(Arrahmah.com) – Kaum Anshar adalah penduduk Madinah—saat itu bernama Yatsrib— yang yang beriman dan menerima kehadiran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya yang hijrah bersama beliau, saling berbagi dengan mereka dalam hal tempat tinggal dan harta, serta turut serta berjihad bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Disebut Anshar karena mereka berposisi sebagai penolong. Penolong bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya yang berhijrah ke Madinah. Perjuangan kaum Anshar dalam membantu Rasulullah dalam membangun masyarakat Islam Madinah tak layak diabaikan begitu saja.
Kaum ini memiliki keutamaan dan kelebihan yang tidak terhitung banyaknya. Mereka termasuk umat terbaik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ciri khas yang paling menonjol pada kaum yang dimuliakan oleh Allah subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya ini terletak pada sifatnya yang selalu itsar, yakni mendahulukan orang lain meski mereka sedang dalam keadaan membutuhkan.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
وَالَّذِيْنَ تَبَوَّءُو الدَّارَ وَالْاِيْمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّوْنَ مَنْ هَاجَرَ اِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُوْنَ فِيْ صُدُوْرِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ اُوْتُوْا وَيُؤْثِرُوْنَ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۗوَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَفْسِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَۚ
“Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9)
Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sekaligus tokoh kaum Anshar yang paling masyhur antara lain:
- Saad bin Muadz radhiyallahu ‘anhu
- Saad bin Ubadah radhiyallahu ‘anhu
- Ubay bin Kaab radhiyallahu ‘anhu
- Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu
- Usaid bin Khudhair radhiyallahu ‘anhu
- Al-Bara’ bin Ma’rur radhiyallahu ‘anhu
- As’ad bin Zurarah radhiyallahu ‘anhu
- Anas bin an-Nadhr radhiyallahu ‘anhu
- Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu
- Hasan bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu
- Abdullah bin Amru bin Haram radhiyallahu ‘anhu
- Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu
- Dan masih banyak lagi.
Berikut ini beberapa keutamaan kaum Anshar yang termaktub dalam tulisan para ulama yang disarikan dari al-Quran dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan telah didata oleh Syaikh Mahmud al-Mishri dalam bukunya Ashabu ar-Rasul Muhammad yang dilansir dakwah.id.
(1). Allah Subhanahu Wata’ala yang Menamai Kaum Anshar dengan Anshar
Diriwayatkan dari Ghailan bin Jariri, ia berkata, “Aku berkata kepada Anas, ‘Apakah nama Anshar itu kalian yang menamakannya, atau Allah?’
Ia menjawab, ‘Allah lah yang menamai kami.’
Kami masuk menemui Anas, lalu ia menceritakan kepada kami keutamaan kaum Anshar, lalu ia menghadap kepadaku atau kepada seseorang dari Al-Azad, kemudian ia berkata, ‘Kaummu pada suatu hari telah melakukan ini dan ini.’ (HR. Al-Bukhari No. 3776)
(2). Siapa yang Mencintai kaum Anshar, Maka Allah Subhanahu Wata’ala Akan Mencintainya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ أَحَبَّ الْأَنْصَارَ أَحَبَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ أَبْغَضَ الْأَنْصَارَ أَبْغَضَهُ اللَّهُ
“Barang siapa mencintai kaum Anshar, maka Allah subhanahu wata’ala mencintainya. Dan barang siapa yang membenci kaum Anshar, maka Allah membencinya.” (HR. Ahmad dan Al-Bukhari dalam kitab Tarikh-nya. Dishahihkan oleh al-Albani dalam kitab Shahih al-Jami’ No.5953)
Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ النَّاسَ يُهَاجِرُونَ إِلَيْكُمْ وَلَا تُهَاجِرُونَ إِلَيْهِمْ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يُحِبُّ الْأَنْصَارَ رَجُلٌ حَتَّى يَلْقَى اللهَ إِلَّا لَقِيَ اللهَ وَهُوَ يُحِبُّهُ، وَلَا يُبْغِضُ الْأَنْصَارَ رَجُلٌ حَتَّى يَلْقَى اللهَ لَقِيَ اللهَ وَهُوَ يُبْغِضُهُ
“Sesungguhnya orang-orang berhijrah kepada kalian dan kalian tidak berhijrah kepada mereka. Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, tidaklah seseorang mencintai Anshar hingga ia bertemu dengan Allah, kecuali ia mendapati Allah dalam keadaan mencintainya. Dan tidaklah seseorang membenci Anshar hingga ia bertemu dengan Allah, kecuali ia mendapati Allah dalam keadaan membencinya.” (HR. Ahmad dan ath-Thabarani, dari al-Harits bin Ziyad. Dihasankan oleh al-Albani)
(3). Salah Satu Ciri Keimanan adalah Mencintai Kaum Anshar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
آيَةُ الإِيمَانِ حُبُّ الأَنْصَارِ، وَآيَةُ النِّفَاقِ بُغْضُ الأَنْصَارِ
“Salah satu ciri keimanan adalah mencintai kaum Anshar, dan salah satu ciri kemunafikan adalah membenci kaum Anshar.” (Muttafaq ‘Alaih)
Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لَا يُبْغِضُ الْأَنْصَارَ رَجُلٌ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
“Tidak akan membenci kaum Anshar, orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir.” (HR. Muslim; HR. Ahmad; HR. At-Tirmizi; HR. An-Nasa’i)
(4). Nabi Berpesan untuk Bersikap Baik kepada Kaum Anshar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ الْأَنْصَارَ قَدْ قَضَوُا الَّذِي عَلَيْهِمْ وَبَقِيَ الَّذِي عَلَيْكُمْ، فَأَحْسِنُوا إِلَى مُحْسِنِهِمْ وَتَجَاوَزُوا عَنْ مُسِيئِهِمْ
“Sesungguhnya kaum Anshar telah melaksanakan kewajiban mereka. Dan yang tersisa kewajiban kalian. Maka terimalah orang yang berbuat baik dari mereka dan maafkanlah orang yang berlaku buruk dari mereka.” HR. Asy-Syafi’i dan Al-Baihaqi dalam kitab Al-Ma’rifah. Dishahihkan oleh al-Albani dalam kitab Shahih Al-Jami’ No. 1587)
Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
اسْتَوْصُوا بِالْأَنْصَارِ خَيْرًا
“Berbuat baiklah kepada kaum Anshar.” (HR. Ahmad. Dishahihkan oleh al-Albani dalam kitab Shahih al-Jami’ No. 959)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dengan berselimutkan kain yang menutupi kedua pundaknya dan mengenakan ikat kepala berwarna hitam, sampai beliau duduk di mimbar.
Lalu beliau ber-tahmid dan mengucapkan,
أَيُّهَا النَّاسُ، فَإِنَّ النَّاسَ يَكْثُرُونَ، وَتَقِلُّ الأَنْصَارُ حَتَّى يَكُونُوا كَالْمِلْحِ فِي الطَّعَامِ، فَمَنْ وَلِيَ مِنْكُمْ أَمْرًا يَضُرُّ فِيهِ أَحَدًا، أَوْ يَنْفَعُهُ، فَلْيَقْبَلْ مِنْ مُحْسِنِهِمْ، وَيَتَجَاوَزْ عَنْ مُسِيئِهِمْ
“Wahai manusia, sesungguhnya manusia menjadi banyak sedangkan kaum Anshar sedikit, sampai mereka menjadi seperti garam di dalam makanan. Maka barang siapa di antara kalian yang menjadi pemimpin yang menyakiti atau memberi manfaat kepada seseorang, maka terimalah orang yang berbuat baik dari mereka dan maafkanlah orang yang berlaku buruk dari mereka.” (HR. Al-Bukhari No. 3800)
Diriwayatkan dari Hisyam bin Zaid, ia berkata, “Aku mendengar Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, ‘Abu bakar dan al-Abbas melewati salah satu tempat berkumpul kaum Anshar, dan mereka saat itu sedang menangis.
Abu Bakar bertanya, ‘Apa yang membuat kalian menangis?’
Mereka menjawab, ‘Kami teringat perkumpulan kami dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.’ (HR. Al-Bukhari No. 3799)
Kemudian Abu Bakar menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu menyebutkan peristiwa tadi.
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dengan mengenakan ikat kepala. Kemudian beliau naik mimbar—beliau tidak pernah naik mimbar lagi setelah hari itu—beliau ber-tahmid, kemudian bersabda,
أُوصِيكُمْ بِالأَنْصَارِ، فَإِنَّهُمْ كَرِشِي وَعَيْبَتِي، وَقَدْ قَضَوُا الَّذِي عَلَيْهِمْ، وَبَقِيَ الَّذِي لَهُمْ، فَاقْبَلُوا مِنْ مُحْسِنِهِمْ، وَتَجَاوَزُوا عَنْ مُسِيئِهِمْ
“Aku berpesan kepada kalian tentang kaum Anshar, karena mereka berharga bagiku. Mereka telah melaksanakan kewajiban mereka. Dan yang tersisa kewajiban kalian. Maka terimalah orang yang berbuat baik dari mereka, dan maafkanlah orang yang berbuat buruk dari mereka.”
(5). Sahabat yang Paling Banyak Mati Syahid Berasal dari Kaum Anshar
Ibnu Abi Rabbih berkata dalam kitab al-‘Aqd al-Farid (1/118),
“Kaum Anshar adalah orang yang paling berani.”
Abdullah bin Abbas berkata, “Tidak pernah pedang terhunus, pasukan Islam maju berperang, dan dibuat barisan, sampai masuk islamnya kaum Aus dan Khazraj. Merekalah kaum Anshar dari keturunan Amr bin Amir dari al-Azad.”
Diriwayatkan dari Qatadah, ia berkata, “Kami tidak mengetahui ada suku Arab yang mati syahid lebih banyak pada hari kiamat dari pada kaum Anshar.”
Qatadah berkata, “Anas bercerita kepada kami, bahwa yang terbunuh dari kaum Anshar pada perang Uhud sebanyak 70 orang, pada perang Bi’r Ma’unah 70 orang, dan pada perang Ymamah 70 orang.”
Anar berkata, “Bi’r Ma’unah terjadi pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan perang Yamamah terjadi pada zaman khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu menghadapi Muzailamah al-Kadzab.” (HR. Al-Bukhari)
Diriwayatkan dari Anas, ia berkata,
“Wahai Rabbku, 70 orang dari kaum Anshar mati syahid pada perang Uhud, 70 orang pada perang Bi’r Ma’unah, 70 orang pada perang melawan Musailamah al-Kadzab, dan 70 orang pada perang Jisr Abu Ubaidah.” (‘Uluw al-Himmah, Dr. Sayyid Husain, 3/372-373)
(6). Kaum Anshar Termasuk Manusia yang Paling Dicintai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
Diriwayatkan dari Anas, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melihat perempuan dan anak-anak datang ke arah beliau. Maka beliau bersabda sambil berdiri,
اَللَّهُمَّ إِنَّكُمْ أَحَبُّ النَّاسِ إِلَيَّ
“Ya Allah, kalian (kaum Anshar) adalah di antara manusia yang paling aku cintai.”
Beliau mengucapkannya tiga kali. (HR. Al-Bukhari No. 3785)
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, seorang perempuan Anshar datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan membawa bayinya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada perempuan tersebut,
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّكُمْ أَحَبُّ النَّاسِ إِلَيَّ
“Demi Dzat yang diriku berada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya kalian adalah orang yang paling aku cintai.” Beliau ucapkan sebanyak tiga kali. (HR. Al-Bukhari No. 3786)
Diriwayatkan dari Anas, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengunjungi kaum Anshar, lalu beliau mengucapkan salam kepada anak-anak mereka, mengusap kepala mereka, dan mendoakan mereka. (HR. An-Nasa’i dalam Al-Fadhail No. 244; Sunan al-Kubra, 5/92. Dishahihkan oleh al-Albani dalam kitab Shahih al-Jami’ No. 4947)
(7). Nabi Menjanjikan Perjumpaan di Telaga Al-Kautsar
Diriwayatkan dari Yahya bin Sa’id, ia mendengar Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata ketika keluar bersamanya menuju al-Walid, “Nabi menyeru kaum Anshar untuk mengkhususkan hasil bumi Bahrain untuk mereka, namun mereka berkata, juga untuk saudara kami kaum Muhajirin dengan bagian yang sama.”
Beliau pun bersabda,
إِمَّا لَا، فَاصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوْنِي، فَإِنَّهُ سَيُصِيبُكُمْ بَعْدِي أَثَرَةٌ
“Jika tidak pun, maka bersabarlah sampai kalian bertemu denganku, kalian akan ditimpa ketidakadilan setelahku.” (HR. Al-Bukhari No. 3794)
Diriwayatkan dari Usaid bin Khudhair, sesungguhnya seseorang dari Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak mempekerjakanku seperti engkau mempekerjakan si fulan?”
Nabi menjawab,
سَتَلْقَوْنَ بَعْدِي أُثْرَةً فَاصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوْنِي عَلَى الْحَوْضِ
“Sepeninggalku, kalian akan menghadapi keegoisan (pemimpin), maka bersabarlah sampai kalian bertemu denganku di telaga(ku).” (HR. Al-Bukhari No. 3792; HR. Muslim No. 1845; HR. At-Tirmidzi No. 2189)
(8). Nabi Mendoakan Ampunan untuk Kaum Anshar dan Kaum Muhajirin
Diriwayatkan dari Hamid ath-Thawil, ia berkata, “Aku mendengar Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, ‘Pada perang Khandaq, kaum Anshar berkata, ‘Kamilah orang-orang yang berbaiat kepada Muhammad untuk berjihad selama kami masih hidup.’
Maka beliau (Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam) menjawab mereka,
لَا عَيْشَ إِلَّا عَيْشُ الْآخِرَهْ فَأَكْرِمِ الْأَنْصَارَ وَالْمُهَاجِرَهْ
“Tidak ada kehidupan, kecuali kehidupan akhirat. Maka muliakanlah kaum Anshar dan Muhajirin.” (Dalam riwayat al-Bukhari, “Maka menangkanlah kaum Anshar dan Muhajirin.” Dalam riwayat lain, “Maka ampunilah kaum Anshar.”)
Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang kepada kami ketika kami sedang menggali parit, dan kami mengangkut tanah di atas pundak-pundak kami. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
اللهُمَّ لَا عَيْشَ إِلَّا عَيْشُ الْآخِرَةِ، فَاغْفِرْ لِلْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ
“Ya Allah, tidak ada kehidupan yang hakiki, kecuali kehidupan akhirat. Maka ampunilah orang-orang Muhajirin dan Anshar.” (HR. Al-Bukhari No. 3797; HR. Muslim No. 1804; HR. An-Nasa’i dalam Fadhail ash-Shahabah No. 208)
(9). Kaum Anshar adalah Peninggalan Nabi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ تَرِكَةً وَضَيْعَةً، وَإِنَّ تَرِكَتِي وَضَيْعَتِيَ الْأَنْصَارُ، فَاحْفَظُونِي فِيهِمْ
“Setiap Nabi memiliki peninggalan, dan peninggalanku adalah kaum Anshar, maka aku oleh mereka pada diri mereka.” (HR. Ath-Thabarani dalam kitab Al-Ausath. Dihasankan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ No. 5172)
(10). Pelindung Kaum Anshar adalah Allah dan Rasul-Nya
Diriwayatkan dari Abu Ayyub bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
الْأَنْصَارُ، وَمُزَيْنَةُ، وَجُهَيْنَةُ، وَغِفَارُ، وَأَشْجَعُ، وَمَنْ كَانَ مِنْ بَنِي عَبْدِ اللهِ، مَوَالِيَّ دُونَ النَّاسِ، وَاللهُ وَرَسُولُهُ مَوْلَاهُمْ
“Kaum Anshar, Muzainah, Juhainah, Ghifar, dan Asyja’ serta semua keturunan Abdullah adalah sekutuku selain orang-orang. Allah subhanahu wata’ala dan rasul-Nya pelindung mereka.” (HR. Muslim No. 2519; HR. At-Tirmidzi No. 3940. Imam at-Tirmidzi berkata, “Hadits hasan shahih.”)
Dalam riwayat lain disebutkan,
الْأَنْصَارُ شِعَارٌ، وَالنَّاسُ دِثَارٌ، وَلَوْ أَنَّ النَّاسَ اسْتَقْبَلُوا وَادِيًا أَوْ شِعْبًا، وَاسْتَقْبَلَتِ الْأَنْصَارُ وَادِيًا، لَسَلَكْتُ وَادِيَ الْأَنْصَارِ، وَلَوْلَا الْهِجْرَةُ لَكُنْتُ امْرَأً مِنَ الْأَنْصَارِ
“Kaum Anshar adalah pakaian yang langsung menempel dengan kulit, sedangkan orang-orang adalah pakaian luar yang menempel di pakaian dalam. Seandainya orang-orang pergi ke lembah atau jalan di celah-celah gunung, sedangkan kaum Anshar menuju ke lembah, maka aku pasti mengambil jalan kaum Anshar. Seandainya tidak ada hijrah, pasti seorang Anshar.” (HR. Ibnu Majah No. 164; Muttafaq ‘Alaih).
Tak diragukan lagi, kaum Anshar adalah kaum yang paling terdepan dalam menolong agama Allah subhanahu wata’ala, terdepan dalam membela dan melindungi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan selalu berkorban untuk saudara seiman meski dalam waktu bersamaan diri mereka juga sedang membutuhkan.
(*/Arrahmah.com)