SOLO (Arrahmah.com) – Beberapa kali mengadakan seminar dan diundang sebagai pembicara dalam seminar seringkali tidak hadir, ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), berharap mendapat bantuan dana, Ansyaad Mbai ternyata lebih memilih berjualan isu “terorisme” ke Eropa daripada berdialog dengan masyarakat Indonesia.
Beberapa waktu lalu BNPT mengadakan seminar deradikalisasi bersama MUI di Solo, tepatnya di Hotel Novotel. Dalam seminar itu beberapa ustadz dan da’i lokal dari kota Solo diundang. Namun, kepala BNPT Ansyad Mbai malah tidak hadir, ia hanya memberikan makalahnya mengenai ciri-ciri ekstrimis dan teroris.
Sabtu (16/7/2011) kemarin, diadakan lagi seminar dalam rangka mengkritisi program deradikalisasi oleh Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, Solo. Dalam seminar tersebut, lagi-lagi BNPT yang diundang sebagai salah satu pembicara tidak menghadirkan kepala BNPT Ansyad Mbai, tetapi mengirim Prof Irfan Idris, selaku Direktur Program Deradikalisasi BNPT.
ternyata ketidak hadiran Ansyaad tersebut berkaitan dengan sibuknya kegiatan keliling Eropa, dalam rangka “berjualan isu terorisme”. Seperti yang dilaporkan Rakyat Merdeka Online, Ansyaad Mbai tampil sebagai pembicara utama pada Seminar “Strategi Penanggulangan Terorisme Indonesia” yang diselenggarakan bersama oleh KBRI Brussel dengan Egmont Institute di Kastil Val Duchesse, Brussel, akhir bulan lalu.
Seminar dihadiri oleh peserta yang sebagian besar adalah wakil dari institusi Uni Eropa, Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan Belgia, lembaga think-tank dan akademisi di Belgia.
seperti yang pernah diberitakan oleh Arrahmah.com, dalam seminar tersebut, Ansyaad Mbai menegaskan bahwa penggunaan hard power dalam menghadapi terorisme tidaklah cukup. Oleh karena itu, Indonesia juga mengembangkan program deradikalisasi.
Sementara itu, Kepala Bagian Penanggulangan Terorisme Kementerian Luar Negeri Belgia, Thomas Baekelandt, pada kesempatan sama mengatakan bahwa dirinya mengikuti dengan seksama perkembangan kapasitas Indonesia dalam upaya penanggulangan terorisme.
“Indonesia telah mencatatkan perkembangan dan prestasi yang menggembirakan dalam pemberantasan terorisme,” ujar Baekelandt.
“Apa yang dikembangkan oleh Indonesia sebenarnya dapat pula dikembangkan untuk Eropa, utamanya untuk meningkatkan awareness masyarakat guna pencegahan berkembangnya radikalisme,” imbuhnya.
Duta Besar RI di Brussel, Arif Havas Oegroseno, mengatakan kunjungan Kepala BNPT ke Brussel adalah untuk menunjukkan secara langsung keberhasilan Indonesia dalam upaya penanggulangan terorisme serta membuka kesempatan saling tukar pengalaman dengan berbagai pihak di Eropa dalam menangani masalah terorisme.
Seandainya Mbai datang seminar di Solo, akan ada banyak pertanyaan yang jauh lebih kritis mengenai program deradikalisasi yang ia canangkan bersama BNPT dan tampaknya akan sukar ia jawab.
Namun jika ia mengadakan seminar deradikalisasi di Eropa, pesertanya hanya akan manggut-manggut meng-iyakan. Tentu saja ujung-ujungnya adalah harapan yang besar terkait “sumbangan materi” untuk pembiayaan program BNPT. (dbs/arrahmah.com)