(Arrahmah.com) – Dunia internasional disuguhi dengan berita kesedihan dari wilayah Somalia. Sebagaimana diketahui, kekeringan di Somalia telah mengakibatkan jutaan orang kelaparan. Somalia menghadapi krisis kelaparan ketiga dalam 25 tahun selain mengalami perang sipil dan kekerasan.
Menurut OKI, sebagaimana yang dikutup di al arabia, hampir enam juta orang yang merupakan setengah dari penduduk di negara itu berada di ambang maut dan membutuhkan bantuan kemanusiaan segera. Sekretaris Jenderal Organisasi Kerjasama Islam (OKI) Dr. Yousef Al-Othaimeen menyatakan keprihatian yang dalam dan melaporkan bahwa tanda-tanda bencana kelaparan telah mulai terlihat di Somalia dan di bagian lain di Tanduk Afrika ini pasca kekeringan parah dan kekurangan curah hujan.
Meskipun OKI telah meminta dunia untuk membantu Somalia, nyatanya belum semua negara di dunia bersegera membantu. Meski beberapa media menyampaikan adanya bantuan dari beberapa negeri muslim misalnya Turki. Turki telah memberikan bantuan kemanusiaan untuk Somalia senilai 122 juta USD, menurut pernyataan Presiden Manajemen Darurat dan Bencana Turki (AFAD) pada Kamis (9/3/2017). AFAD berkontribusi sebesar 68 juta USD, Bulan Sabit Merah Turki 47 juta USD dan Direktorat Urusan Agama memberikan 6,7 juta USD. Namun bantuan ini belum bisa menuntaskan kondisi krisis kelaparan di Somalia.
Sebagai seorang Muslim, tentu merasa sangat bersedih karena tidak bisa membantu banyak disaat ancaman kematian telah mengintai saudara kita. Betapa tidak, kita sebagian muslim di Indonesia pun juga mengalami “pencekikan” ekonomi. Harga cabe yang belum bisa diturunkan, tarif listrik yang terus naik sebagai kado awal tahun, LPG 3kg yang akan dibatasi, biaya kesehatan dan pendidikan yang makin mahal dan lain sebagainya. Dan hati ini semakin terluka ketika berita kemewahan sang raja dari negeri muslim lainnya, masih terus menghiasi berbagai media. Biaya berlibur yang nominalnya melebihi penghasilan sebagian besar penduduk Indonesia meski bekerja seumur hidupnya, harus bersanding dengan berita kelaparan rakyat Somalia.
Rosul sungguh telah mengingatkan kita, “Perumpamaan kaum Mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” [HR. Muslim]. Sungguh ini adalah kondisi yang seharusnya membuat kita merenung lebih dalam lagi. Sekat negara bangsa telah membuat kita tidak mampu menjadi satu tubuh seperti yang diharapkan Rosulullah. Negara bangsa atau nasionalisme memang laksana pisau jagal yang memotong-motong kaum Muslimin menjadi 57 bagian. Bagian yang satu berlibur menghamburkan uang, bagian yang lainnya mati kelaparan.
Menghadapi kondisi inilah kesatuan kaum muslimin sesungguhnya telah menemukan konteksnya. Kekayaan yang telah Allah berikan ke suatu daerah pada hakekatnya adalah kekayaan seluruh kaum muslimin. Kesedihan dan penderitaan yang dialami suatu daerah, pada hakekatnya adalah masalah semua kaum muslimin. Mari kita hapus sekat egoisme golongan dan egoisme nasionalisme. Kita menyatukan perasaan dan pikiran kita sebagaimana kita hanya punya satu Tuhan dan satu kitab suci.
Bersatu dibawah kalimat Ilahi dalam bingkai negara khilafah islamiyah yang akan menyatukan seluruh kaum muslimin di dunia insyaAllah.
Wallahu a’lam bi ash showab.
Ririn Umi Hanif, Pemerhati Ibu dan Anak di Gresik
(*/arrahmah.com)