SURAKARTA (Arrahmah.com) – Kabar meninggalnya Noordin M Top ikut menyeret nama Susilo atau juga yang biasa dipanggil Susilo Adib, yang merupakan salah satu karyawan Pondok Pesantren Al-Kahfi Surakarta.
Dalam jumpa pers yang digelar di pondok setempat, Kamis (17/9) kemarin, Ketua Pondok Pesantren Al-Kahfi Surakarta membenarkan bahwa Agus Susilo Adib masuk sebagai santri di ponpes itu sejak tahun 2002. Kemudian sejak Februari 2008, Susilo diberi tugas mengelola ternak sapi milik ponpes.
Sunoto yang didamping Tim Pembela Muslim, Budi Kuswanto, yang ditunjuk Ketua Pondok Pesantren Al Kahfi, mengatakan, selama ini, Susilo amanah mengurus ternak milik yayasan.
“Sehingga selama itu pula Susilo tidak pernah bepergian jauh maupun minta izin dalam waktu yang lama karena dia mengurus ternak dengan jam kerja penuh,” kata Sunoto.
Dalam kesempatan itu, Kuswanto meminta agar persoalan terkait penggerebekan di Mojosongo tersebut tak dikait-kaitkan dengan jaringan teroris di Ponpes Al Kahfi. Hingga saat ini, katanya, TPM masih menanti proses hukum berjalan secara wajar dan jernih. ”Kami tak bisa memberikan penilaian atas penggerebekan itu, apakah itu terkait teroris atau tidak. Yang jelas, penumpasan teroris harus tetap menjunjung tinggi HAM,” paparnya.
Menurut Sunoto, Susilo masuk ke Ponpes Al Kahfi sejak Februari tahun 2002. Saat itu, Susilo masuk kelas 1 Madrasah Aliyah Ponpes. Tahun 2005, Susilo lulus dari Ponpes Al Kahfi dan kembali lagi ke Ponpes sebagai pengajar sekaligus mencari rumput ternak di Ponpes tahun 2008.
”Karena, di Pondok Al Kahfi ini kegiatan para santri sangat padat dan diajari juga berwirausaha. Salah satunya ternak sapi yang jumlahnya mencapai 31 ekor,” jelasnya.
Sementara itu, orangtua Putri Munawaroh dan Susilo Adib dibawa ke Ponpes Al Kahfi sejak pukul 09.30 WIB. Menurut Sunoto, mereka dibawa ke Ponpes untuk diambil darah guna tes DNA. [hidayatullah/arrahmah.com]