JAKARTA (Arrahmah.com) – Ketua Presidium Majelis Ormas Islam (MOI) Mohammad Siddik mengaku sangat menyesalkan pernyataan Ketua Umum PBNU Kiyai Said Agil Siradj yang menyatakan hanya anggota Nahdlatul Ulama (NU) saja yang pantas menjadi imam mesjid, khatib Jumat, dan pejabat di Kementrian Agama, yang lain salah.
“Sangatlah disesalkan seorang pimpinan ormas dakwah Islam seperti NU menyuarakan pernyataan terbuka yang tidak sehat dan menyesatkan,” kata Siddik didampingi para Wakil MOI di Gedung Menara Dakwah, Jakarta, Selasa (29/1), lansir Suara-Islam.
Siddik yang juga Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) menuturkan, sebagai organisasi terbesar di Tanah Air mestinya NU dijadikan lembaga pengayom dan perekat bekerja sama ormas Islam yang mencapai ratusan dan sebagiannya telah berdiri jauh lebih awal dari berdirinya NU pada 1926.
Menurutnya, pernyataan Kiyai Said Aqil Siradj menunjukkan ambisi pribadinya menguasai semua posisi dan jabatan formal dan non-formal hanya untuk Nahdlatul Ulama dengan mengabaikan eksistensi dari puluhan organisasi Islam lainnya yang sama-sama berakidah ahlu sunnah wal jamaah, banyak diantara mereka juga berpegang kepada mazhab Syafi’i sebagai ijtihad fiqh seperti yang dianut oleh NU.
“Sebagai orang yang berpendidikan tinggi dan pemimpin organisasi besar, Dr Said Aqil Siradj hendaknya berpikir rasional dan profesional dengan mempertimbangan pendidikan dan kompentensi seseorang untuk sesuatu jabatan formal di pemerintahan atau akademik, atau jabatan di lembaga ibadah seperti imam atau khatib mesjid demi untuk mencapai kemajuan serta kecerdasan bangsa dan Negara,” ungkap Siddik.
Lebih lanjut, Siddik mengatakan, pernyataan Kiyai Said Aqil menunjukkan kenaifanya akan sejarah perjuangan dan peranan berbagai organisasi Islam di Indonesia, selain NU dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari cengkeraman penjajahan Belanda sejak awal abad ke 20.
“Sekaligus Said Aqil Siradj tidak menunjukkan hikmah (wisdom) dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat dengan mengabaikan kerukunan antar Ummat Islam yang selama ini sudah terbangun,” pungkasnya.
MOI merupakan suatu forum kerjasama dakwah antara organisasi Islam. Dideklarasikan pada 2012, anggota MOI adalah Mathlaul Anwar (MA), Al Irsyad Al Islamiyah, Dewan Da’wah Islamiyah Indonensia (DDII), Persatuan Umat Islam (PUI), Persatuan Islam (Persis), Ikatan Da’i Indonesia (IKADI), Al Jam’iyyatu Al Washliyah, Al Ittihadiyah, Hidayatullah, Wahdah Al Islamiyah, Syarikat Islam dan Badan Kerjasama Pondok Pesantren (BKSPPI).
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), yang juga menjabat Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), mengkritik pernyataan Kiyai Said Aqil.
JK mengingatkan bahwa imam salat dan khatib dipilih bukan berdasarkan golongannya, tapi kemampuannya.
(ameera/arrahmah.com)