DAMASKUS (Arrahmah.id) – Pada pagi hari yang tenang di musim dingin, Rabu 27 November 2024, masyarakat Idlib dan sekitarnya akan memulai aktivitas pagi mereka, mulai dari anak-anak yang bersekolah hingga orang tua yang akan melakukan aktivitas rutin mereka.
Tiba-tiba pemerintahan SSG (Syrian Salvation Government) di Idlib di bawah kendali kelompok Islam (Hai’ah Tahrir Syam/HTS) yang dipimpin Abu Muhammad al-Jolani membuat pengumuman mendadak, agar semua sekolah segera di tutup pagi itu, dan aktivitas warga yang tidak penting diluar rumah supaya dihentikan.
Semua warga kaget dengan pengumuman tiba-tiba ini. Jalan-jalan utama sudah ditutup. Pasukan keamanan dikerahkan di titik penting sepanjang kota Idlib. Tak lama kemudian terdengar berita berikutnya, bahwa telah dimulai serangan mendadak ke arah kota Aleppo yang dikuasai rezim Nushayri di bawah Basyar al-Asad. Serangan ini dilancarkan oleh kelompok HTS bersama faksi sekutu mereka seperti Jaish al-Izzah, Ahrar Syam, Harakah Nuruddin Zinki dan Jabhah Wathaniah (NFL) di bawah satu ruang komando operasi militer bersama yang dinamai Operasi Ra’ad al-’Udwan (Pembalasan atas Kesewenang-wenangan).
Informasi akan adanya operasi militer telah santer tersebar sejak dua hingga tiga bulan sebelumnya. Tapi tidak banyak yang percaya bahwa operasi ini benar-benar terjadi. Dan dalam waktu yang cukup singkat telah terdengar kabar bahwa satu persatu daerah di sekitar Aleppo yang dibuat tentara rezim sebagai titik pertahanan mulai jatuh. Dari hari pertama hingga hari ketiga, kemajuan Mujahidin begitu pesat hingga akhirnya tembuslah pertahanan kota Aleppo dari barat.
Mujahidin akhirnya berhasil masuk kembali ke kota yang sebagiannya dulu pernah mereka kuasai.
Takbir berkumandang dari Masjid-masjid di penjuru wilayah revolusi. Takbir kemenangan yang sudah lama tidak terdengar.
Masyarakat membagi-bagikan manisan di jalanan. Keceriaan dan semangat yang sudah lama hilang tiba-tiba bangkit kembali, untuk pertama kalinya sejak tahun 2017. Dan dalam waktu singkat kota Aleppo kembali di masuki Mujahidin, kota yang sempat dijuluki di awal revolusi Suriah pada Tahun 2011 sebagai ibu kotanya Revolusi.
Hari Jum’at (29/11) malam (29/11) seluruh Aleppo hampir terbebaskan. Dalam waktu yang sangat singkat. Semua orang kaget. Bukan hanya Basyar Asad dan tentaranya, bahkan negara-negara di timur tengah dan negara yang punya kepentingan di sana pun dibuat terkesiap. Mujahidin sendiri pun terkejut. Mereka tidak menyangka bisa membebaskan Aleppo seluruhnya hanya dalam tiga hari, atas pertolongan semata. Sedangkan sebelumnya bertahun-tahun mereka bertempur hanya untuk bisa mendapatkan secuil wilayah di dalam kota Aleppo.
Apa yang membuat Mujahidin Suriah berhasil meraih kemenangan dengan sangat cepat? Setelah pertolongan dari Allah tentunya. Dan kenapa operasi ini dilakukan sekarang? Ketika perhatian sebagian kita mungkin ke arah Gaza, Palestina, Lebanon.
Mari kita urai, sehingga Anda dan kita semua kembali menaruh perhatian akan konflik yang terjadi di Suriah selama hampir 14 tahun ini.
Apa yang memicu operasi ke kota Aleppo ini dilancarkan?
Sejak musim panas tahun ini, rezim mengintensifkan serangan bom ke wilayah Idlib dan sekitarnya. Padahal wilayah ini harusnya tidak diserang karena kesepakatan Antara Turki dan Rusia pada tahun 2020. Tapi rezim dengan sombongnya tidak menghiraukan berbagai seruan untuk menghentikan aksi biadab mereka ini, sehingga jatuh puluhan korban dari warga sipil dalam 5 bulan terakhir. Yang lebih ironis, ketika rezim diserang oleh zionis yahudi di Damaskus atau lainnya, mereka membalasnya ke arah wilayah revolusi.
Sikap keras kepala dan kesewenang-wenangan ini terus memuncak hingga pada selasa 26 November 2024 sebuah Ma’had Al-Qur’an di kota Ariha dibombardir oleh pasukan rezim. Serangan biadab itu membunuh belasan santri dan melukai puluhan lainnya. Maka HTS lantas melihat waktunya telah tiba untuk membalas kejahatan rezim nushayri Basyar Asad ini.
Tapi kenapa sekarang? Karena momentumnya telah tepat. Persiapannya juga sudah matang. Ditambah lagi situasi politik di kawasan sudah sangat mendukung.
Iran dan aliansi milisi syi’ahnya, khususnya hizb di lebanon, sedang sibuk berkonflik dengan zionis yahudi. Rusia sedang terkuras seluruh energi dan kekuatannya di Ukraina. Rezim Asad sedang lemah-lemahnya, karena krisis ekonomi.
Maka ini adalah momentum yang paling tepat, dan ternyata Allah berikan kemenangan yang besar, Alhamdulillah.
Benarkah selain Aleppo juga jatuh kota-kota lain di pinggiran Idlib?
Benar. Selain kota Aleppo, sebenarnya operasi ini juga menargetkan semua wilayah Revolusi yang dulu Mujahidin kuasai sebelum gerak maju rezim pada tahun 2020 yang membuat Mujahidin terdesak di barat laut suriah, sehingga wilayah mereka hanya menyisakan Idlib dan sekitarnya saja. Wilayah yang tadinya terbentang dari Khan Sheikhun di selatan Idlib, Ma’arat Nouman, Saraqeb, hingga Abul Dhur dan Morek, jatuh secara cepat waktu itu. Bagi Turki itu adalah wilayah pada tahun 2019.
Maka pada operasi ini, semua kota-kota tadi telah berhasil diambil kembali, karena Mujahidin menyerang bukan hanya ke arah kota Aleppo, tetapi secara bersamaan juga ke arah kota-kota tadi.
Apakah target Mujahidin berikutnya?
Awal target dari Mujahidin hanya wilayah-wilayah yang kita sebutkan di atas. Tapi melihat begitu cepat jatuhnya wilayah rezim karena larinya tentara mereka dari pos-pos pertahanan mereka, hal ini telah menaikkan moral dan semangat Mujahidin, sehingga mereka semua terus mengejar tentara rezim hingga ke gerbang kota Hama. Maka Kota Hama menjadi target berikutnya Mujahidin. Pertempuran sengit telah dimulai sejak selasa malam tanggal 3 Desember untuk membebaskan kota Hama dari cengkraman rezim nushayri. Dan atas pertolongan Allah semata, selanjutnya kita telah mendengar berita gembira dari Hama. Hama pun berhasil dibebaskan, semata-mata karena Kuasa Allah.
Apa yang membuat operasi Mujahidin kali ini berbeda? Karena dengan cepat bisa memukul mundur tentara rezim. Sebelumnya begitu sulit memukul mereka? Yang membuat perbedaan adalah persiapannya, strategi dan teknologinya.
Persiapan untuk operasi besar ini, baik secara personel, logistik, teknologi dan strategi apa yang akan dipakai, telah disiapkan selama setahun terakhir. Kelompok Mujahidin Suriah telah mengadopsi strategi dan taktik baru yang belum pernah mereka terapkan sebelumnya, hasil dari pembelajaran dari buku-buku perang modern dan inspirasi dari konflik yang terjadi akhir-akhir ini semisal di Ukraina dan Gaza.
Dan kita bisa melihat misalnya penggunaan drone Kamikaze (Al-Qassam) secara masif yang belum pernah sebelumnya digunakan di Suriah oleh Mujahidin. Juga penggunaan night vision dan thermal vision sehingga membuat Mujahidin bisa bergerak di malam hari dengan leluasa. Selain itu pencapaian dalam kavaleri yang pada perang ini berguna sekali untuk taktik gerak cepat Mujahidin. Kavaleri yang dimaksud adalah kendaraan lapis baja hasil modifikasi mereka sendiri. Juga dalam mebuat roket-roket baru yang telah membantu besar dalam perang ini.
Dan sungguh perang di Ukraina serta kemajuan Mujahidin Izzudin Al-Qassam khususnya ketika operasi 7 Oktober telah menjadi inspirasi besar bagi Mujahidin Suriah.
Bagaimana reaksi negara-negara yang terlibat selama ini di Suriah, baik yang menyokong Revolusi ataupun yang mendukung rezim Basyar Asad? Bagaimana pula reaksi di sekitar Suriah, khususnya zionis “Israel” penjajah yang di saat bersamaan juga tidak menyukai kehadiran Iran dan milisinya di sana?
Semuanya terkejut, khususnya atas hasil kemenangan dan penaklukan kilat yang dicapai oleh Mujahidin.
Rezim Basyar Asad segera menghubungi semua sekutunya, meminta bantuan untuk menyelamatkannya. Dan Asad sudah mendapat dukungan segera dari Uni Emirate Arab. Iran dan Rusia sekutu utama Asad juga langsung meminta Turki untuk mengintervensi Mujahidin, karena dukungan Turki selama ini terhadap Revolusi Suriah. Sementara Irak khawatir konflik ini akan berdampak kepada mereka.
“Israel” mengamati dengan seksama, karena apapun hasilnya bagi mereka berdampak kepada keamanan mereka sendiri. Jika Basyar Asad tumbang, “Israel” tidak akan nyaman bertetangga dengan pengusa baru yang tidak akan diam melihat kebiadaban mereka di Gaza dan penjajahan atas Al-Quds.
Sedangkan Amerika memainkan kartu wait and see, mereka melihat dan menunggu kemana arah semua ini, sembari mendukung milisi PKK mereka di utara Suriah.
Yang pasti hingga hari ini, manuver-manuver politik terus berlangsung diluar sana, karena operasi yang tadinya hanya untuk membebaskan Aleppo dan wilayah-wilayah milik revolusi, sekarang telah berubah menjadi pertempuran untuk mengambil alih Damaskus, ibu kota Suriah. Dan ini akan mengubah peta politik di Timur tengah.
Guncangan hebat akan terjadi, dan semua tidak tahu akan bagaimana dampaknya. Maka berbagai negara mencoba mengantisipasi dari sekarang apa kemungkinan yang membahayakan hasil dari pertempuran baru yang telah meletus dari Suriah yang selama 4 tahun terakhir telah tenang dan hilang dari sorotan dunia.
Kita semua menunggu hasilnya. Yang pasti kesudahannya adalah kemenangan yang telah Allah janjikan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Dan kita akan segera melihat bendera Islam berkibar di atas Menara Putih di Damaskus, InsyaabAllah, dengan pertolongan Allah semata.
(*/arrahmah.id)