Jihad tentu membutuhkan biaya. Biaya untuk persenjataan dan operasi militer. Di saat salah satu ladang minyak jatuh ke tangan Mujahidin, itu adalah sebuah keuntungan yang besar. Selain untuk membantu biaya operasional Jihad, ini juga mempermudah ekonomi masyarakat dengan menjual minyak yang relatif murah, tanpa pajak.
Mujahidin Jabhah An-Nuhsrah, kelompok Jihad yang paling berpengaruh di Suriah dan ditakuti oleh negara-negara kafir Barat dan sekutunya, telah menguasai ladang minyak di kota Raqqa.
Sebelumnya, hingga 380.000 barel minyak mentah diproduksi oleh sumur-sumur minyak di kota Raqqa dan di wilayah gurunnya hingga timurnya sekarang berada di tangan kelompok Mujahidin, terutama Jabhah Nushrah.
Sekarang, Mujahidin Jabhah Nushrah menjual minyak mentah kepada para pengusaha lokal, yang menggunakan penyulingan buatan sendiri untuk memproduksi bensin dan bahan bakar lainnya.
Kemampuan Mujahidin Jabhah Nushrah untuk mengelola ladang minyak ini, meskipun sanksi internasional yang menghalangi penjualan ke luar negeri, akan sangat mengkhawatirkan ekonomi Uni Eropa, yang menyuarakan untuk meringankan embargo tetapi pada saat yang sama ingin menyingkirkan Jabhah Nushrah yang telah Barat katakan sebagai kelompok “teroris” internasional.
Mujahidin Jabhah Nushrah memanfaatkan pasar lokal untuk memasarkan minyak mentah ini. Menurut laporan The Telegraph yang meliput kegiatan ladang minyak di kota itu, sebagian besar minyak yang dikelola Jabhah Nushrah diasok ke ribuan penyulingan minyak buatan sendiri yang bermunculan di seluruh bagian utara negara itu.
Mujahidin Jabhah Nushrah tidak semata-mata mencari keuntungan dalam pengelolaan dan perdagangan minyak ini, dengan tidak mengenakan pajak penjualan sudah menguntungkan pembeli.
“Jabhah tidak meminta pajak atau ongkos untuk perdagangan ini,” kata salah satu warga, Omar Mahmoud, dari provinsi Raqqa kepada The Teleghraph. “Tetapi kita membeli minyak dari mereka.”
Jabhah Nushrah mengelola ladang ini dengan baik agar bisa bermanfaat bagi masyarakat. Kilang-kilang minyak buatan sendiri memproduksi bahan bakar berkualitas rendah tetapi bermanfaat, terutama untuk bensin dan minyak tanah untuk memasak.
Di bagian timur laut Suriah, tempat-tempat penyulingan berdiri di setiap sisi jalan, penjualan hasil produksi dijual langsung kepada para pengendara yang lewat.
“Saya mendapatkan 3000 pounds Suriah per hari,” kata Adel Hantoush (19), yang kakinya penuh dengan tetesan minyak mentah, ia bekerja untuk membantu ayah, ibu dan sembilan saudara dan saudarinya.
Di dekat Raqqa, warga membayar 4000 pound Suriah per barel, dengan kenaikan harga untuk kuantitas lebih kecil dan karena jarak yang lebih jauh. Satu tong penyulingan bisa berisi enam barel pada satu waktu, memproduksi mungkin sekitar 30 liter bensin, dan jumlah yang sama pada minyak tanah dan jumlah lebih tinggi pada solar.
Abdulwahad Abdullah, seorang petani gandung dari utara Raqqa, yang mengoperasikan satu penyulingan melalui dua putaran per hari, mengatakan bahwa ia bisa menghasilkan keuntungan sebesar 20.000 pound Suriah dalam sehari.
Kemampuan Jabhah Nushrah dalam pertempuran dan bermasyarakat telah diakui oleh kelompok-kelompok jihad lainnya dan rakyat Suriah. “Mereka lebih disiplin,” kata Abu Hamza, seorang Mujahid dari sebuah brigade di Aleppo. “Ketika mereka menyerang, mereka membuat rencana dulu, dan kemudian menaatinya.”
Kekuatan Mujahidin Jabhah Nushrah tidak hanya berpengaruh di bidang militer, tetapi juga di tengah-tengah masyarakat, mereka membantu kesulitan rakyat dan membangkitkan perekonomian yang lumpuh akibat serangan-serangan pasukan rezim dan loyalisnya. (siraaj/arrahmah.com)