Oleh Hartono Ahmad Jaiz
(Arrahmah.com) – Setidaknya ada 8 kelompok pendemo yang memusatkan protesnya ke depan istana Negara, Jakarta, Rabu 19 Nov 2014, menurut keterangan polisi dalam jadwalnya.
Kenapa mereka berdemo ke istana? Di antaranya karena Ahok seorang kafir menurut penilaian mayoritas penduduk Muslim Jakarta telah ditolak untuk diangkat jadi gubernur DKI Jakarta, namun justru dilantik di istana negara. Maka Umat Islam memprotesnya, lantaran bukan hanya kekafirannya yang secara Islam haram memimpin Umat Islam, namun juga telah terbukti banyak menyakiti Umat Islam dan berkata-kata yang tidak patut sebagai pejabat. Dan itu menurut seorang senator DPD DPR RI adalah pelanggaran yang dapat mengakibatkan dilengserkannya Ahok dari jabatanya. Tapi kenyataannya justru dilantik di istana walau selama ini mendapatkan protes keras dari anggota DPRD dan Umat Islam.
Sebagaimana telah diberitakan, Senator Dailami: Ahok Bisa Dilengserkan Karena Telah Melanggar Pasal 27 huruf H UU No 32 Tahun 2004
Pasal 27 huruf H UU No 32 Tahun 2004 mewajibkan kepala daerah menjaga etika dan norma dalam menyelenggarakan pemerintahan, terutama dalam bertutur kata.
Senator DPD RI dari DKI Jakarta Dailami Firdaus berpendapat, secara legal formal Ahok bisa dilengserkan karena telah melanggar pasal 27 huruf H UU No 32 Tahun 2004 yang mewajibkan kepala daerah menjaga etika dan norma dalam menyelenggarakan pemerintahan, terutama dalam bertutur kata. “Saya kira sudah cukup kuat alasan untuk melengserkan Ahok dari kepemimpinannya di Jakarta,” tegas Dailami.
Demo di istana yang lainnya adalah menyangkut penolakan kenaikan harga BBM. Bahkan dari pihak mahasiswa dikabarkan, mereka akan mengepung istana Negara untuk menuntut Jokowi mundur. Hanya saja polisi belum mengungkapkan masalah ini. Dan masih ada demo-demo di istana mengenai masalah lain lagi.
Kenyataan kini, Istana sebagai pusat protes masyarakat, bagaimanapun merupakan cerminan kekecewaan dan mungkin kemarahan masyarakat. Bila pihak keamanan berlaku keras terhadap para pemrotes, barangkali lafal keamanan nantinya oleh sebagian masyarakat hanya bermakna untuk penguasa. Padahal suara-suara di masyarakat belakangan ini, penguasa sering disindir sebagai antek asing dan aseng. Boleh jadi pihak keamanan akan dinilai sebagai anteknya antek asing dan aseng, bila memang yang dilakukan hanya untuk kepentingan mereka, bukan kepentingan masyarakat. Padahal sejatinya mereka digaji justru duitnya dari masyarakat. Seharusnya mereka malu bila justru masyarakat dijadikan korban oleh asing dan aseng, antek-enteknya, dan pula pihak anteknya antek asing dan aseng.
Melantik orang kafir untuk memimpin penduduk mayoritas Islam bagai menyuguhi daging babi
Perlu disadari duduk soalnya. Umat Islam menolak dilantikknya Ahok yang kafir sebagai gubernur DKI Jakarta yang penduduknya mayortas muslim. Itu masalahnya, pihak yang tetap melantik Ahok yang kafir untuk memimpin DKI Jakarta yang mayoritas penduduknya Muslim itu ibarat memberi makan kepada orang Islam berupa daging babi yang jelas haram bagi orang Islam. Misalkan saja orang Islam dalam penjara, lalu pihak penjara memberi makan kepada penghuni penjara yang muslim itu berupa daging babi, tentu akan terjadi protes keras! Bila tetap nekad dan ngotot memberi makan berupa daging babi, maka dapat dilaporkan dan diadili sebagai melanggar hak asasi. Nah, melantik orang kafir sebagai gubernur di Jakarta yang mayoritas Muslim itu ibarat menjejali daging babi ke mulut penghuni penjara yang muslim. Apakah tidak boleh diprotes?
Di situ ada dua pelanggaran, pertama membuang keyakinan terhadap kitab suci Al-Quran yang telah mengharamkannya (orang Musim haram dipimpin orang kafir, atau orang muslim haram makan daging babi). Dan kedua, melanggar konstitusi yang menjamin keyakinan agama untuk diyakini. Padahal Islam adalah agama resmi diakui di negeri ini.
Terhadap prilaku mendustakan ayat Allah dan bahkan memihak kepada yang tidak sesuai dengan ayat, telah dijelaskan dalam Al-Qur’an.
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَـكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَث ذَّلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ ﴿١٧٦﴾
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (QS Al-A’raf: 176)
Allah Ta’ala telah menjelaskan, sehingga Umat Islam perlu sekali mengambil pelajaran. Bagaimana agar dapat bersikap dengan benar. Apabila umat Islam memang benar-benar memperjuangkan agama Allah, dan berjuang untuk jalan Allah, maka pasti Allah akan menolong dan bahkan Allah menunjuki jalan-jalan-Nya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ ﴿٧
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.(QS Muhammad/47: 7).
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ ﴿٦٩﴾
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.(QS Al’Ankabut/29: 69).
Pembelaan dari Nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wa sallam terhada Umat Islam yang dizalimi pun cukup jelas. Sebagaimana dapat dibaca dalam hadits.
Doa Nabi Saw, Laknat Allah atas pemimpin yang menyulitkan Umat Islam
اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ (أحمد ، ومسلم عن عائشة)
“Ya Allah, siapa yang menjabat suatu jabatan dalam pemerintahan ummatku lalu dia mempersulit urusan mereka, maka persulitlah dia. Dan siapa yang menjabat suatu jabatan dalam pemerintahan ummatku lalu dia berusaha menolong mereka, maka tolong pulalah dia.” (HR Ahmad dan Muslim dari Aisyah).
{ وَمَنْ وَلِيَ مِنْهُمْ شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَعَلَيْهِ بَهْلَةُ اللَّهِ فَقَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا بَهْلَةُ اللَّهِ قَالَ : لَعْنَةُ اللَّهِ } رَوَاهُ أَبُو عَوَانَة فِي صَحِيحِهِ
Dan barangsiapa memimpin mereka dalam suatu urusan lalu menyulitkan mereka maka semoga bahlatullah atasnya. Maka para sahabat bertanya, ya RasulAllah, apa bahlatullah itu? Beliau menjawab: La’nat Allah. (HR Abu ‘Awanah dalam shahihnya. Terdapat di Subulus Salam syarah hadits nomor 1401).
Amien ya Rabbal ‘alamien.
(arrahmah.com)