JEMBER (Arrahmah.com) – Telah digelar “Dialog Terbuka Aswaja NU – syiah” pada Senin (26/1/2015), bertempat di Aula Pertemuan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel cabang Jember. Pembicara yang hadir pada saat itu adalah Muhammad Idrus Ramli (Jember) dari pihak Aswaja NU, sedangkan Abdullah Uraidhi (Jakarta) dan Abdillah Ba’abud (Malang) dari pihak syiah, sebagaimana dilaporkan Hidayatullah, Selasa (27/1).
Dialog Terbuka ini diawali pembukaan oleh pembawa acara, dilanjut dengan beberapa sambutan. Pembicara Abdullah Uraidhi (Jakarta) dan Abdillah Ba’abud (Malang) yang mewakili syiah merupakan alumni Iran. Abdullah Uraidhi bahkan termasuk ke dalam tim penulis (Tim Ahlul Bait Indonesia/ABI) yang baru saja menerbitkan “Buku Putih Mazhab syiah” (Menurut Para Ulamanya Yang Muktabar).
Pada sesi pertama, Abdullah Uraidhi menjelaskan apa itu syiah secara singkat sebagaimana terurai di dalam “Buku Putih Mazhab syiah (Menurut Para Ulamanya Yang Muktabar)”.
“Menurut ulama syiah yang muktabar, tidak ada bedanya syiah dengan Sunni,” demikian kata Abdullah Uraidhi.
Kemudian, sesi kedua dilanjutkan oleh pembicara syiah yang kedua, yakni Abdillah Ba’abud. Senada dengan Abdullah Uraidhi, Abdillah Ba’abud menyatakan bahwa syiah itu bagian dari Sunni.
“Syiah bukan hanya menganggap sunni sebagai saudara, melainkan sudah menjadi bagian dari jiwa syiah, jika Sunni sakit maka syiah juga sakit, begitu pula sebaliknya,” ungkap Abdillah Baabud menukil pernyataan salah satu ulama syiah.
Sementara pada sesi ketiga, Muhammad Idrus Ramli dari ASWAJA Centre, memberikan koreksi terhadap “Buku Putih Mazhab syiah (Menurut Para Ulamanya Yang Muktabar )”.
Pada sesi terakhir itu, ia memberikan beberapa argumentasi atas kesan dua pembicara dari syiah yang hadir dalam dialog terbuka tersebut. Mereka dinilai tidak mengikuti topik dialog, sebab cenderung menyamakan doktrin keagamaan syiah dengan Sunni.
“Dialog terbuka ini digelar untuk membahas hal yang berbeda dari Sunni dan syiah, bukan untuk membahas hal yang sama,” demikian kritik Idrus Ramli.
Setelah itu, Muhammad Idrus Ramli menguraikan apa yang dinilainya sebagai kesesatan-kesesatan syiah menurut ulama syiah di dalam berbagai referensi syiah sendiri,. Di antaranya termasuk meyakini tahrif Al-Qur’an, mencaci istri Nabi, mengkafirkan Sahabat, perbedaan rukun iman dan Islam antara syiah dengan Sunni, perbedaan ibadah syiah dengan Sunni, persamaan syiah dengan mu’tazilah, dan lain-lain.
Sebagai moderator, Dr. Faisal memberikan waktu kepada dua pembicara syiah untuk menanggapi argumentasi yang dilancarkan Muhammad Idrus Ramli. Secara aktif, kesempatan itu digunakan Abdillah Ba’abud untuk menanggapi argumentasi Idrus Ramli.
Abdillah Ba’abud berkilah, “Saya heran kepada Ustadz Muhammad Idrus Ramli, sepertinya dia lebih memahami mengenai syiah daripada kami, padahal argumentasi Ustadz Muhammad Idrus Ramli itu tidak lebih dari klaim-klaim belaka. Syiah yang saya pelajari, tidak ada hal-hal seperti yang dituduhkan Ustad Muhammad Idrus Ramli tersebut. Justru kitab-kitab Sunni memenuhi ruang dinding rumah kami.”
Di lain pihak, Abdullah Uraidihi menambahkan, “Yang menjaga Al-Qur’an itu adalah Allah sendiri sebagaimana di dalam firman-Nya. Kami juga menentang jika ada yang mengatakan Al-Qur’an tidak autentik. Silakan tanya kepada 400 juta orang penganut syiah di seluruh dunia, apakah mereka punya Al-Qur’an yang berbeda dengan Al-Qur’an yang ada saat ini?”
Atas pernyataan itu, Muhammad Idrus Ramli kembali memberikan tanggapan.
“Dari tadi pemaparan saya itu selalu saya nukil referensi dari kitab syiah, namun Anda menyatakan hal itu hanyalah klaim belaka. Sekarang saya bawa kitab-kitabnya, dan Anda bisa membacanya sendiri jika tidak percaya. Di rumah kami juga banyak referensi-referensi syiah, tapi apa berarti kami ikut pemikiran syiah? Kan tidak!”
“Begitu juga di syiah, banyak menyimpan referensi Sunni, namun bukan untuk ikut, melainkan sebagai propaganda dan menjiplak ajaran Sunni. Beberapa tahun yang lalu saat saya jalan-jalan ke Inggris, para orientalis pun banyak memajang literatur Sunni, namun bukan untuk mengikutinya.”
Pasca sesi dialog, masing-masing pihak diberi waktu untuk memberikan kesimpulan.
Pihak syiah yang diwakili oleh Abdillah Ba’abud memberikan kesimpulan, “Syiah itu sama dengan Sunni, perbedaannnya hanya mengenai imamah,” katanya.
Sementara Muhammad Idrus Ramli memberikan kesimpulan bahwa ada banyak perbedaan mendasar antara Sunni dan syiah dibandingkan persamaannya.
“Perbedaan Sunni dengan syiah terlalu banyak daripada persamaannya, sebab bukan hanya dalam aqidah yang berbeda, dalam bidang ibadah juga sangat berbeda,” ujarnya. (adibahasan/arrahmah.com)