BEIRUT (Arrahmah.id) – Militer Lebanon mengumumkan bahwa mereka telah menemukan peluncur roket yang digunakan dalam serangan ke utara “Israel” pada Sabtu (22/3). Insiden ini semakin meningkatkan ketegangan di perbatasan kedua negara.
“Setelah peluncuran roket dari wilayah Lebanon menuju wilayah Palestina yang diduduki, tentara Lebanon melakukan operasi penyisiran dan pencarian,” kata pernyataan militer melalui platform X.
Lebih lanjut, militer melaporkan bahwa mereka menemukan tiga peluncur roket rakitan di wilayah utara Sungai Litani, antara desa Kfar Tibnit dan Arnoun di Nabatiyeh, Lebanon selatan. “Tentara telah menonaktifkan peluncur tersebut dan terus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengendalikan situasi di selatan,” tambah pernyataan itu.
Serangan Roket dan Respons “Israel”
Pada Sabtu pagi, “Israel” mengklaim bahwa pemukiman Metula di perbatasan utara diserang oleh roket dari Lebanon. Sebagai balasan, militer “Israel” melancarkan serangkaian serangan udara ke berbagai desa dan kota di Lebanon selatan.
Hingga saat ini, belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan roket tersebut.
Presiden Lebanon Joseph Aoun mengecam upaya menyeret negaranya kembali ke lingkaran kekerasan. Ia menyebut serangan “Israel” ke Lebanon selatan sebagai “agresi yang terus-menerus.”
Sumber-sumber lokal melaporkan bahwa pesawat tempur “Israel” melakukan serangan udara besar-besaran di berbagai lokasi, termasuk perbukitan Jabal Safi, Kfar Houna, Jabal Rafii, dan desa Sajad di Lebanon selatan. Selain itu, serangan juga menghantam wilayah sekitar Milita, Ain Qana, dan Kfar Maliki di wilayah Iqlim al-Tuffah.
Militer “Israel” juga melancarkan serangan di wilayah Bislyah dan Briket al-Jubur di Kfar Jouna, Jazeen.
Ancaman Baru dari “Israel”
Menteri Pertahanan “Israel” Yisrael Katz memperingatkan bahwa jika Metula kembali diserang, maka “Israel” akan membalas dengan serangan ke ibu kota Lebanon, Beirut. “Setiap serangan ke Metula akan direspons dengan serangan ke Beirut, bukan hanya ke lokasi peluncuran di Lebanon selatan,” tegasnya.
Kepala Staf Militer “Israel”, Eyal Zamir, juga berjanji akan merespons serangan roket dari Lebanon dengan “kekuatan penuh.”
Pelanggaran Gencatan Senjata dan Dampak Kemanusiaan
Sejak gencatan senjata berlaku pada 27 November 2024, “Israel” telah melakukan 1.091 pelanggaran, menyebabkan sedikitnya 84 orang tewas dan 284 orang luka-luka, menurut data resmi Lebanon yang dikutip oleh Anadolu Agency.
Serangan “Israel” terhadap Lebanon dimulai pada 8 Oktober 2023 dan berkembang menjadi perang besar pada 23 September 2024. Hingga kini, agresi tersebut telah menewaskan 4.115 orang dan melukai 16.909 lainnya, termasuk banyak anak-anak dan perempuan. Sekitar 1,4 juta warga Lebanon juga terpaksa mengungsi akibat konflik ini.
(Samirmusa/arrahmah.id)