KUTUPALONG (Arrahmah.com) – Para pengungsi Muslim Rohingya yang tinggal di kamp pengungsian darurat Kutupalong, Bangladesh dan kamp pengungsian Lada sedang menghadapi masalah kesehatan yang buruk setelah otoritas Bangladesh memerintahkan tiga LSM internasional untuk menghentikan bantuan mereka di kamp pengungsian, berdasarkan laporan seorang pengungsi di Kutupalong, dikutip Kaladan Press.
“Setelah pengumuman keputusan Bangladesh, LSM -Médecins Sans Frontières atau Doctros Without Borders (MSF) dan Action Against Hunger (ACF)- menghentikan kegiatan mreka di kamp ini dan kami mendapatkan masalah higienis dan sanitasi di kamp kami yang perlu dijaga setiap hari, jika tidak akan kelebihan beban dan semua saluran yang dijalankan oleh ACF bisa diblokir.”
Masalah tersebut mulai menimbulkan penyakit bagi para pengungsi Rohingya, seperti diare, disentri, penyakit kulit dan demam. Sedang mereka yang sakit tak mampu pergi ke rumah sakit karena ketiadaan biaya. Sebelumnya, para pengungsi Rohingya mendapatkan fasilitas dari MSF untuk pelayanan kesehatan mereka, tetapi sekarang tidak lagi semenjak otoritas Bangladesh memutuskan untuk melarang LSM tersebut.
“Kami juga tidak dapat memberikan keluarga kami makan setelah pemberhentian kegiaran LSM di kamp kami, karena kami biasanya bekerja sebagai pekerja sukarela untuk para LSM dan mendapatkan bantuan dari LSM,” kata seorang pengungsi Rohingya yang biasanya bekerja sebagai sukarelawan di ACF selama ACF bergerak di kamp.
Hal yang sama juga terjadi di kamp pengungsian Lada, kesehatan mereka memburuk dan mengalami krisis air yang sebelumnya mereka mendapatkan fasilitas-fasilitas di kamp mereka oleh Muslim Aid UK.
Pemerintahan Bangladesh telah meminta MSF, ACF dan Muslim Aid UK untuk menunda kegiatan mereka dengan tuduhan memikat para pengungsi Rohingya dengan bantuan barang-barang berguna sehingga dapat mendorong Muslim Rohingya lainnya datang ke Bangladesh.
Satu alasan lainnya, mungkin seperti yang dikatakan seorang pejabat kota Cox’s Bazar yang mengklaim bahwa para pengungsi memberikan informasi negatif tentang Bangladesh sehingga merusak image negara Bangladesh. “Mereka memberikan informasi negatif kepada media internasional tentang Bangladesh, merusak citra negara itu,” kata Wakil Komisaris Cox’s Bazar, Joynul Bari.
“Badan-badan amal itu mendorong arus pengungsi Rohingya dari seberang perbatasan di negara bagian Rakhine (Arakan), Myanmar setelah kekerasan sektarian baru-baru ini,” tambahnya.
Menurut Sarwar Alam, seorang petugas Muslim Aid di daerah Teknaf, “jika kita menunda kegiatan di sini, ini akan memicu ketegangan di dalam kamp Rohingya dan daerah perbatasan.”
“Para pejabat menyuruh kami untuk menghentikan kegiatan kami, menyebutnya badan ‘ilegal’ di perbatasan Burma-Bangladesh, karena kami dikira mendorong arus masuk pengungsi Rohignya,” tambahnya.
Menurut seorang petugas LSM lokal, menganggap LSM secara ‘ilegal’ memasukkan pengungsi Rohingya ke Bangladesh adalah aneh, sebab perbatasan Bangladesh dijaga ketat oleh pasukan keamanan perbatasan yang memantau perbatasan setiap harinya untuk menghentikan masuknya para pengungsi Rohignya dari Arakan, jadi tidak mungkin LSM dapat secara ilegal menerima para pengungsi Rohingya tanpa izin otoritas. (siraaj/arrahmah.com)