(Arrahmah.com) – Tuduhan sebagai “teroris” saat ini kerap dilontarkan dengan begitu engtengnya oleh pihak-pihak musuh terhadap para aktivis Muslim yang berupaya memberikan kontribusi mereka untuk kemajuan dakwah dan perjuangan Islam hanya karena aksi teror yang dilakukan segelintir oknum yang berdalih mengamalkan jihad.
Mendapat cap atau tuduhan sebagai terduga teroris oleh musuh semestinya tidak lantas membuat kita berkecil hati, merasa hina, dan sedih. Ia justru mendorong kita untuk saling menguatkan, saling peduli, dan saling mendoakan.
Pemimpin Ar-Rahmah Media, Muhammad Jibriel Abdul Rahman, yang pernah dijebloskan ke penjara Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang tanpa tuduhan yang jelas, menyampaikan bahwa selama berada di balik jeruji besi dan dikait-kaitkan dengan “terorisme”, ia mendapat banyak sekali pelajaran berharga atas ujian yang menimpanya.
Baginya, menikmati ujian yang Allah karuniakan sebagaimana yang dialami saudara-saudara kaum Muslimin yang tengah tertindas di belahan bumi sana adalah bagian dari perjalanan hidup yang harus dihadapi dengan senantiasa berprasangka baik kepada Allah, sehingga semua bisa dilalui dengan mudah.
Berikut nasihat berharga yang ia sampaikan berdasarkan kisah nyata dan pengalaman pribadinya kepada para sahabat untuk dapat saling menguatkan di tengah ujian yang tak henti-hentinya menimpa umat Islam ini.
***
Disaat kau dituduh dan tertuduh sebagai terduga “TERORIS”, apa perasaanmu?
(Sebuah pengalaman pribadi dan kisah nyata)
Oleh: Muhammad Jibriel Abdul Rahman
Ku pernah dituduh sebagai terduga “TERORIS” dan dijebloskan ke penjara karena tuduhan-tuduhan yang sengaja dibuat oleh aparatur negara ini. Sedih memang, tapi hal tersebut bukanlah sesuatu yang harus kita sedihkan terus menerus. Memang tidak enak dituduh sebagai “TERORIS”. Apalagi aku bukanlah orang yang layak dipanggil teroris, apalagi melakukan aksi aksi bom sana dan sini, jauh dari pikiranku.
Namun, semua hal tersebut bagian dari perjalanan hidupku. Manis, pahit, asin, manis, semua telah ku lalui dengan baik. Saat merasa sendiri, ku selalu merasakan Allah senantiasa ada disisiku. Dialah yang selalu menghiburku. Keluh kesahku selama dipenjara juga selalu ku sampaikan kepadaNya. Tak ada nikmat yang hilang selama ku berada di dalam penjara, Allah berikan segala-galanya cukup dan penuh berkah.
Walaupun tuduhan-tuduhan itu tidak pernah terbukti, namun stigma “TERORIS” selalu dan seringkali menyapa hidupku. Banyak hal yang kurasakan, nama di-blacklist di beberapa bagian dunia, rekening bank diblokir, pembuatan paspor dipersulit, dan orang-orang takut berteman denganku. Ya Allah, menyakitkan… Tapi disaat kita berprasangka baik kepada Allah, semua akan menjadi mudah dan bahagia. Insyaa Allah, semuanya akan berakhir dengan indah. Aamiin.
Hampir 5 tahun mendekam di penjara, banyak yang kupelajari dari ujian-ujian yang Allah karuniakan untukku. Ku ingin berikan sedikit nasehat kepada teman-teman yang mereka saat ini dituduh, atau tertuduh, atau dujuluki sebagai “TERORIS”:
Jangan pernah merasa sedih dan hina atas tuduhan-tuduhan yang dilemparkan kepadamu oleh musuh-musuhmu.
Apalah arti tuduhan-tuduhan itu, tuduhan manusia biasa, ujian-ujian yang Allah berikan kepada saudara-saudaramu di belahan dunia Islam di seluruh dunia lebih dahsyat dengan apa yang kita rasakan saat ini. Mereka bahkan harus melalui detuman bom dan desingan peluru serta kematian setiap harinya, sedangkan kita baru sekadar siksaan fisik biasa ataupun siksaan mental.
Saat ku ditangkap atas tuduhan dan fitnah yang dilemparkan kepadaku, mereka mengejarku dan menghinakanku dengan hinaan-hinaan kasar serta memperlakukanku seperti binatang. Separuh dari gigi ini pecah, wajah bonyok, badan hancur dipukul dengan belati.
Namun saat itu ku menutup mata, dan membayangkan betapa dahsyatnya mereka para mujahidin dan kaum Muslimin yang dituduh sebagai “TERORIS” dan dipenjarakan di Guantanamo, Bagram dan penjara-penjara sadis lainya. Kita hanya berapa persen dari mereka. Airamatku menetes saat itu bukan karena sakit yang kurasakan, tapi aku merasakan betapa nikmatnya ujian yang Allah karuniakan seperti saudara-saudara kita yang lainnya.
Oleh karena itu wahai saudara-saudaraku, menyikapi ujian-ujian yang hadir pada akhir-akhir ini kepada Ummat Islam begitu banyak, ada yang ditangkap, disiksa, dituduh dan dihinakan oleh musuh-musuh. Sabar dan shalatlah sebagai hiburannya. Mengeluhlah kepada Allah, karena ujian-ujian kita berbeda-beda, ada yang kuat menghadapinya, ada yang lemah, ada yang bahkan tidak mampu.
Maka rapatkanlah barisan, saling menguatkan, saling peduli, saling mendoakan. Karena kita semua satu tubuh, jika ada yang sakit di antara kita, atau yang terluka, maka kita saling merasakan. Ini adalah sebagian pengalamanku untuk saya share kepada sahabat-sahabat, agar saling merangkul, saling mencintai karena Allah, agar kita semua dikumpulkan dalam Surga Allah bersama-sama. Insyaa Allah…
Jazakallah khair jaza’
Muhammad Jibriel Abdul Rahman
(banan/arrahmah.com)