TUNIS (Arrahmah.com) – Ketua partai Islam yang berkuasa di Tunisia, Ghannouchi Rached, mengatakan Selasa (29/5/2012) bahwa musim semi Arab memberikan kesempatan untuk mendamaikan opini publik Arab dengan Barat.
Dia berbicara dalam pembukaan konferensi di Doha mengenai hubungan antara Amerika Serikat dan dunia Muslim, berfokus pada tantangan yang diciptakan oleh pemberontakan populer yang telah menyapu kawasan dan mengubah peta politik Arab.
Sejak Arab Spring pertama kali mulai di Tunis pada akhir 2010, pemberontakan rakyat telah memaksa diakhirinya kekuasaan para pemimpin Tunisia, Mesir, Libya, dan Yaman.
“Ini adalah awal dari sebuah proses untuk memperbaiki situasi historis cacat dimana negara-negara Barat mendukung para diktator di kawasan itu, yang orang membenci negara-negara untuk dukungan mereka,” Ghannouchi seperti dikutip oleh kantor berita pemerintah Qatar, QNA.
Tanggapan “positif” Barat mengenai perubahan politik di kawasan itu, ditandai dengan munculnya tren Islam, “sejalan dengan kepentingan masyarakat daerah,” kata Kepala Ennahda, yang datang ke meraih ke kekuasaan di Tunisia setelah penggulingan presiden Zine El Abidine Ben Ali pada Januari 2011.
Nihad Awad, direktur dan pendiri Council on American-Islamic Relations, mengatakan “situasi baru di Timur Tengah … menawarkan kesempatan untuk membangun hubungan positif antara Amerika Serikat dan dunia Islam. “
Awad mengatakan “situasi baru adalah ujian sesungguhnya bagi kedua belah pihak.
Partai-partai Islam harus memilih “demokrasi … aturan hukum dan rotasi kekuasaan,” dan Barat harus” mendukung pengalaman baru untuk membantu mereka berhasil, “tegasnya. (althaf/arrahmah.com)