TRIPOLI (Arrahmah.com) – Ketua Parlemen Libya Nuri Busamin dalam posisinya sebagai Panglima Umum Tentara Nasional Libya pada hari Rabu (21/5/2014) malam memerintahkan penangkapan dan penyidikan terhadap “tentara-tentara pemberontak”, Al-Jazeera melaporkan.
Sebelumnya Parlemen Libya telah mengeluaran rilisan pers yang mengecam keras serangan pasukan loyalis purnawirawan Jendral Khalifah Haftar terhadap kota Benghazi. Serangan itu telah menewaskan lebih dari 70 penduduk sipil. Rilisan pers Parlemen Libya menyebut para tentara tersebut “keluar dari ketentuan undang-undang dan kewenangan mereka”.
Rilisan pers itu juga mengecam keras serangan Brigade Qa’qa’, Brigade Raiders dan Brigade Sipil terhadap gedung Parlemen Libya di ibukota Tripoli. Dalam serangan itu ketiga pasukan loyalis Haftar tersebut juga menculik seorang anggota Parlemen.
Rilisan pers Parlemen menyebutkan bahwa Parlemen telah memberikan semua bentuk dukungan kepada Pemerintah Libya untuk mampu memulihkan stabilitas keamanan. Rilisan itu menambahkan “namun Pemerintah Libya gagal melakukan penyidikan untuk mengungkap orang-orang yang terlibat dalam operasi penculikan”.
Parlemen Libya menyatakan kesiapannya untuk bersikap positif terhadap proposal regional dan internasional yang bertujuan memerangi “terorisme”, namun dengan syarat dibawah kendali lembaga keamanan resmi negara.
Lebih lanjut Parlemen Libya menegaskan tetap berjalan di atas poros demokrasi damai. Parlemen menyatakan dukungannya kepada pemilu dan berjanji akan memberikan semua kemudahan agar pemilu secepatnya bisa digelar.
Seperti sebelumnya dilaporkan oleh Reuters, Komandan Pasukan Khusus Tentara Nasional Libya Kolonel Wanis Bukhamada pada Senin (19/5/2014) mengumumkan bergabung dengan pasukan purnawirawan Jendral Khalifah Haftar yang melakukan kudeta militer untuk menggulingkan pemerintah Libya.
Pasukan Haftar pada hari Jum’at (16/5/2014) telah menyerang kota Benghazi dengan dalih memerangi kelompok ekstrimis Islam, Anshar Asy-Syari’ah. Serangan pasukan darat yang didukung oleh tank-tank dan pesawat tempur tersebut menewaskan lebih dari 70 penduduk sipil kota Benghazi.
Pada hari Ahad (18/5/2014) pasukan Haftar mulai menyerang gedung Parlemen Libya di ibukota Tripoli. Pemerintahan Sementara Libya mengecam keras kudeta militer dengan dalih “perang melawan kelompok ekstrimis Islam” tersebut.
Pasukan Haftar semakin kuat setelah pangkalan udara di Tobruk dan Pasukan Khusus di Benghazi menyatakan bergabung dengan gerakan kudeta militer tersebut. Pasukan-pasukan loyalis Haftar kembali melakukan serangan di kota Tripoli da Benghazi pada hari Selasa (20/5/2014). Kudeta militer ini terjadi di saat PM Ahmad Muaitiq baru dilantik beberapa pekan sebelumnya.
(muhib al majdi/arrahmah.com)