ARIZONA (Arrahmah.com) – Nama Muhammad Ali bukan hanya terkenal lantaran sebagai legenda tinju, tapi juga karena Ali menjadi gambaran wajah Islam di Amerika Serikat.
Dilansir dari Liputan6, Ihsan Bagby, seorang profesor dari University of Kentucky mengatakan, Ali adalah wajah Islam pertama di Amerika Serikat. Karena Ali, dunia tersadar akan eksistensi Islam di Negeri Paman Sam.
“Muhammad Ali mungkin adalah wajah Islam pertama bagi Amerika Serikat. Di mana untuk kali pertama menyadarkan bahwa muslim ada di AS,” kata Ihsan.
Ali pertama kali mengumumkan keislamannya tahun 1964. Saat itu, dunia gempar dengan apa yang disampaikannya kepada media. Kala itu Ali masih menggunakan nama aslinya yang dia dapat sejak lahir; Cassius Marcellus Clay Jr. Tak berapa lama, dia mengubah namanya menjadi Muhammad Ali.
Di antara tepuk riuh para pendukung dan kilatan-kilatan lampu kamera, Ali berdiri di depan jutaan penonton yang mengelilingi ring dan kamera TV. Ia mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengumumkan pergantian namanya menjadi Muhammad Ali Clay.
“Aku meyakini bahwa aku sedang berada di depan sebuah kebenaran yang tak mungkin berasal dari manusia,” ujarnya.
Ali mengungkapkan, keislamannya adalah hal yang wajar dan selaras dengan fitrah yang Allah SWT ciptakan untuk manusia. Ia mengungkapkan bahwa Islam membawa kebahagiaan untuk semua orang dan Islam tidak membeda-bedakan warna kulit, etnis, dan ras.
“Semuanya sama di hadapan Allah SWT. Yang paling utama di sisi Tuhan mereka adalah yang paling bertakwa.”
Ia membandingkan ajaran Trinitas dengan ajaran Tauhid dalam Islam. Ia mengungkapkan, Islam lebih rasional. Karena, tidak mungkin tiga Tuhan mengatur satu alam dengan rapi seperti ini. Hal tersebut dinilainya sebagai suatu hal yang mustahil terjadi dan tidak akan memuaskan orang yang berakal dan mau berpikir.
Keyakinannya terhadap Islam makin bertambah manakala Ali membaca terjemahan Al-Quran.
“Aku bertambah yakin bahwa Islam adalah agama yang hak, yang tidak mungkin dibuat oleh manusia. Aku mencoba bergabung dengan komunitas Muslim dan aku mendapati mereka dengan perangai yang baik, toleransi, dan saling membimbing. Hal ini tidak aku dapatkan selama bergaul dengan orang-orang Nasrani yang hanya melihat warna kulitku dan bukan kepribadianku,” paparnya.
Sejak saat itu, ia membelanjakan uangnya beberapa ratus ribu dolar untuk buku-buku dan pamflet-pamflet Islami supaya dapat memperkenalkan agama barunya.
Pada sebuah sesi wawancara, media bertanya-tanya, mengapa dia sampai mengubah nama yang sudah dia dapat sejak lahir. Dia menjawab, Muhammad Ali adalah ‘religious name,’ sementara Cassius Clay adalah nama seorang budak.
“Muhammad adalah nama relijius saya, nama orang hitam. Cassius Clay adalah nama seorang budak, saya bukan lagi budak,” katanya pada sebuah wawancara yang kontroversial pada masa itu.
Ali juga sempat harus masuk bui lantaran penolakan terhadap wajib militer. Dia enggan ikut berperang ke Vietnam pada 1966. Dia mengatakan peperangan tersebut bertentangan dengan ajaran agama serta kitab suci Al-Quran.
“Perang tersebut bertentangan dengan Al-Quran. Saya tidak mencoba lari dari wajib militer. Seharusnya kita tidak berperang kecuali atas perintah Allah SWT atau Nabi SAW,” kata Ali kala itu.
“Saya juga tidak pernah memiliki masalah dengan Vietkong. Mereka tidak pernah menyebut saya Nigger,” lanjutnya.
(fath/arrahmah.com)