ALEPPO (Arrahmah.com) – Kesepakatan untuk segera mengevakuasi warga sipil dan pejuang oposisi dari Aleppo timur di Suriah telah dicapai pada Selasa (13/12/2016) setelah upaya mediasi dari Turki.
Kementerian Luar Negeri Turki mengkonfirmasi laporan dari gencatan senjata, mengatakan warga sipil dan pejuang oposisi akan dipindahkan ke Idlib di bawah kesepakatan yang dicapai setelah upaya mediasi yang cukup panjang dari Turki.
Menurut seorang pejabatan senior pemerintah, perjanjian gencatan senjata dicapai sebagai hasil dari negosiasi antara intelijen Turki dan militer Rusia.
Ia mengatakan kepada Daily Sabah bahwa Turki dan Rusia akan befungsi sebagai penjamin dalam perjanjian, yang akan memberikan perjalanan yang aman bagi warga sipil dan pejuang oposisi moderat. Setelah mencapai Idlib dari Aleppo, warga sipil dan pejuang akan bebas untuk pindah.
“Kesepakatan telah tercapai untuk mengevakuasi warga Aleppo, warga sipil dan pejuang dengan senjata ringan, dari distrik yang terkepung di Aleppo timur,” kata Yasser al-Youssef dari faksi Nuruddin al-Zinki.
Ia menambahkan kesepakatan itu “disponsori oleh Turki dan Rusia” dan akan dilaksanakan “dalam beberapa jam”.
Seorang pejabat dari kelompok oposisi Suriah, Sultan Murad Brigade, mengatakan bus pertama yang membawa orang-orang dari Aleppo akan berangkat pada Selasa malam atau Rabu pagi.
Pasukan rezim Asad dan milisi yang didukung Iran telah melakukan eksekusi di Aleppo, memasuki rumah-rumah dan membunuh warga sipil “di tempat”.
PBB mengatakan sekitar 85 warga sipil gugur oleh pasukan rezim pada Selasa, namun jumlah korba jiwa yang dilaporkan oleh sumber-sumber lokal jauh lebih tinggi.
Diperkirakan 100.000 penduduk di Aleppo timur dikepung oleh rezim dan sekutunya di wilayah yang luasnya hanya sekitar 8,6 kilometer pesegi.
Selama 27 hari terakhir, 990 warga sipil gugur di Aleppo timur oleh serangan rezim Suriah dan sekutu milisi, sumber-sumber lokal melaporkan.
Eskalasi baru-baru ini terjadi di tengah upaya rezim Asad, yang didukung Rusia, untuk mengambil alih bagian dari Aleppo yang direbut oleh pejuang oposisi empat tahun lalu.
Suriah terperangkap dalam perang berdarah sejak awal tahun 2011, ketika rezim Bashar Asad menumpas protes pro-demokrasi yang meletus sebagai bagian dari pemberontakan “Musim Semi Arab”. Sejak itu, ratusan ribu orang tewas dan jutaan lainnya mengungsi akibat konflik. (fath/arrahmah.com)