SRINAGAR (Arrahmah.id) — Sebuah sekolah swasta di Srinagar menjadi pusat pertikaian setelah beberapa siswi muslimah melakukan protes di depan sekolah. Para siswi muslim ikut menyatakan bahwa mereka ditolak masuk sekolah karena mengenakan abaya.
Para siswi muslimah itu mengatakan bahwa manajemen sekolah melarang mereka untuk menghadiri kelas jika mereka datang dengan mengenakan abaya.
“Kami adalah siswa Kelas 11 dan Kelas 12… Kepala sekolah memberi tahu kami bahwa pakaian kami tidak pantas dan itu memengaruhi siswa sekolah lainnya,” ujar salah satu siswi muslimah.
Dilansir Indian Express (9/6/2023), akibat kebijikan itu, Sekolah Menengah Atas Vishwa Bharti di daerah Rainawari mendapat kecaman dari berbagai pihak. Banyak pihak menuduh pihak sekolah melakukan hal intoleransi.
Mantan ketua menteri dan ketua PDP Mehbooba Mufti, mengecam langkah sekolah tersebut.
“Pertama mereka melakukannya di Karnataka dan sekarang mereka mengulanginya di Jammu dan Kashmir,” kata Mufti, merujuk pada sejumlah pelarangan busana muslimah di beberagai kota di India.
Ketua juru bicara Konferensi Nasional Tanvir Sadiq menyerukan tindakan korektif segera.
“Mengenakan jilbab harus menjadi pilihan pribadi dan tidak boleh ada campur tangan dalam urusan pakaian keagamaan… Sangat disayangkan menyaksikan kejadian seperti itu di Jammu dan Kashmir yang mayoritas Muslim. Kami sangat menentang ini dan mendesak tindakan korektif segera,” ungkap Sadiq.
Menyusul protes dan reaksi politik, Sekretaris Kepala Sekolah Pendidikan Alok Kumar dan Direktur Jenderal Polisi Tambahan (ADGP), Kashmir, Vijay Kumar bergegas ke sekolah untuk mengetahui situasi.
Sumber resmi mengatakan pemerintah khawatir bahwa protes atas abaya di Lembah mayoritas Muslim dapat berkembang menjadi demonstrasi yang lebih besar.
Akibat banyaknya protes, kepala sekolah Vishwa Bharti Meemroze Shafi mengklarifikasi bahwa tidak ada larangan untuk mengenakan abaya tetapi dianjurkan para siswi untuk mengenakan seragam sekolah. (hanoum/arrahmah.id)