UKRAINA (Arrahmah.com) – Para aktivis gerakan feminis FEMEN benar-benar telah melecehkan Islam dan memicu kemarahan umat Islam dunia. Di beberapa kota di Eropa, mereka melakukan demonstrasi anti-Hijab dalam keadaan setengah telanjang bahkan di depan masjid.
Mereka mengklaim demonstrasi mereka untuk melawan “penindasan” agama terhadap perempuan dan sebagai bentuk solidaritas terhadap Amina Tyler (19), anggota FEMEN Tunisia yang memposting foto telanjang dirinya di Facebook yang terus menuai kecaman.
Bukan hanya memicu kemarahan umat Islam, di seluruh dunia, foto Tyler juga memicu perdebatan di kalangan aktivis perempuan sendiri yang merasa bahwa protes tersebut telah melampaui batas, hanya saja sayangnya mereka mengaku masih tidak ingin membatasi kebebasan berekspresi Tyler.
Para aktivis hak perempuan sendiri menyatakan justru merasa takut protes telanjang FEMEN pekan lalu itu lebih merugikan dari pada membantu mereka.
Jenan Mubarak, dari Pusat Rehabilitasi Perempuan dan Ketenagakerjaan Irak, mengaku meski mendukung protes Tyler, dia berpendapat bahwa demonstrasi telanjang itu kontraproduktif untuk mempromosikan hak-hak perempuan.
“Saya menolak gagasan bahwa tubuh wanita digunakan untuk mencapai tujuan apapun,” katanya. “Saya ingin orang lain menghargai pikiran saya, cara saya berbicara, menghormati cara saya mencoba untuk mendapatkan hak-hak saya.”
Shatha al-Janabi, seorang penulis yang juga feminis Irak, juga menggemakan pandangan itu.
“Setiap wanita memiliki hak untuk mengekspresikan apa yang ada di dalam dirinya. Perempuan memiliki tuntutan sejati, terutama perempuan Arab, karena patriarki begitu, begitu kuat,” klaimnya. “Tapi ada banyak cara untuk menuntut kesetaraan dalam masyarakat Timur Tengah. Ketelanjangan tidak dapat diterima di sini.”
Dalam demonstrasi penuh skandal itu, tiga anggota FEMEN bahkan berani dengan sengaja membakar sebuah bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid (Laa ilaha illallah Muhammad Rasulullah) di depan masjid raya Paris.
Di luar batas, Meriam, seorang anggota FEMEN Tunisia yang tinggal di Paris malah mengatakan, “Apakah ada yang mengindahkan pesan FEMEN di Timur Tengah yang berdemonstrasi dengan berpakaian lengkap? Saya tidak berpikir jika kami melakukannya dengan berpakaian, orang akan memperhatikan pesan kami – malah mendapat perhatian lebih jika itu dilakukan dengan setengah telanjang.”
Lebih dari itu, Meriam, yang nama belakangnya tidak ingin diketahui demi keselamatan dirinya sendiri, merupakan anggota FEMEN pelaku pembakaran bendera tauhid. Dia malah berkoar dirinya tidak menyesal telah membakar bendera kebanggaan Umat Islam di seluruh dunia ini.
Dia mengklaim bendera tauhid hanya terkait erat dengan para Jihadis dan Salafi yang paling vokal “menindas” perempuan.
“Bagi saya ini bukan bendera Muslim,” katanya melalui telepon dari Paris, “Tidak pernah berkibar di masjid, hanya ada di tangan Bin Laden dan rekan-rekannya,” seperti dilansir Al-Arabiya pada Kamis (11/4).
Sedangkan Tyler sendiri, si pembuat skandal yang masih duduk di bangku SMA, mengatakan bahwa pembakaran bendera Tauhid yang merupakan symbol kebanggaan muslim dunia di depan Masjid Paris adalah langkah yang terlalu jauh.
“Saya menentang itu,” katanya kepada televisi Prancis Canal + pada Sabtu (6/4). “Mereka bukan menghina kelompok Muslim tertentu, para ‘ekstremis’, tetapi semua umat Islam.”
Tyler mengatakan sekarang dia merasa takut akan keselamatan hidupnya di Tunisia setelah ulama Muslim merekomendasikan dia dirajam sampai mati atas apa yang telah dia perbuat.
Dia mengatakan dia ingin pindah ke luar negeri. Tunisia adalah salah satu negara paling liberal, namun demonstrasi telanjang dada, yang ditambah dengan pembakaran bendera tauhid tersebut, sangat mencengangkan bahkan bagi masyarakat di tanah kelahirannya itu.
Bagaimanapun, klaim para feminis itu menunjukkan kebencian mereka terhadap Islam, dengan kalimat tauhidnya, yang sangat memuliakan, menghormati dan menghargai perempuan, dan perintah berhijab adalah salah satu bentuk penghormatan Islam terhadap perempuan. (banan/arrahmah.com)