan lain. Orang seperti ini tidak bisa memanfaatkan Ramadhan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Dosa dan kesalahan tidak membuatnya risau dan gelisah hingga tak ada upaya maksimal untuk menghapusnya dan menjadikan Ramadhan sebagai momen untuk kembali kepada Allah. Karena puasa mempunyai pengaruh yang luar biasa dalam mengendalikan jasmani dan kekuatan batin. Bahkan, ia sambut bulan Ramadhan dengan kebencian. Sebab bulan suci ini hanya akan menghambatnya melakukan dosa dan kemaksiatan, sebagaimana yang dilakukannya di bulan-bulan lain. Hatinya tertutup dan penuh benci kepada kebaikan. Menyaksikan kaum Muslimin berlomba-lomba dalam kebaikan, mengisi hari-hari mereka dengan ibadah adalah pemandangan yang tidak disukainya. Dan syetan telah menghembuskan kebencian dalam hatinya hingga Ramadhan bagai neraka baginya. Semoga kita dijauhkan dari sikap dan sifat ini.
Allah berfirman, “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (Al-A’raf: 179)
Ia tidak menggunakan akal dan hatinya untuk mencerna kebaikan yang berguna bagi kehidupannya. Padahal pada tradisi setiap masyarakat hari-hari tertentu atau bulan-bulan tertentu yang memiliki keistimewaan di banding hari dan bulan yang lain. Rasulullah menyambut bulan Ramadhan penuh perasaan bahagian dan suka-cita. Beliau ingatkan para sahabat agar menyiapkan diri mereka untuk menyambut dan mengisinya dengan amal. Diriwayatkan oleh Salman Al-Farisi bahwa Rasulullah berceramah di harapan para sahabat di akhir Sya’ban, beliau bersabda,
“Wahai sekalian manusia. Kalian akan dinaungi oleh bulan yang agung nan penuh berkah. Padanya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu malam. Allah menjadikan puasa di bulan itu sebagai kewajiban dan qiyamnya sebagai perbuatan sunnah. Siapa yang mendekatkan diri kepada-Nya dengan amal kebaikan seolah-olah ia telah melakukan kewajiban di bulan lain. Dan barangsiapa melakukan kewajiban pada bulan itu maka ia seolah telah melakukan tujuh puluh kewajiban di bulan lain. Ia adalah bulan kesabaran dan kesabaran itu adalah jalan menuju surga. Ia adalah bulan keteladanan dan bulan dimana rezki dimudahkan bagi orang mukmin. Siapa memberi buka kepada orang yang berpuasa maka ia mendapatkan ampunan atas dosa-dosanya dan lehernya diselamatkan dari api neraka. Ia juga mendapatkan pahalanya tanpa mengurangi pahala orang itu sedikit pun.” Sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, tidak semua kita bisa memberi buka bagi orang puasa.” Rasulullah menjawab, “Allah memberi pahala yang sama kepada orang yang memberi buka walau sekadar kurma dan seteguk air atau seteguk air susu. Ia adalah bulan dimana permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan, dan ujungnya diselamatkannya seseorang dari neraka. Barangsiapa meringankan budaknya Allah mengampuninya dan membebaskannya dari neraka. Perbanyaklah kalian melakukan empat hal: dua hal pertama Allah ridha kepada kalian, yaitu mengucapkan syahadat tiada ilah selain Allah dan meminta ampunan kepada-Nya. Sedangkan hal berikutnya adalah yang kalian pasti membutuhkannya; yaitu agar kalian meminta surga kepada Allah dan berlindung kepada-Nya dari neraka. Barangsiapa memberi minum orang berpuasa maka Allah akan memberinya minum dari telagaku yang tidak akan pernah haus sampai dia masuk ke dalam surga.” (Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban)
Para sahabat dan salafus-shalih pun senantiasa menyambut bulan Ramadhan dengan bahagia dan persiapan mental dan spiritual. Diriwayatkan bahwa Umar bin Khatthab menyambutnya dengan menyalakan lampu-lampu penerang di masjid-masjid untuk ibadah dan membaca Al-Qur’an. Dan konon, Umar adalah orang pertama yang memberi penerangan di masjid-masjid. Sampai pada zaman Ali bin Abi Thalib. Di malam pertama bulan Ramadhan ia datang ke masjid dan mendapati masjid yang terang itu ia berkata, “Semoga Allah menerangi kuburmu wahai Ibnul Khatthab sebagaimana engkau terangi masjid-masjid Allah dengan Al-Qur’an.”
Diriwayatkan Anas bin Malik bahwa para sahabat Nabi saw jika melihat bulan sabit Sya’ban mereka serta merta meraih mushaf mereka dan membacanya. Kaum Muslimin mengeluarkan zakat harta mereka agar yang lemah menjadi kuat dan orang miskin mampu berpuasa di bulan Ramadhan. Para gubernur memanggil tawanan, barangsiapa yang meski dihukum segera mereka dihukum atau dibebaskan. Para pedagang pun bergerak untuk melunasi apa yang menjadi tanggungannya dan meminta apa yang menjadi hak mereka. Sampai ketika mereka melihat bulan sabit Ramadhan segera mereka mandi dan I’tikaf.”
Banyak membaca Al-Qur’an adalah salah satu kegiatan para salafus-shalih dalam menyiapkan diri mereka menyambut Ramadhan. Karena Ramadhan adalah bulan dimana Al-Qur’an diturunkan. Bersedekah dan menunaikan semua kewajiban. Juga menunaikan semua tugas dan kewajiban sebelum datang Ramadhan. Sehingga bisa konsentrasi penuh dalam mengisi hari-hari Ramadhan tanpa terganggu oleh hal-hal lain di luar aktivitas ibadah di bulan suci ini.
Bukan dengan kegiatan fisik dan materi yang mereka siapkan, namun hati, jiwa, dan pikiran yang mereka hadapkan kepada Allah. Bukan sibuk dengan pakaian baru dan beragama makanan untuk persiapan lebaran yang mereka siapkan, namun semua makanan rohani dan pakaian takwa hingga mendapatkan janji Ramadhan.
Ibnu Mas’ud Al-Ghifari menceritakan,”Aku mendengar Rasulullah saw –suatu hari menjelang Ramadhan – bersabda, “Andai para hamba mengetahui apa itu Ramadhan tentu umatku akan berharap agar sepanjang tahun itu Ramadhan.”
Para salaf shalih adalah orang-orang yang selalu menantikan bulan ini. Mererka sangat berharap dapat menyempurnakan shaum dan ibadah shalat malam mereka serta memenuhi hari-hari dengan ketaatan dan ibadah. Di antara doa mereka seperti yang diucapkan oleh Yaha bin Abu Katsir, “Ya Allah selamatkanlah kami sampai datangnya Ramadhan dan serahkanlah Ramadhan
Mereka tahu apa keutaman puasa sunnah apalagi puasa Ramadhan, disini kami sebutkan keutamaan puasa :
1. Dapat menyebabkan ketakwaan
“Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu menjadi orang yang bertakwa”. (Al-Baqarah: 183)
2. Dapat pahala yang sangat besar
Ibnu Rajab Al-Hambali berkata orang-orang yang berpuasa itu ada dua tingkatan salah satunya mereka meninggalkan makanan, minuman dan syahwatnya karena Allah dan mengharap pahala di sisi-Nya sebagai ganti dan balasannya di surga. Ini adalah orang yang berdagang dengan Allah. Dan memang Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik, di samping juga tidak akan membuat rugi orang yang beramal. Bahkan Allah memberikan keuntungan, Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya engkau tidak meninggalkan sesuatu (berpuasa) karena ketakwaan kepada Allah melainkan Allah pasti akan memberimu yang lebih baik darinya (HR Imam Ahmad)
“Allah menyediakan ampunan dan pahala yang sangat besar bagi laki-laki muslim dan perempan muslim, laki-laki mukmin dan perempuan mukmin, laki-laki yang taat dan perempan yang taat, laki-laki yang jujur dan perempuan yang jujur, laki-laki yang sabar dan perempuan yang sabar, laki-laki yang patuh dan perempuan yang patuh, laki-laki yang mengeluarkan shadaqah dan yang perempuan yang mengeluarkan shadaqah, laki-laki yang berpuasa dan perempuan yang berpuasa, laki-laki yang menjauhi zina dan perempan yang menjauhi zina, laki-laki yang banyak mengingat Allah dan perempuan yang banyak mengingat Allah. (QS. QS. AlAhzab [33]35)
Orang yang berpuasa di dalam surga nanti akan diberi makanan dan minuman apa saja yang mereka suka, dan juga wanita.
Para malaikat berkata para penghuni surga, “Silahkan kalian makan dan minum dengan senang hati. Karena selama hidup didunia dahulu kalian telah beramal shalih (QS. AL-Haqqah [69)24)
Mujahid dan lainnya mengatakan ayat ini turun mengenai orang-orang yang berpuasa.
3. Puasa sebagai perisai api neraka
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa satu hari fisabilillah (hanya karena Allah), maka Allah akan menjadikan pairt antara dia dan api nerka (selebar) antara langit dan bumi
Jabir meriyatakan Rasulullah saw bersabda, “Puasa adalah benteng yang sangat kokoh, dengan benteng itulah seorang hamba dapat membentengi dirinya (HR Ahmad)
Mua’adz bin jabal meriwayatkan Rasulullah saw bertanya kepada Mua’dz, “Maukah kamu aku tunjukkan beberapa pintu kebaikan?” Mu’adz berkata, “Mau, Rasulullah.” Rasulullah saw bersabda, “Puasa adalah adalah perisai dan sedekah dapat memadamkan kesalahan seperti air memadamkan api (HR, Ibnu Hibban)
4. Dapat masuk surga dari pintu Ar-Rayyan
Sahl bin Sa’ad meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang diberi nama ar-Rayyan, dimana pada hari kiamat, orang-orang yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu itu. Tidak ada orang lain selain mereka yang akan masuk pintu itu. Pada saat itu, akan ditanyakan, “Mana orang-orang yang berpuasa? Mereka pun bangkit lalu masuk ke surga melalui pintu itu. Ketika mereka telah masuk, pintu itu akan ditutup kembali, sehingga tidak ada seorang pun yang dapat melaluinya (HR Bukhari Muslim)
(azm/arrahmah.com)